[TOMODACHI]
Author : Marinni Hasan
Main
Cast : Koukei Yumika, Sikaku Harumi,
Kugou Momori, Shinji Miwa, Taketo Yuuri and Hideyashu Kazetou
Genre : Slice of life, School, Romance, and Angst
Rating : PG-13 Teens 13 or older
Note :Di sarankan saat membacanya sambil
mendengarkan lagu 7!! (Seven Oops)-Orange dan Yoon Mi Rae-Ii’l Listen To What
You Have To Say. Selamat membaca!
^O^O^O^O^
“Mika-chan,
ayo kita ke kantin!”
“Mika-chan,
kau mau?”
“Mika-chan,
ikutlah bermain bersama kami!”
“Mika-chan,
bisa bantu aku menggambar?”
“Mika-chan,
ambilkan poto untuk kami?
“Mika-chan,
bisa bawakan tas ku?”
“Mika-chan,
kau pulang saja duluan, kami jalan-jalan sebentar”
“Mika-chan,
pemainnya sudah cukup”
“Mika-chan,
kau terlambat!”
“Mika-chan,
kau lelet”
“Mika-chan,
norak!”
“Mika-chan,
jelek!”
“Mika-chan,
Baka!”
“Mika-chan,
Miskin!”
“Kami
tidak mau berteman dengan orang yang membantah kami!”
“Pergilah
kau, Mika-chan!”
“Hah?!” nafas ku terengah-engah, “Aku…aku
mimpi buruk lagi” ucapku seraya mendudukan tubuhku. Ku lihat tangan ku bergetar
dan berkeringat. Wajahku pun di lumuri keringat. Akhir-akhir ini mimpi itu
terus meanghantuiku. Padahal itu kejadian 3 tahun yang lalu. Kenapa malah
sekarang mimpi buruk itu menghantuiku?
Ku
lihat ke jendela, bulan dan bintang bersinar sangat terang. Bahkan cahayanya
masuk ke dalam ruangan ku di rawat ini. Ku lirik infusku yang masih mengalir
dan masih terisi setengah botolnya. Aku sadar aku masih berada di rumah sakit.
Lagi-lagi aku masuk Rumah Sakit.
“Besok aku sudah boleh keluar dari sini, dan
lusa…aku akan bersekolah kembali, ke SMA baruku. Yosh! Ganbattene!” aku
mengepal kuat telapak tangan kananku dan mengangkatnya ke udara.
Hari pertama bersekolah di SMA baru…
“Yosh! Hah…Akhirnya aku pakai seragam SMA
juga” aku tersenyum menatap diriku di cermin di kamar ku.
“Mika-chan, ayo sarapan dulu!” teriak Okaa-san
dari lantai bawah.
“Nee, Okaa-san!” aku bergegas meraih tas
sekolah ku dan berlari ke lantai bawah.
“Ohayou, Otou-san” ucapku seraya duduk di
kursi meja makan bersama Otou-san dan Okaa-san.
“Waah! Cantik sekali, Mika-chan” ucap Otou-san
setelah meminum teh hangatnya. Aku tersenyum saat mendapatkan pujian dari
Otou-san.
“Oh, jelas! Cantik seperti Okaa-san” sahut
Okaa-san dengan percaya diri. Aku dan Otou-san tertawa bersamaan setelah
Okaa-san mengatakan itu.
“Kenapa malah tertawa?” ujar Okaa-san dengan ekspresi
cemberut.
“Ah, sudah jam segini!” aku panik dan
menyuapkan roti bakar ku ke mulutku, “Aku berangkat duluan! Ittekimasu!” aku
meraih tas ku dan berlari ke pintu depan.
“Hati-hati yah, Mika-chan!” Okaa-san berteriak
seraya menyusul ku ke pintu depan, “Itterasshai!” lagi-lagi Okaa-san berteriak.
“Hai!” jawab ku sambil berlari meninggalkan
rumah.
Aku
berlari. Terus berlari sambil meluangkan kebahagian ku hari ini pada Musim Semi
yang bergharga bagi ku di tahun ini. Ini hari pertama ku masuk ke SMA. Aku
tidak boleh terlambat ke Upcara Penyambutan. Aku menggenggam kuat tas ku dan mengencangkan
sedikit lari ku lagi. Bunga sakura mulai berjatuhan karena hembusan angin dan
membuat kelopak-kelopak indahnya menerpa ku yang melewatinya.
Setelah
berlari cukup jauh, akhirnya aku sampai di depan gerbang SMA Tatsuno. Sekolah
Kejuruan yang terkenal di Jepang. Aku mengatur nafas ku yang terengah-engah.
Aku berdiri tegak dan merapikan seragamku. Ku lihat banyak siswa-siswi yang
sudah mulai berdatangan. Aku menutup mata ku dan berdo’a sejenak.
“Di
tahun ini, di musim ini, di hari ini, di sekolah baru ini, semoga menjadi
sesuatu yang lebih baik dan aku…aku akan menuliskan kisah baru ku dengan
sungguh-sungguh, aku harus memulai cerita di lembaran baru ini agar menjadi
dongeng yang dapat di kenang di masa depan. Amin”. Aku membuka mata ku setelah memejamkan sebentar.
“Yosh!” aku berlari masuk ke dalam gerbang
sekolah dengan semangat yang membara.
Setelah
menukarkan sepatuku di loker, aku berjalan menuju kelas ku yang berada di
lorong kanan dari tempat loker. Sekolah sangat ramai saat itu. Mereka mengobrol,
tersenyum bahkan ada yang tertawa. Aku yang melihatnyan pun ikut tersenyum. Ya,
ini tahun ajaran baru di sekolah ini. Mereka tengah memulai sesuatu yang baru
di sekolah ini.
Akhirnya
aku sampai di kelas baru ku, kelas 1-3. Kelas tampak ramai karena suara bising
yang terdengar dari luar kelas. Aku menarik nafas perlahan dan menghembuskan
pelan. Aku melangkahkan kaki ku dengan pasti ke dalam kelas itu. Ku lihat
banyak sudah yang berada di kelas itu. Aku menelusuri setiap sudut kelas sambil
melihat bangku yang kosong untuk ku. Ku dapati bangku kosong di depan. Aku
langsung berjalan menuju bangku itu.
“Ah…kau suka Boyband Hey! Say! Jump!?” ucap
seorang siswi yang duduk di bangku belakangku.
“Emh. Aku suka mereka” jawab seorang siswi
yang sepertinya duduk di sampingnya.
“Dia suka Boyband juga!” aku histeris sendiri.
Sepertinya, ini bisa jadi bahan pembicaraan untuk berkenalan dengan mereka.
“Ohayou! Watashi mo Koukei Yumika desu.
Yoroshiku!” aku memberanikan diri berkenalan dengan mereka yang duduk di
belakang ku. Mereka terdiam menatap sejenak.
“Ohayou mo, Watashi mo Shinji Miwa. Yoroshiko
mo!” sahut Shinji-san yang duduk tepat di belakang ku.
“Ohayou mo, Watashi mo Sikaku Harumi.
Yoroshiku mo!” ujar teman Shinji-san yang duduk di sampingnya.
“Ah, tadi kamu bilang kalau kamu suka Boyband
Hey! Say! Jump! Yah?” aku memulai topik dengan mereka. Tidak lupa melemparkan
senyuman ku kepadanya.
“Ah, nee” jawab Sikaku-san.
“Watashi mo. Aku suka Yamada-kun” ujar ku
seraya menampilkan poto Yamada-kun dari ponsel ku ke mereka.
“Oh…aku suka Chinen Yuri” ucapnya tersenyum
kecil.
“Shinji-san suka siapa?” Tanya ku kepada
Shinji-san yang tiba-tiba asik dengan ponselnya.
“Ah? Ah…aku tidak suka Boyband” jawab
Shinji-san seraya menggaruk tekuk lehernya.
“Oh, souka. Daijoubu” jawabku sambil
tersenyum.
“Aku lebih suka pemain sepak Bola, Messi”
Shinji-san menampilkan poto dari ponselnya seorang pemain sepak bola, Messi.
“Apa ini kosong?” ucap seseorang yang datang
menghampiri ku, “Ah,Koukei Yumika?” ujar siswi itu. Dia menyebut nama lengkap
ku? Dia mengenalku?
“Aku boleh duduk di sini?” ucapnya sambil
duduk di bangku sampingku. Padahal aku belum menjawabnya.
“Kau lupa denganku? Watashi mo Kugou Momori,
dari kelas 3-3 di SMP yang sama seperti mu. Kita pernah satu Ujian Praktek Olah
Raga” ujarnya sambil duduk menghadapku. Aku mencoba mengingatnya. Sungguh aku
lupa dengan Kugou-san. Aku tidak pernah tahu kalau ada yang mengenal ku. Ku
kira aku hanya di kenal di kelas ku saja.
“Ah, souka. Hahaha, aku tidak terlalu mengenal
orang lain selain orang-orang di kelas ku” jawabku. Mungkin aku terlalu banyak
mengalami masa-masa sulit, sehingga aku tidak pernah tahu dengan orang-orang di
sekitar ku.
“Bagaimana orang lain tidak mengenal mu di
sekolah? Kau adalah orang sudah membawa nama baik sekolah ke dalam Perlombaan
Biola Nasional di Tokyo” sungguh, bahkan dia mengetahui tentang itu. Apakah
benar seperti itu? Apakah banyak yang mengenalku?
“Ah, hontoni? Waah hahahaha” aku tertawa
terbahak-bahak setelah mendengar penjelasan Kugou-san.
“Wah! Suggoi nee, Koukei-san” ujar Sikaku-san
yang kagum. Wah dia kagum? Apa benar?
“Ah, arigatou Harumi-chan” mereka terdiam saat
aku memanggil nama Harumi-chan dengan nama depannya.
“Are, hahaha…ka-kalian juga boleh memanggil
nama depanku. Biar kita lebih akrab lagi” aku terkekeh. Mereka berpikir
sejenak.
“Emh, itu lebih bagus” sahut Miwa-chan dan di
sambut anggukan Mori-chan dan Harumi-chan.
Apakah
ini awal yang lebih baik? Apakah ini bisa menjadi sebuah pertemanan yang
berbeda dari sebelumnya? Ku harap begitu. Awalnya sangat menakutkan saat
memberanikan diri untuk memsuki area pertemanan. Tapi…tapi, aku tidak bisa berdiam
diri begitu saja tanpa memulai sesuatu yang sering gagal selama ini. Ya, aku
terus gagal dalam pertemanan dari aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak.
Aku
sungguh tidak mengerti kenapa terus begitu. Aku juga tidak mengerti kesalahan
selama ini terletak dimana. Aku terus berpikir dan mencari tahu, tapi aku tidak
pernah menemukannya. Semakin ku memikirkannya, semakin ku mencari tahu, semakin
membuat ku tersakiti. Bahkan sampai sekarang semua yang terjadi membekas di
hati ku. Aku harap, pertemanan yang ini adalah awal yang lebih baik.
“Ohayou minna-san” sapa seorang sensei wanita
masuk ke kelas kami, “Okaerinasai minna-san! Sekarang kalian adalah murid di
SMA ini. Jadi, sekarang bersiaplah menuju Aula untuk Upacara Penyambutan tahun
ajaran baru. Kalian siap?” Sensei itu tampak sangat bersemangat.
“Hai!” sahut kami bersamaan dengan
bersemangat.
Kami
pun meninggalkan kelas untuk menuju ke Aula sekolah. Kami berjalan dengan rapi
menuju Aula. Sesampai di Aula, kami pun berbaris sesuai aturan. Sangat ramai,
bahkan mereka sangat senang saat berkumpul di Aula. Sesuatu di hati ku mulai
bergemuruh saat suasana riuh di Aula. Rasa senang ku tidak bisa diucapkan hanya
dengan kata-kata semata. Semoga awal kesenangan ini, mejadi akhir yang lebih
baik.
“Mika-chan, Yuu-chan…dia bersekolah dimana?”
aku terdiam saat Mori-chan yang berdiri di depan ku bertanya.
“Ah…etto, aku dengar dia bersekolah di SMA
Horikoshi” jawab ku dengan pelan.
“Emh, kenapa kau tidak bersekolah di sana
juga?” Mori-chan bertanya kembali. Pertanya ini sungguh membuat otak ku sulit
berpikir. Pertanyaan yang sebenarnya ingin ku hindari.
“Aku memang ingin bersekolah di sini” jawab ku
sambil tertawa kecil.
“Emh, souka” Mori-chan mengangguk-angguk
mengerti.
Selang
beberapa menit, Upacara di mulai. Penyambutan yang sederhana tapi menyenangkan
itu terlewati dengan hikmat atas sambutan Koichou Sensei. Aku yang mendengarkan
dengan sungguh-sungguh pun terus tersenyum melihat suasana di Aula saat itu.
Satu jam berlalu, Upacara pun selesai. Kami di perintahkan untuk kembali ke
masing-masing kelas.
“Jaa, karena ini hari pertama kalian di SMA
ini, kita akan melakukan Kerja Bakti untuk membersihkan kelas ini. Oke?” ucap
Sensei yang berdiri di depan kelas.
“Hai!” jawab kami serentak. Kami pun bergegas
membagi tugas masing-masing.
“Aku dengan Harumi-chan bagian membersihkan
jendela” aku memberikan usulan sambil mengangkat telapak tangan kanan ku.
“Emh, aku dengan Mori-chan yang bagian
menyapu” usul Miwa-chan. Aku pun mengangguk mengerti. Sama seperti kami, siswa-siswi
yang lainnya juga membagi tugas masing-masing.
Aku
dan Harumi-chan mengambil kain pembersih kaca beserta cairan pembersih kaca di
lemari belakang kelas. Kami memulai dari jendela di depan kelas. Aku di sisi
kanan dan Harumi-chan di sisi kiri.
“Harumi-chan, kamu pernah ke konser Hey! Say!
Jump!?” ujar ku yang merasa bosan karena kami hanya berdiam diri saat
membersihkan jendela.
“Iie, nannde?” Harumi-chan menatap ku.
“Hahaha, sama. Emh…bagaimana kalau mereka
mengadakan konser come back mereka, kita nonton sama-sama?” aku mengajukan ide
ku padanya.
“Boleh” jawabnya sambil memikirkan sesuatu. Senangnya
dengan respon Harumi-chan. Aku harus menggunakan kesempatan itu untuk
mengenalnya lebih dekat lagi. Yosh!
“Ah?!” aku terdiam saaat melihat sosok
laki-laki yang mempesona ku melewati depan kelas. Aku terus menatapnya tanpa
sadar.
“Dia Ketua Osis di sekolah ini” Harumi-chan
menyadarinya.
“Ah, souka. Sepertinya dia orang cerdas yah?
Pasti dia juga terkenal sekali di sekolah ini dan pasti banyak fansnya. Banyak
saingan dong” aku memikirkan hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Harumi-chan
terdiam menatap ku.
“Hahaha, abaikan saja kata-kata ku tadi”
ujarku seraya menggaruk tekuk leherku. Aku melanjutkan pekerjaan ku untuk
membersihkan jendela.
“Ya seperti itulah” sahut Harumi-chan yang
juga kembali mengerjakan tugasnya.
Kami
pun kembali membahas hal lain selama membersihkan jendela. Kami banyak membahas
Hey! Say! Jump!, mulai dari hal-hal konyol yang pernah di lakukan Idola kami
sampai semua hal yang di takuti Idola kami. Kami banyak berbagi tentang Idola
kami. Entah kenapa rasanya berbeda saja ketika mengobrol dengan Harumi-chan.
Dia merespon dengan sangat baik sehingga aku ingin terus mengobrol dengannya.
Aku pun tidak pernah berhenti tersenyum saat mengobrol dengannya. Rasanya
begitu nyaman dan sejuk ketika dia mencoba melontarkan beberapa lelucon yang
gagal. Aku hanya terkekeh dengan pembicaraannya.
Tidak
terasa hari mulai sore. Kami pun sudah menyelesaikan Kerja Bakti kami seharian
penuh. Kami mengembalikan alat-alat pembersih kami ke lemari di paling belakang
di kelas. Setelahnya kami menuju Toilet untuk membersihkan tangan kami.
“Kalian pulang menggunakan apa?” Tanya ku
kepada Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan.
“Aku di jemput oleh Onii-chan” jawab
Miwa-chan.
“Aku juga” sahut Mori-chan.
“Aku naik bus” jawab Harumi-chan.
“Wah, sama Harumi-chan! Nanti ke halte bus sama-sama
yah?” ujarku. Harumi-chan mengangguk mengerti. Waah! Senangnya.
Setelah
dari Toilet, kami kembali ke kelas untuk mengambil tas. Kemudian kami berjalan
menuju lemari loker di depan pintu sekolah. Kami menukar sepatu kami.
“Aku duluan yah” ucap Miwa-chan yang sudah di
jemput.
“Watashi mo” sahut Mori-chan seraya menyusul
Mori-chan yang berjalan menuju gerbang sekolah. Aku melambaikan tangan kepada
mereka.
“Ikkho!” aku merangkul tangan Harumi-chan
untuk mengajaknya segera berjalan.
Harumi-chan
sempat heran menatapku saat merangkulnya. Tapi, aku hanya melemparkan senyuman
padanya. Kami berjalan bersama menuju halte yang berjarak 500 meter dari
sekolah kami. Aku bercerita sedikit tentang lelucon yang pernah aku lihat dari
Televisi kepada Harumi-chan. Harumi-chan pun tertawa lepas ketika aku berhasil
menirukan lelucon itu.
“Hahaha, kamu benar-benar konyol yah” ucap
Harumi-chan sambil duduk di bangku halte bus.
“Hahaha, aku menyukai lelucon mereka. Kau
tahu, Otou-san sampai mengeluarkan air matanya karena aku menirukan gaya mereka
yang bagian boss dan majikan itu” ujar ku sambil menirukan sedikit gaya pelawak
dari Televisi itu.
“Hahaha, sudahlah. Aku sudah sakit perut
melihat gaya mu, Mika-chan” Harumi-chan memegang perutnya karena tidak tahan
melihat gayaku.
Aku
pun duduk di sampingnya sambil tertawa melihat keadaannya. Selang beberapa
menit, bus tujuan kami datang. Aku dan Harumi-chan pun memasuki bus itu. Aku
dan Harumi-chan duduk di bangku yang berdua di paling belakang. Aku mengambil ponsel ku dan earphone ku.
“Ini pakailah!” ucapku seraya meletakkan sisi
kanan earphone milikku ke telinga bagian kanan Harumi-chan. Harumi-chan sontak
terkejut. Aku memainkan lagu Hey! Say! Jump! Yang berjudul Weekender.
“Ah, aku ingat di MV ini, Chinen Yuri
berputar-putar sambil memainkan jasnya di dekat akhir MV-nya” ucapku
mengingatnya.
“Ah, nee. Hahaha, dia konyol. Rata-rata
golongan darah AB emang punya sikap rada sedikit tidak jelas” Harumi-chan
menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat Idolanya itu. Aku tersenyum saat
menatapnya.
“Aku sudah sampai. Aku duluan yah, Mika-chan”
Harumi-chan melepaskan earphone ku dan berdiri dari kursinya.
“Emh, hati-hati yah” ucapku seraya melambaikan
tangan padanya setelah Harumi-chan turun dari bus. Harumi-chan membalasnya
dengan tersenyum.
“Tujuan
selanjutnya adalah The University of Tokyo Hospital” panggilan dari bus. Aku memencet bel di
samping tempat duduk ku untuk memberitahukan.
“Bus
akan berhenti di Halte selanjutnya” Jawab dari panggilan bus.
“Hari ini jadwal mengambil obatku” ucapku
seraya mengambil resep obat dari tasku yang diberikan oleh Dokter spesialis ku.
Aku menatap sedikit lama resep itu. Kemudian, aku tersenyum melihat kearah luar
jendela bus.
^O^O^O^O^
Sekarang
sedang jam istirahat di sekolah ku. Aku, Harumi-chan, dan Mori-chan membeli
beberapa roti dan susu kotak untuk makan istirahat kami. Kami membawanya ke
atap sekolah.
“Emh…roti ini memang paling enak di makan di
suasana seperti ini” ujar ku yang duduk bersandar di pagar atap sekolah sambil
menyantap roti ku.
“Anginnya segar” ucap Harumi-chan yang duduk
di sampingku.
“Jelaslah! Kan masih Musim Semi” sahut
Mori-chan yang bediri melihat pemandangan dari atap sekolah.
“Musim Semi? Musimnya Cinta kan?” ujarku
menatap Mori-chan yang berdiri di sampingku. Mori-chan dan Harumi-chan
menatapku.
“Kalian punya pacar? Atau seseorang yang
kalian suka? Ayo ceritakan!” ucapku dengan girang.
“Emh…” mereka tampak sedang berpikir. Aku
menunggunya dengan tidak sabar.
“Siapa yah?” Mori-chan berpikir dengan keras.
“Chinen Yuri!” ujar Harumi-chan sambil
mengangkat tinggi susu kotaknya ke udara. Aku dan Mori-chan menatapnya.
“Hahaha, itu Idola mu, Harumi-chan” aku
tertawa mendengar jawaban Harumi-chan.
“Hah...” Mori-chan menggeleng-gelengkan
kepalanya, “Mika-chan, kamu sendiri punya?” ucap Mori-chan.
“Emh…” aku berpikir sejenak. Tiba-tiba saja
wajah Ketua Osis itu melintas di pikiran ku. Aku tersenyum saat mengingat
ekspresi coolnya.
“Ketua Osis!” sahut Harumi-chan seraya memakan
rotinya. Aku sontak membelalakan mataku.
“Hah?!” aku dan Mori-chan sama-sama terkejut.
Harumi-chan hanya diam sambil menyeruput susu kotaknya yang mulai terdengar
habis itu.
“I-iie” aku berdiri mengahdap mereka sambil
menggelengkan kepala menandakan tidak.
“Ah…hontoni?” Mori-chan menampak ekspresi evilnya
menatapku. Harumi-chan mengangguk-angguk dengan ekspresi santainya.
“Aku hanya kagum kok” jawab ku seraya
mengacungkan jari “V” ku.
“Cinta itu tumbuh dari rasa kagum” ujar Mori-chan.
Harumi-chan mengangguk lagi.
“Ah, ch-chigau. Mana mungkin Ketua Osis
menyukai orang yang tidak di kenalnya seperti aku. Lagi pula aku tidak cocok
untuknya. Aku bukan apa-apa di matanya” ujarku menjelaskannya. Suaraku
terdengar grogi saat menjelaskannya. Semoga mereka tidak berpikiran
macam-macam.
“Kau ingin kenalan dengannya? Aku bisa
mengenalkannya denganmu” ujar Mori-chan yang beranjak dari posisinya menuju
pintu untuk turun dari atap sekolah.
“Ah, iie!” aku berteriak menyusul Mori-chan.
Mori-chan
berlari menuruni tangga. Aku bergegas menyusulnya. Aku takut dia benar-benar
akan melakukan hal gila. Astaga! Kenapa semua berantakan seperti ini. Aku
menyukai Ketua Osis itu karena mengaguminya. Mungkin.
Kami
sampai di lantai dasar sekolah. Mori-chan terus berlari dan aku mempercepat
lari ku. Di belakang ku, Harumi-chan menyusul. Mori-chan berbelok ke lorong
yang mengarah ke ruang Osis. Ah, Tidak!
“Chigau, Mor-“ aku terhenti.
BRAK
“Ittai!” aku terjatuh saat sadar menabrak
sesuatu. Kepalaku sakit seperti mengenai sesuatu yang sedikit keras. Aku
mengelus kepalaku.
“Daijoubu?” ucap seseorang. Aku menatapnya
dan…
“Hah?!” aku terdiam tanpa kata saat melihat
sosok yang tidak terduga duduk berjongkok di hadapanku.
“Koukei Yumika?” ucapnya menatap kearahku. Aku
membelalakan mataku saat dia menyebutkan nama lengkap ku. Di-dia tahu dari mana
namaku?
“Ah, Ketua Osis!” seru Harumi-chan yang berada
di belakangku. Mori-chan tersenyum licik di depan ku.
“Chi-chigau!” aku berdiri dan berlari ke
kelas. Aku meninggalkan mereka begitu saja. Ah, sial! Situasi benar-benar
buruk.
Hari
ini aku mengalami banyak hal tidak terduga. Itu adalah pengalaman yang tidak
pernah aku alami sebelumnya. Aku tidak merasa jengkel. Malah aku merasa sesuatu
yang berbeda. Mungkin, kebahagian. Ya, inilah rasanya bermain bersama teman-teman.
Sesuatu yang terjadi selalu menjadi kejutan tersendiri. Perasaan yang konyol,
tapi nyata.
^O^O^O^O^
“Ah…leganya setelah mandi” aku menghempaskan
tubuh ku ke tempat tidur.
“Melahkan…tapi, mengasyikkan” ujarku mengingat
kejadian di sekolah tadi, “Are, muka ku panas” aku memegang pipiku yang menjadi
hangat akibat kejadian tadi di sekolah. Aku menabrak seorang Ketua Osis yang
aku kagumi. Astaga! Aku menutup wajah ku dengan bantal karena malu. Baka!
“Ah, schedule Hey! Say! Jump!” seru ku yang
langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja komputer ku. Aku
menghidupkan komputerku dan langsung membuka web Official resmi Hey! Say!
Jump!.
“Wah! Minggu depan mereka come back! Aku, aku
harus menghubungi Harumi-chan” ucapku seraya meraih ponsel ku. Aku bergegas
menekan nomor kontak Harumi-chan dan menunggu jawaban dari seberang sana.
“Moshi, moshi?” sahut suara Harumi-chan dari
seberang sana.
“Ini aku, Mika-chan” jawab ku dengan begitu
senangnya.
“Ada apa Mika-chan?” Harumi-chan bertanya.
“Aku melihat info dari web Official resmi Hey!
Say! Jump! Mereka akan come back minggu depan dan akan melakukan konser come
backnya. Mereka sudah membuka penjualan tiket konsernya secara online, kau mau
ikut menonton?” ajak ku . Suara dari ujung sana terdiam.
“Ah, etto…aku belum punya uang. Tabungan ku
juga menipis” jawab Harumi-chan dengan nada suram.
“Ah, souka. Emh…aku yang bayarin deh” ucapku
mencoba memberikan solusi untuknya
“Ah, iie. Aku tidak mau berhutang” Harumi-chan
mencoba menolak.
“Ah, daijoubu. Aku ikhlas kok. Aku yang
bayarin deh. Ikut, yah? Ikut, yah? Please!” aku memohon padanya.
“Yakin, nih? Aku jadi merasa tidak enak” ucap
Harumi-chan terdengar lemah.
“Daijoubu, daijoubu. Okeh?” aku memastikan
kembali.
“Emh, baiklah” jawabnya terdenagr lebih baik.
“Yosh! Aku akan belikan dua tiket untuk kita
berdua” ucapku seraya meloncat-loncat kegirangan. Harumi-chan terkekeh kecil
dari ujung sana mendengar suara ku yang begitu girang.
“Baiklah. Aku tutup. Jaa!” ucapku.
“Emh” jawab Harumi-chan. Aku menutup
panggilannya dan langsung kembali ke meja komputerku.
Aku
langsung memesan dua tiket untuk konser come back Hey! Say! Jump! secara
online. Rasanya seperti mimpi bisa pergi menonton Idola bersama seorang teman.
Jujur perasaan ini begitu senang, bahkan ini terasa seperti mimpi. Aku ingat,
terkahir aku jalan bersama teman-teman adalah sekitar 6 bulan yang lalu.
Sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi. Untuk kesempatan kali ini, aku harus
memanfaatkannya dengan baik.
^O^O^O^O^
“Jadi, kalian akan menonton konsernya Hey!
Say! Jump! Itu?” ucap Miwa-chan sambil menyeruput minumannya.
“Nee, tepatnya malam minggu ini” ujar ku
sambil memeluk roti-roti ku.
“Ah, Ketua Osis!” seru Mori-chan yang
tiba-tiba berhenti di depan ku.
“Argh!” roti-rotiku berjatuhan karena menabrak
Mori-chan yang berjalan di depan ku tiba-tiba berhenti mendadak. Aku
memungutnya.
“Mika-chan, kami duluan yah? Sepertinya ada
yang ingin bicara denganmu” ujar Harumi-chan. Mereka bertiga pun meninggalkan
ku yang sedang memungut rotiku.
“W-woy! Jangan ting-“ ucapan ku terpotong
ketika seseorang sudah berdiri di depan ku.
“Koukei-san? Apa kau tidak ingat denganku?” ujar
sosok laki-laki yang aku kagumi berdiri tepat di hadapanku. Aku terdiam
menatapnya sambil memeluk roti-rotiku. Tiba-tiba aku tidak bisa bergerak.
Tubuhku membeku di tempat. Aku merasa gugup sekarang.
“Watashi mo Hideyashu Kazetou. Kita pernah
satu Sekolah Dasar. Aku Senpai mu di Sekolah Dasar” ujarnya. Aku terdiam dan
mencoba mengingat masa-masa Sekolah Dasarku.
“Sekolah Dasar? Eh…etto” aku benar-benar tidak
mengingatnya sama sekali. Aku tidak menyangka orang yang aku kagumi ini
mengenalku. Di tambah dia pernah satu Sekolah Dasar dengan ku.
“Waktu itu aku bertugas di UKS. Kau mimisan
karena terlempar bola Base Ball saat kau jam pelajaran Olah Raga. Jadi, aku
yang merawatmu. Kau hampir lari karena takut aku menyuntikmu. Padahal aku hanya
ingin mengobati mu” Senpai terkekeh kecil mengatakannya.
“Ah, aku ingat! Yah, waktu itu, hahaha” aku
tertawa saat mengingatnya, “Astaga! Itu benar-benar konyol” aku menggaruk tekuk
leherku.
“Aku tidak menyangka, kau sekarang sudah
tumbuh besar dan cantik. Aku juga terkejut saat kau menabrak ku waktu itu. Ku
kira kita tidak pernah bertemu lagi sejak Sekolah Dasar” ucapnya seraya
memalingkan wajahnya karena malu dengan ucapannya sendiri. Aku terdiam saat dia
mengatakan itu. Senpai memuji ku? Hontoni?
“Ah, gomen. Lupakan saja ucapan ku yang tadi.
Emh, aku harus kembali ke ruang Osis” ujarnya yang pamit kepadaku.
“A-ah, nee” aku menundukkan sedikit kepala
untuk member hormat. Astaga! Jantungku berdegup tidak menentu. Pipiku rasanya
panas. Jangan-jangan pipiku memerah saat ini. Malunya aku.
Aku
pun kembali ke kelas sambil masih memeluk rotiku. Ketika berjalan masuk ke kelas,
ku lihat pandangan tajam dari Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan. Aku pun
menatap balik kearah mereka seraya duduk di bangkuku.
“Nanni?” aku bertanya kepada mereka.
“Apa Senpai mengatakan suka padamu?”Tanya
Mori-chan di tambah anggukan Harumi-chan dan Miwa-chan.
“Hah?! Iie, iie. Dia hanya bilang kalau dia
pernah satu Sekolah Dasar dengan ku. Dia Senpai ku di Sekolah Dasar” ucapku
seraya menangkis pemikiran aneh mereka.
“Emh, souka” Harumi-chan mengangguk-angguk.
“Berarti ini namanya “TAKDIR CINTA”” ucap
Miwa-chan sambil mengangkat tangannya ke uadara. Aku pun menatap tangannya itu.
“Hah?! Chi-chigau. Itu tidak mungkin. Dia
tampan, cerdas dan memiliki jabatan penting di sekolah ini. Pasti akan ada
peperangan sampai-sampai aku punya hubungan dengan Senpai. Diakan punya banyak
fans di sekolah ini” ujarku seraya memakan roti isi ku.
“Yang namanya takdir, kau tidak bisa
mengelaknya, Mika-chan. Buktinya, kau di pertemukan lagikan di sini” sahut
Miwa-chan. Aku hanya diam memikirkan kata-katanya yang sedikit menguras tenaga
otakku.
Aku
menyukai seseorang sepertinya? Hontoni? Apa bisa? Gadis biasa seperti ku bisa
memiliki hubungan dengan seorang Senpai sepertinya itu sedikit aneh. Seseorang
sepertinya harusnya mendapatkan gadis yang lebih layak dari diriku yang
penyakitan, lemah dan rapuh ini. Kalau ini benar-benar takdir, berarti akhir
dari hubungan ini, kalau di dramakan adalah Sad Ending. Mungkin.
^O^O^O^O^
Hari
ini adalah hari yang paling aku tunggu. Aku dan Harumi-chan melihat konser Hey!
Say! Jump! Bersama. Aku sudah menunggunya di depan pagar gedung Tokyo Dome.
Sesekali aku memeriksa make up ku dengan cermin dan merapikan baju musim semi
ku menunggu Harumi-chan datang. Aku menggunakan pink dress selutut, rompi putih
rajutan, sepatu boots di bawah lutut, tas ransel dan tidak lupa aku mengikat
tinggi rambut panjang ku seperti buntut kuda.
Jam
sudah menunjukkan pukul 06.30 Pm. 30 menit lagi konsernya akan mulai. Sampai
sekarang Harumi-chan belum juga kunjung datang. Aku sudah memegang erat dua
tiket konsernya dengan penuh rasa gelisah. Takut dia tidak datang.
“Mika-chan!” suara Harumi-chan memanggil ku
dari kejauhan. Dia berlari dengan cepat kearahku.
“Hah…hah…gomen, gomene” ucapnya sambil
mengatur nafasnya karena terengah-engah.
“Daijoubu. Sekarang masih jam tujuh kurang 20
menit. Jam tujuh tepat baru konsernya mulai kok. Emh…bagaimana kalau kita beli
makanan dulu sebelum masuk?” ujar ku.
“Nee, aku juga haus sekali” ujarnya yang masih
terengah-engah.
Kami
pun berjalan ke stand terdekat untuk mencari minuman dan makanan untuk di bawa
masuk ke dalam gedung. Setelah membeli minuman dan makanan, kami berjalan
menuju ke gedung. Tiba-tiba, aku melihat sebuah stand yang menjual
pernak-pernik Hey! Say! Jump seperti bando bertuliskan Jump! yang menyala,
lightstick, dan poster. Aku membeli bandonya dan lightstick. Harumi-chan pun
juga membelinya. Lengkap sudah persiapan untuk menonton konsernya. Kami pun
memasukin gedung Tokyo Dome yang mewah dan megah itu. Gedung untuk pergelaran
besar dan menakjubkan.
Sesampai
di dalamnya, kami di suguhi dengan lampu-lampu indah yang menghiasi sesisi
gedung. Aku sungguh terpesona dengan pemandangan itu. Gedung mulai di penuhi
oleh penonton yang juga ingin melihat konser Hey! Say! Jump!. Aku dan
Harumi-chan mendapatkan tempat dibangku VIP kelas 1. Syukurnya bangku itu cukup
dekat panggung. Sehingga, kami bisa melihat dan menikmati performance mereka
semua secara dekat. Sungguh, ini seperti mimpi. Ini pertama kalinya aku melihat
konser Hey! Say! Jump! Live. Di tambah bersama seorang teman. Ya, Harumi-chan.
Perasaan bahagia yang lengkap ini tidak akan ku sia-siakan.
“Kita harus mendokumentasikan ini, Harumi-chan”
ujarku seraya mengambil ponselku.
“Katakan Ciss!” ujarku seraya menghidupkan
kamera depan ponselku untuk selfie. Hasilnya pun di dapat. Aku mengacungkan
jari “V” ku dan Harumi-chan tersenyum manis di sampingku.
Sekarang
pukul 07.00 Pm. Sebuah VCR di layar panggung mulai di tampilkan. Aku dan
Harumi-chan menghidupkan lampu bando kami dan lighstick kami. Suasana hening
beberapa saat ketika menunggu penampilan dari semua anggota Hey! Say! Jump!.
Tiba-tiba lampu seluruh gedung di matikan. Sebuah lampu sorot mengarah kearah
belakang, pintu masuk. Dari situ, muncullah semua anggota Hey! Say! Jump!.
“WAAAH!” semua berteriak serempak saat lampu
menyorot mereka.
Konser
pun di mulai dengan kemeriahan yang luar biasa. Aku tidak berhenti-hentinya
berteriak karena pesona mereka. Aku juga tidak lupa terus meneriaki nama
Yamada-kun. Konser di malam itu sungguh meriah sampai-sampai tidak terasa
konser sudah berlanjut selama 4 jam lamanya. Sungguh, malam ini malam yang luar
biasa menurutku. Aku dan Harumi-chan tidak berhenti-hentinya tersenyum, tertawa
dan berteriak karena konser itu. Kebahagian ini akan menjadi momen indah di
hidupku. Aku…aku akan selalu mengingatnya.
^O^O^O^O^
“Waah…malam minggu kemarin benar-benar malam
yang istimewa” ujarku yang girang menceritakan konser Hey! Say! Jump! Kepada
Mori-chan sambil berjalan menuju kelas kami.
“Apa Harumi-chan juga ikut?” ujar Mori-chan.
“Emh, kami benar-benar terhanyut dengan
penampilan mereka. Aku dan Harumi-chan tidak berhenti-hentinya berteriak saat
mereka melakukan fanservice. Hah…Yamada-kun” aku mengingat kembali saat
Yamada-kun melakukan fanservice di konser waktu itu.
“Sayangnya aku tidak mengerti soal Boyband”
Mori-chan terkekeh.
“Aku mulanya menyukai lagu mereka. Kemudian,
mencari info profil mereka” ujarku sambil meloncat-loncat kecil kegirangan.
“Ah, Ohayou Senpai” Mori-chan memberi hormat
kepada Hideyashu Senpai. Senpai tidak sengaja melewati kami yang berjalan
menuju kelas. Aku terlonjak saat melihat Senpai berdiri di depan kami. Aku
terdiam beberapa saat.
“O-ohayou Senpai” aku menundukkan sedikit
kepala ku untuk memberikan hormat padanya. Dia sempat terdiam menatap ku. Aku
hanya menundukkan wajahku. Karena, mungkin saat ini wajahku memerah.
“Ohayou mo” Senpai membalasnya sambil
tersenyum. Astaga! Pagi-pagi seperti ini sudah di suguhi senyuman Senpai yang
luar biasa itu. Rasanya tenang sekali hatiku melihatnya.
Senpai
pun pamit pergi kepada kami. Aku dan Mori-chan pun kembali berjalan ke kelas
kami. Suasana sekolah seperti biasa, riuh karena murid-muridnya. Sesampai di
kelas aku melihat Miwa-chan yang duduk di bangkunya sambil melambaikan tangannya
kepada kami.
“Ohaoyu, Miwa-chan” sapa ku sambil berjalan
menuju bangku ku.
“Ohayou, Miwa-chan” sapa Mori-chan seraya
duduk di bangkunya.
“Ohayou mo, Mika-chan, Mori-chan” Sapanya
balik.
“Etto, Harumi-chan belum datang?” Tanya ku
yang sadar bangku Harumi-chan masih kosong.
“Emh, aku sudah mencoba mengirimnya pesan dan
menghubunginya tapi tidak di balasnya” jawab Miwa-chan yang menatap kearah
bangku Harumi-chan.
“Tumben jam segini dia belum juga datang”
ucapku. Tiba-tiba perasaan khawatir menyelimutiku. Ah…aku tidak boleh berpikir
negatif. Aku mencoba membuang pikiran jelekku.
“Ah, itu Harumi-chan!” seru Mori-chan yang
melihat Harumi-chan datang.
“Ohayou, Harumi-chan!” sapa ku seraya berdiri
dari bangku sambil melambaikan tangan ku padanya. Dia tidak menjawabnya.
Tatapannya pun dari tadi hanya kebawah. Dia terlihat murung. Aku menghampirinya
yang duduk di bangkunya.
“Harumi-chan, daijoubu?” aku memastikan
keadaannya.
“Aku sedang tidak mood” jawabnya singkat.
“Kalau ada masalah cerita saja. Aku akan
menjadi pendengar mu yang baik, Harumi-chan” jawab ku dengan girang.
“Pergilah, Mika-chan!” Harumi-chan tiba-tiba
membentakku. Aku terdiam berdiri di sampingnya. Matanya menatap tajam kearahku.
Bahkan seluruh mata di kelas memandangiku.
“Harumi-chan?” ujarku yang hendak memegang
pundaknya untuk menenangkannya.
“Jangan sentuh aku!” Harumi-chan menyingkirkan
tangan ku sebelum memegang pundaknya.
“Gomen” jawab ku sambil menundukkan wajah ku.
Aku berjalan kembali ke bangku ku.
Aku
tidak salah kan? Aku hanya ingin mencoba membantunya. Aku tidak ingin dia
murung seperti saat ini. Kalau saja aku bisa membantunya menyelesaikan
masalahnya. Ah, iie. Aku salah. Seharusnya aku mengerti kalau ini masalah
pribadinya. Seharusnya aku sadar dia tidak ingin orang lain ikut campur.
Seharusnya aku cukup menunggunya bercerita dari kemauannya sendiri. Ya, aku salah.
Kau bodoh, Mika-chan!
Jam
pelajaran di mulai dengan tenang seperti biasa. Di saat itu, pikiranku sungguh
kacau. Aku tidak bisa berkosentrasi terhadap pelajaran ku. Aku gelisah dan
terus kepikiran Harumi-chan. Aku bingung harus berbuat apa. Bahkan di jam
istirahat, aku hanya duduk diam di kelas. Apakah ada cara lain untuk membuatnya
tersenyum kembali seperti semula? Berdiam diri seperti ini malah membuatku
merasa semakin tidak berguna sebagai temannya. Aku akan mencoba berbicara lagi
dengannya nanti ketika jam pulang sekolah.
“Baiklah. Pelajaran cukup sampai di sini dulu.
Minggu depan kita lanjutkan kembali. Untuk Kugou Momori tolong ikut saya ke
ruang guru sekarang dan langsung bawa saja tasmu” ucap Sensei yang pamit keluar
di jam pelajaran terkahir ini. Aku terdiam saat mendengar Sensei memerintahkan
Mori-chan untuk ikut bersamanya keruang guru. Wajah Mori-chan pun berubah
menjadi suram. Aku ingin memberinya semangat tapi, aku takut. Takut tidak
seperti yang di harapkan.
“Ah, Harumi-chan!” ucapku seraya bergegas
ingin menyusulnya yang sudah keluar dari kelas.
“Mika-chan, sebaiknya kau beri waktu untuk
mereka menenangkan diri dulu” ujar Miwa-chan yang mengerti akan situasi saat
ini.
“Diam hanya akan membuat diriku tidak berguna,
Miwa-chan” ucapku seraya meninggalkan kelas. Aku berlari mengejar Harumi-chan
yang mungkin saja sedang berjalan menuju halte bus.
“Harumi-chan!” aku berteriak sambil berlari
menghampiri Harumi-chan yang sudah sampai di halte bus.
“Hah…hah…” aku mengatur nafas ku yang
terengah-engah.
“Gome-“ ucapan ku terpotong.
“Aku ingin sendiri. Tolong mengertilah,
Mika-chan” ucapnya yang masih menundukkan wajahnya. Aku pun terdiam dan bingung
ingin mengatakan apa.
“Emh, souka. Tapi, ingatlah…bahwa kau tidak
sendirian, Harumi-chan. Aku…aku berdiri di belakang mu dan siap mendengarkan
apa pun dari ceritamu. Aku pun siap membantu mu jika kau membutuhkan bantuanku.
Bukankah kita teman? Itulah yang dilakukan teman, bukan?” ucapku. Aku
menggenggam erat tas sekolah ku karena perasaan takut. Ku rasa aku sudah
mengungkapkan rasa sesak di dadaku yang sudah dari tadi ku tahan saat di
sekolah. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin orang di sekitar ku bersedih.
Aku ingin mereka bahagai. Maka dari itu aku akan mencoba melakukan apa pun
untuk membantu mereka jika mereka dalam masalah.
“Gomenasai” ucapku seraya menundukkan kepala
ku dan berbalik meninggalkannya. Ya, dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya
dulu.
Aku
berjalan menuju sekolah. Aku ingin menemui Mori-chan untuk memastikannya. Aku
terus kepikiran juga tentang dirinya. Hari mulai senja, tapi aku masih belum
kunjung pulang ke rumah. Aku tidak bisa pulang begitu saja meninggalkan
Mori-chan.
“Ah, Mori-chan? Daijoubu deska?” ucapku
mengahampirinya yang baru saja keluar dari gedung sekolah.
“Hanya masalah pembayaran sekolah” jawabnya
yang tetap berjalan. Aku pun mengikutinya.
“Lalu, bagaimana?” ujarku memastikan.
Mori-chan berhenti dan menatapku.
“Aku tidak bisa membayarnya. Ini sudah
tertunda 3 bulan dan aku akan di ancam berhenti sekolah” ucapnya dengan sedikit
mengeraskan suaranya. Dia terlihat marah.
“Kau bisa mengurus beasiswa tidak mampu dengan
sekolah, kalau kau mau mengajukannya, Mori-chan” aku mencoba memberikannya ide.
“Mika-chan, beasiswa seperti itu sulit untuk
di lakukan. Prosesnya panjang dan Otou-san pasti tidak mau melakukannya”
jawabnya dengan sedikit nada membentak.
“Ta-tapi, kalau tidak di co-“ ucapanku
terpotong.
“Cukup! Aku pusing dan lelah. Biarkan aku
memikirkan solusi ini sendiri” ujarnya seraya meninggalkanku begitu saja. Aku
hanya terdiam dan melihatnya pergi.
Langit
mulai gelap. Kurasa aku juga harus pulang sekarang. Otou-san dan Okaa-san pasti
akan khawatir. Aku bisa memikirkan masalah ini di rumah. Ya, aku akan membantu
mereka mencari solusi masalah mereka. Walaupun aku tidak tahu solusi itu akan
berhasil atau tidak.
“Tadaima!” ucapku seraya membuka pintu rumah.
Ku lepaskkan sepatu ku dan ku letakkan di raknya. Aku mengambil sendal rumah ku
dan menggunakannya.
“Okaeri, Mika-chan. Kenapa jam segini baru
pulang, hah?” Okaa-san menunjukkan wajah khawatirnya.
“Daijoubu. Aku tadi piket di kelas. Jadi,
sedikit terlambat untuk pulang” ujarku yang berbohong. Aku tidak mau membuatnya
khawatir.
“Oh, souka. Sekarang bersihkan dirimu dan kita
makan malam bersama di ruang makan” ujar Okaa-san yang tersenyum menatapku. Aku
membalasnya mengangguk dan tersenyum.
Aku
pun berjalan ke lantai atas menuju kamar ku. Rasanya lelah sekali hari ini.
Kepalaku pun terasa berat. Badanku terasa lemah dan berkeringat banyak. Aku
akan segera membersihkan diriku, makan malam dan segera beristirahat malam ini.
Tapi, badan ku semakin sempoyongan.
BRAAK
DUK
“Argh!” aku terjatuh tepat mengenai ganggang
pintu kamar ku. Aku memegang kepalaku yang mengenainya. Rasanya sakit sekali.
“Ah…berdarah?!” aku panik saat melihat darah
bercucuran dari kepalaku. Aku mencoba segera berdiri. Tapi,…
“Ka-kaki ku! Kaki ku mati rasa!” aku memegang
kedua kakiku yang tidak bisa bergerak. Rasanya kaki ku membatu.
“Sial! Kenapa kau tidak bisa berdiri, hah?!”
aku berteriak sambil memukul-mukul kedua kaki ku.
“Ayo berdiri!” aku tetap berusaha sambil
berpegangan ke ganggang pintu kamar ku. Aku memaksa kaki ku untuk berdiri dan
aku bisa berdiri. Perlahan-lahan mati rasa di kaki ku menghilang. Rasa panik
pun mereda. Ku lihat di lantai penuh dengan cucuran darah dari kepalaku. Aku
memegangi kepalaku untuk menghentikan pendarahannya.
“Aku…takut, hah…hah…” aku meremas kerah
seragamku sambil membendungi air mataku yang tiba-tiba saja keluar. Semoga yang
terjadi tadi bukan hal yang tidak-tidak. Aku yakin tadi hanya karena aku
kelelahan. Cukup dengan minum obat dan beristirahat, besok pasti aku akan
baik-baik saja. Ya, pasti besok akan baik-baik saja.
Tiba-tiba
penglihatan ku buram. Semua tampak melayang-layang. Aku berpegangan ke ganggang
pintu kamar ku untuk menahan tubuhku yang mulai goyah. Rasa sakit luka di
kepalaku pun mulai menusuk-nusuk. Darahnya juga tidak berhenti sejak tadi.
“Hah…hah…Ok-okaa-san” aku mencoba berteriak
tapi suara ku terasa tercekat di tenggorokkan.
“Mika-chan!” terdengar suara Otou-san yang
berteriak menghampiriku.
Tiba-tiba badan ku mati rasa dan semua tampak
gelap…
^O^O^O^O^
“Hah…hah…” aku mengatur nafas ku perlahan. Aku
membuka perlahan mata ku untuk mengatur cahaya yang masuk ke kornea mataku.
“Mika-chan?” panggil suara Okaa-san. Aku
memalingkan wajah ku untuk menatapnya yang berdiri di sampingku. Ku lihat
Otou-san juga berdiri di samping Okaa-san untuk menenangkan Okaa-san. Aku
mencoba tersenyum pada mereka.
“Daijoubu…” jawab ku pelan.
Aku
merasakan jarum menancap di punggung tangan kiri ku dengan botol cairan infus
yang selangnya menuju jarum infus di tanganku. Oksigen terpasang di hidungku,
perban melingkari kepalaku dan…
“Ka-kakiku? Hah…kakiku. Hah…hah…aku tidak
merasakan kakiku” aku memaksakan diriku untuk duduk.
“Harumi-chan, kau jangan bangun dulu. Kau baru
saja sadarkan diri, nak” Okaa-san memegangi tubuhku untuk membaringkannya.
“Chigau!” aku berteriak untuk meminta Okaa-san
melepaskan tubuhku, “Kaki ku…kaki ku…aku tidak meraskannya. Kaki ku tidak bisa
di gerakan Okaa-san” Okaa-san langsung memelukku.
Seketika
air mata ku mengalir deras dan membasahi bajunya. Aku memeluknya erat. Sangat
erat. Rasa takut mulai menyelimuti ku. Tidak, aku akan sembuh dan aku akan
kembali bersekolah. Aku akan menghabiskan waktu ku di sekolah dengan
teman-temanku. Aku akan melakukan banyak hal dengan mereka. Aku harus bisa
berjalan dan kembali ke sana. Aku mengcengkram kuat baju Okaa-san dan
melampiaskan rasa sesak di dada ku.
“Percayalah…kau akan sembuh, Harumi-chan”
Okaa-san menghapuskan air mataku yang semkain deras mengalir di pipi ku.
“Hah..hah…emh” aku mengangguk sambil
sesegukkan, “Aku akan sembuh dan akan kembali bersekolah” ujarku yang juga
mencoba menghapuskan air mata ku.
“Sumimasen” ujar seorang Suster yang masuk ke
dalam ruanganku.
“Dokter ingin bertemu dengan orang tua pasien
dari Nyonya Koukei Yumika sekarang di ruangannya” ucap Suster itu.
“Hai!” jawab Otou-san. Otou-san dan Okaa-san
pun pergi meninggalkan ruangan ku dan pergi menuju ruang Dokter.
Aku
pun mencoba menenangkan diri. Aku tidak boleh panik. Aku aku harus tenang dan
berpikiran positif tentang ini. Aku yakin pasti ada solusi untuk menyembuhkan
kaki ku. Dengan begitu aku bisa kembali ke sekolah menemui Harumi-chan,
Mori-chan dan Miwa-chan. Ya, aku yakin.
SREEK
“Ah?!” aku terkejut saat pintu ruanganku
tergeser. Aku melihat sosok yang aku kenal berdiri di sana.
“Harumi-chan?” ucapku yang sedikit tidak
percaya melihatnya berdiri di sana. Harumi-chan melangkah perlahan mendekati
ku.
“Konnichiwa” sapanya pelan seraya duduk di
bangku samping tempat ku beristirahat.
“Konnichiwa mo, Harumi-chan” balasku dengan
tersenyum lebar. Perasaan senang tiba-tiba menyelimutiku. Perasaan lega, nyaman
dan tenang saat melihat Harumi-chan masih mau menemui ku dengan apa yang
terjadi kemarin.
“Daijoubu?” Harumi-chan bertanya dengan nada
khawatir.
“Nee, daijoubu deska” jawab ku dengan girang.
Aku menatapnya tanpa rasa takut.
“Kepalamu…baik-baik saja?” Harumi-chan
menunjuk kepalaku.
“Ah, ini hanya luka biasa. Dalam beberapa hari
juga aku akan keluar dari sini” jawab ku seraya memegang luka di kepalaku.
“Kenapa kepalamu bisa luka seperti itu? Pasti
parah sampai kau masuk ke Rumah Sakit” ujarnya yang masih memikirkan keadaanku.
“Ah, itu…aku terjatuh dan kepalaku mengenai
ganggang pintu kamarku. Makanya jadi seperti ini, hahaha” aku tertawa saat
mengingat kejadian konyol itu, “Bagaimana dengan Mori-chan?” ujarku yang
khawatir tentang Mori-chan.
“Dia akan ke sini bersama Miwa-chan nanti
setelah mengurus beasiswanya” jawab Harumi-chan seraya tersenyum kecil
menatapku.
“Hemh…souka” lega rasanya mendengar jawaban
Harumi-chan. Akhirnya, Mori-chan menerima solusi itu. Ku harap semuanya lancar.
“Gomenasai” ucap Harumi-chan yang tertunduk.
“Na-nannde?” kau bertanya karena ucapannya.
“Kemarin aku tidak menghiraukanmu. Padahal
kamu hanya berusaha untuk membantuku” ujarnya sambil menundukkan wajahnya. Aku
tersenyum menatapnya.
“Daijoubu deska. Aku mengerti keadaanmu. Lagi
pula aku yang salah karena terlalu memaksamu” ujarku mencoba menenangkan rasa
bersalah Harumi-chan.
“Iie, aku seharusnya tidak berkata kasar kepadamu”
ujarnya menatapku tajam, “Aku bertengkar dengan sahabatku dari SMP. Mereka
marah karena aku menolak bertemu dengan mereka di caffe. Karena saat itu aku
sudah memiliki janji dengan mu untuk melihat konser Hey! Say! Jump!. Kau sudah
bersusah payah membeli tiketnya dan tidak mungkin bagi ku menyia-nyiakannya.
Mereka marah karena alasan itu. Mereka membenciku dan akhirnya mereka tidak mau
berteman denganku lagi. Mereka bilang, “Pergi saja sana bersama sahabat baru
mu!” hahaha, konyol bukan?” Harumi-chan tiba-tiba menangis setelah menceritakan
masalahnya. Dia mengalihkan pandangannya dari ku dan mencoba menghapus air
matanya.
“Ah, gomen” ucapnya. Aku melihat air matanya
semakin deras. Aku meraih tisu dari meja di sampingku.
“Jelaskan saja yang sebenarnya ada di hatimu
pada mereka. Mereka mungkin salah paham. Sayangkan persahabatan yang sudah kau
bangun bertahun-tahun runtuh hanya karena kesalahpahaman seperti ini” ujarku
seraya menghapuskan air matanya. Harumi-chan terdiam sejenak menatapku, “Andai
saja aku bisa menemui mereka, aku akan menjelaskan semuanya pada mereka” ujarku
sambil tertawa. Harumi-chan masih terdiam menatapku.
“Hah…hah…” Harumi-chan tiba-tiba memelukku.
Memelukku dengan sangat erat. Dia menangis deras di pundak ku. Aku pun
memeluknya balik. Aku mengelus lembut punggungnya.
“Kau tidak perlu menanggungnya sendiri. Aku
sebagai temanmu akan mendengarkan semua masalah mu. Aku akan mencoba
membantumu. Itulah guna teman, kan? Ingatlah, bahwa banyak orang di sekitarmu
yang peduli padamu” ujarku yang masih memeluknya. Harumi-chan meraung di
pundakku karena dia sudah tidak dapat membendungi air matanya. Dia mencengkram
kuat pundak ku. Aku membalasnya dengan mengelus lembut punggungnya.
“Jangan menangis lagi. Semuanya akan baik-baik
saja. Yakinlah” ujar ku seraya menghapuskan kembali air mata Harumi-chan. Dia
mengangguk mengerti.
“Konnichiwa!” sapa Miwa-chan yang masuk ke
dalam ruanganku diikuti oleh Mori-chan.
“Konnichiwa mo” balas ku bersamaan dengan
Harumi-chan.
“Woh! Apakah itu parah?” Tanya Miwa-chan
seraya menunjuk luka di kepala ku sambil meletakkan kotak kue di atas pahaku.
“Ini hanya luka biasa. Tenang saja” ujar ku
sambil tertawa kecil.
“Gomen, untuk kemarin” ujar Mori-chan yang
duduk di samping Harumi-chan.
“Daijoubu. Emh…bagaimana beasiswa mu?” ucapku
sambil tak lepas dengan senyuman ku.
“Emh, aku mendapatkannya. Arigatou, untuk
sarannya” ucapnya sambil tersenyum.
“Hahaha, douita. Ah, boleh ku makan?” ujarku
seraya membuka kotak kue yang di berikan oleh Miwa-chan.
“Makan saja. Makan yang banyak biar kau cepat
sembuh dan cepat keluar dari Rumah Sakit” ujar Miwa-chan sambil membantuku
membukakan kotak kuenya.
“Hahaha, emh” aku mengangguk tersenyum.
Kami
pun berbincang-bincang mengenai keadaan sekolah selama aku tidak hadir. Mereka
menceritakan bahwa akan ada festival sekolah di akhir bulan Agustus sebelum
masuknya Musim Gugur. Kelas kami berencana akan membuka Rumah Hantu. Mereka
menceritakannya dengan penuh semangat. Apalagi Miwa-chan, dia begitu
bersemangat dengan rencana Rumah Hantu itu untuk festival nanti. Senangnya kami
dapat kembali seperti semula. Lega rasanya bisa tertawa bersama mereka. Beban
ku terasa ringan saat tertawa bersama mereka. Bahkan aku sempat lupa bahwa aku
sedang sakit saat ini.
“Kami pulang dulu yah!” seru Miwa-chan seraya pamit
kepadaku. Mori-chan dan Harumi-chan pun tersenyum sambil melambaikan tangannya
kepadaku.
“Hai, hati-hati yah” ucapku sambil melambaikan
tanganku kepada mereka. Mereka menutup pintu kamarku dan aku kembali terdiam di
kesunyian kamar rawatku.
“Hah…sepi” aku tersenyum miris menatap keluar
jendela kamarku.
“Sumimasen” ucap seorang Dokter yang masuk ke
kamar ku bersamaan dengan Suster dan kedua Orangtua ku.
“Hai?” ujar ku seraya sedikit menundukkan
kepala memberi hormat.
“Kami akan pasangkan dua botol infus lagi.
Botol satunya adalah darah, karena HB mu yang kurang dan botol yang kedua
adalah vitamin untuk tubuhmu” ujar Dokter itu. Suster yang membawakan botol
darah dan viatamin pun mulai memasangkannya di infusku.
“Mulai bosek kita akan therapy untuk pemulihan
kaki mu” lanjut Dokter.
“Hai!” jawab ku mantap. Kemudian, aku
tersenyum menatap kedua Orangtua yang berdiri cemas melihatku untuk mengisyaratakan
semuanya akan baik-baik saja.
^O^O^O^O^
“Iya, sedikit lagi” ujar perawat laki-laki
yang tengah mengontrol pemulihan kakiku.
“Eee…eh” aku tengah berusaha menggerakkan
kakiku.
Aku
bertopang pada dua tiang yang tingginya sejajar di tempat therapy jalan ini.
Aku sudah berkeringat deras karena dua jam lamanya aku melakukan ini dari pagi.
Aku harus bisa menggerakkan kembali kaki ku. Aku yakin kaki ku akan segera
pulih kalau aku berusaha dengan baik.
BUK
“Argh!” aku terjengkal karena pegangan di
tangan kanan ku terlepas pada tiang.
“Berhati-hatilah, Koukei-san” ucap perawat itu
seraya membantuku berdiri.
“Dai…joubu” jawab ku dengan nafas yang
terengah-engah. Aku kembali mencoba berdiri.
“Sebaiknya kita istirahat untuk hari ini.
Besok kita lanjutkan lagi” saran perawat itu. Aku diam sejenak memikirkannya.
Ku rasa dia ada benarnya juga.
“Emh, wakata” aku mengangguk sambil tersenyum.
Perawat itu pun membantu ku duduk ke kursi roda ku.
“Arigatou gozaimasu, untuk hari ini” ucapku
dengan menundukkan kepala ku kepada perawat itu.
“Hai” jawabnya sambil tersenyum.
Aku
pun mendorong roda kursi ku untuk menjalankannya. Aku menjalankannya kearah
kamar ku yang hanya satu jalur dengan ruang therapy itu. Aku harus bergegas
kembali ke kamar sebelum ada yang lain melihatku dengan kursi roda ini.
Sesampai di depan kamar ku geser pintu kamar ku dan…
“Hah?!” aku terkejut saat mendapati
Harumi-chan, Mori-chan, Miwa-chan dan…Senpai!
“Mi-minna?” suaraku bergetar karena gugup.
Mereka melihatku sedang duduk di kursi roda. Bagaimana ini?
“O-ohayou. Ah! Hari ini hari minggu yah.
Pantas kalian datang sepagi ini” ujarku seraya menjalankan kursi roda ku ke
dalam ruanganku. Mereka tidak merespon perkataan ku. Aku mulai gelisah.
“Aku baru saja dari ruang therapy” ujarku yang
sedang berusaha untuk berdiri dari kursi roda.
“Sini biar ku bantu” ucap Senpai seraya
menggendong ku dengan bridal style ke tempat istirahatku.
“Ah?! A-arigatou” ucapku yang gelagapan karena
sikap Senpai.
“Douita” ucapnya yang tak lupa tersenyum
padaku. Aku tertunduk malu.
“Bukannya kau bilang kau sakit hanya karena
luka di kepalamu, Mika-chan?” ujar Mori-chan yang memulai pembicaraan. Aku
terdiam sejenak menatap wajah mereka yang bingung dengan kondisi ku saat ini.
“Gomene…aku tidak mengatakan yang sejujurnya
pada kalian. Aku hanya ti-“ ucapan ku terpotong.
“Bukankah kau bilang kita teman, Mika-chan?
Kau sendiri kan yang bilang bahwa teman itu tempat kita berbagi cerita, masalah
dan tempat kita meminta bantuan. Tapi, kau sendiri merahasiakan ini”
Harumi-chan menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia tengah menahan air matanya
dengan meremas roknya.
“Aku hanya tidak ingin kalian khawatir dengan
keadaan ku. Aku tidak ingin kalian merasa sedih dan kasihan karena keadaanku
sekarang” ucapku yang tertunduk dan mencoba membendungi air mata ku yang mulai
memaksa untuk keluar, “Ya, aku tidak baik-baik saja. Aku sakit. Penyakit ini
mengrogotiku. Aku sekarang lumpuh” ujar ku. Perlahan butiran bening menetes
ketelapak tanganku.
“Tapi, aku mengikuti therapy. Jadi, aku akan
segera bisa berjalan dan kembali ke sekolah. Kalian tidak perlu
mengkhawatirkannya” ujar ku yang mencoba tersenyum walaupun air mata ku
mengalir deras. Aku tengah mencoba meyakinkan mereka.
“Hah…hah…” Harumi-chan tiba-tiba saja menangis
dan berlari meninggalkan ruangan ku.
“Harumi-chan!” aku berteriak seraya ingin
mengejarnya.
“Awas, Mika-chan!” ucap Senpai dan Miwa-chan
memperingatkanku. Senpai mendekap tubuhku yang hendak jatuh karena ingin
mengejar Harumi-chan.
“Aku akan menyusulnya” ucap Mori-chan yang
berlari menyusul Harumi-chan.
“Hah…ini salah ku. Hah…hah…aku hanya tidak
ingin keadaan ku menghalangi kebahagian kita saat bersama. Aku tidak ingin sakit
ku hanya akan membuat diriku terlihat menyedihkan. Hah…hah…” aku menangis
sejadi-jadinya di dalam dekapan Senpai tanpa sadar. Aku mencengkram kuat jas
sekolahnya. Maafkan aku, Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan
^O^O^O^O^
“Agh…hah…hah” nafas ku terasa sesak. Sesuatu
tengah mencekat paru-paru ku. Tubuhku terasa tegang dan kaku. Tubuhku
mengeluarkan keringat yang deras. Aku mencengkram kuat selimutku karena
sakitnya aku tidak bisa bernafas.
“Dokter!” Otou-san berteriak dari pintu depan
ruanganku.
“Sayang, sayang, kau bisa mendengar suara
Okaa-san?” Okaa-san memukul pelan pipiku
untuk memastikan ku. Dia terlihat begitu panik. Aku ingin menjawabnya, tapi aku
tidak bisa mengeluarkan suara ku. Tubuhku semakin bergetar hebat. Penglihatanku
pun mulai samar.
‘Okaa-san!
Taskette! Okaa-san’
suara ku tercekat. Seluruh tubuh ku terasa sakit. Aku tidak bisa melakukan
apa-apa. Aku hanya bisa meneteskan air mata ku menandakan rasa sakit saat ini.
“Otou-san, Mika-chan!” Okaa-san berteriak saat
melihat ku mengeluarkan air mataku.
Selang
beberapa detik, Dokter dan para Suster datang memasuki ruanganku. Penglihatan
ku mulai samar-samar. Aku merasa seseorang tengah menyuntikan sesuatu ke dalam
jarum infus ku. Cairan itu terasa kental karena sakit ketika mereka mengalir di
urat ku. Seketika, semua tampak gelap.
^O^O^O^O^
Aku
tengah duduk melihat pemandangan Musim Panas dari jendela ruanganku. Aku
sedikit bisa bernafas dengan nyaman karena bantuan oksigen yang terpasang di
hidungku. Tidak terasa sudah seminggu aku berada di rumah sakit. Aku mulai
bosan di dalam ruangan pengap ini. Tidak ada siapa-siapa. Aku selalu sendiri di
ruangan ini. Otou-san dan Okaa-san sibuk menyiapkan apa yang aku butuh kan di
rumah.
“Konnichiwa” sapa seseorang yang masuk ke
ruangan ku.
“Konnichiwa mo-, ah…Senpai” saat ku lihat
sosoknya tengah tersenyum berdiri di depan pintu.
“Yosh! Aku datang untuk menjenguk mu” ujarnya
seraya menunjukkan telapak tangan kanannya.
“Cuaca di luar sedang bagus. Bagaimana kalau
kita ke atas?” ujar Senpai seraya menunjuk ke atas. Ku dapati dia tengah
menggendong tas gitar di punggungnya.
“Hai!” jawab ku mantap. Aku tersenyum
menatapnya.
Senpai
menggendongku ke kursi roda dan menggantungkan botol oksigen di belakang kursi
rodaku. Dia mendorong ku menuju lift untuk ke lantai paling atas gedung Rumah
Sakit ini. Beberapa menit kemudian, kami sampai di tempat paling tinggi di
Rumah Sakit ini. Dia mendorong ku menuju pintu yang mengarah atap Rumah Sakit.
“Huaaah…indahnya” ucapku seraya menuju atap Rumah
Sakit. Angin Musim Panas berhembus menerpa wajahku. Rambut panjang ku pun beterbangan
karena anginnya. Senpai mendorong kursi roda ku menuju sebuah bangku panjang
yang membentang di hadapan kami. Senpai duduk di bangkunya dan aku duduk di
kursi roda ku yang menghadapnya.
“Senpai ingin bermain gitar?” Tanya ku padanya
yang membuka tas gitarnya.
“Emh” Senpai mengangguk sambil memangku
gitarnya. Dia meletakkan jari-jarinya pada senar gitarnya. Kemudian, dia
sedikit memainkan sebuah kunci lagu.
“Yoon Mi Rae, judulnya I’ll Listen To What You
Have To Say” tebak ku saat mendengar kunci gitar itu.
“Hai, kau bisa menyanyikannya? Kalau bisa, aku
akan memainkan gitar ku untuk lagunya” ujar Senpai yang mengatur ulang tali
senar gitarnya agar tepat.
“Baiklah, akan ku coba” ucapku seraya
menghembuskan pelan nafas ku untuk mengambil suara.
Ulgoissneun
seulpeun nege, himdeureossdeon nege
Gaseumeuro
bulleojeneun neorwihan norae
Honjaran
saenggagi deulttae
Gapjagi
nunmuri nalttae
Amudo
neoui gyeoto eopsdago neukkilttae
Gieokkhae
honjaga anningeol
Sesangil
neul apeugehaedo
Ijen
oerwodo seulpeodo uljineunma
Maleopsi
neol anajulge
Neoui
yaegil deureoljulge
Dorabwa
naega isseulge
Niga
heullinnunmul modu dakkajulge
Neoui
oeroumdo
Jami
ojianheun bame, sseulsseulhan bin bange
Neoui
yaegil deureojul nugunga eopseulttae
Ssodajineun
bismulcheoreom
Himdeuniri
nege olttae
Pihalgosdo
eopsi heumppeok neoreul jeoksilttae
Gieokhae
honjaga aningeol
Sesangil
neul apeugehaedo
Ijen
oerwodo seulpeodo uljineunma
Maleopsi
neol anajulge
Neoui
yaegil deureoljulge
Dorabwa
naega isseulge
Niga
heullinnunmul modu dakkajulge
Neoui
oeroumdo
PROK, PROK, PROK
“Ah?!” aku terkejut saat mendengar tepuk
tangan dari arah belakangku. Aku memutar kursi roda ku untuk melihat ke
belakang. Aku terdiam saat melihat sosok yang tidak asing berdiri di antara
Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan.
“Yuu-chan?” ucapku pelan saat dia tengah
tersenyum kecil menatapku. Aku bahkan tidak bisa berkata-kata saat dia
menatapku. Aku tertunduk dalam diam. Yuu-chan berjalan menghampiriku.
“Konnichiwa, Mika-chan” sapanya seraya duduk
berjongkok di hadapanku. Tanganku tiba-tiba terasa dingin dan bergetar saat
Yuu-chan menatapku lembut. Aku mengalihkan pandanganku.
“Kami tinggal dulu. Kalian mengobrollah” ujar
Senpai yang pamit kepadaku. Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan pun tersenyum
meninggalkan kami.
Yuu-chan
duduk di bangku belakang ku. Aku memutar kursi roda ku untuk mengahadapnya. Aku
tertunduk untuk tidak melihat wajahnya saat ini. Rasa tidak sanggup menyelimuti
hati ku saat ini. Kenangan buruk di SMP ku mulai bermumculan di pikiranku.
Sampai kejadian menyakitkan pun melintas di pikiran ku.
“Bagaimana keadaanmu saat ini?” Yuu-chan mulai
membuka pembicaraan setelah kami terdiam beberapa saat.
“Lebih baik” ucapku seraya tersenyum kecil.
“Emh, souka. Mereka teman yang baik, kan?”
Yuu-chan menyinggung tentang Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan.
“Jauh lebih baik” jawab ku menatapnya datar.
Yuu-chan membalasnya dengan tersenyum.
“Gomen, gomenasai. Aku sebagai sahabat mu waktu
itu, hanya diam tidak berbuat apa-apa. Aku hanya menonton mu dari kejauhan saat
kau di sakiti oleh mereka. Aku memang pengecut. Aku hanya diam merutuki sikap
pengecutku saat kau di bentak, di marahi, bahkan di bully. Kau pantas untuk
melupakanku, Mika-chan” ujar Yuu-chan yang menundukkan wajahnya.
“Chi-chigau! A-aku tidak ingin melupakanmu.
Aku hanya ingin melupakan masa-masa itu. Kau salah kalau kau beranggapan aku
ingin melupakanmu. Justru karena kau sahabat ku, aku ingin selalu mengingatmu.
Walaupun kejadian itu sempat memisahkan kita” ujarku yang mencoba
menjelaskannya. Yuu-chan terperangah dengan penjelasanku. Dia menatap diriku
seolah-olah dirinya begitu bersalah selama ini.
“Kau tidak perlu menyalahkan dirimu. Lagi
pula, aku sudah melupakan kejadian itu. Aku sekarang sudah menemukan teman, teman
yang lebih baik. Bahkan sekarang aku sangat tahu makna sesungguuhnya teman itu
apa. Aku akan berjuang melakukan apa pun untuk menjaga, melindungi dan membantu
teman ku. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar mereka bahagia di sampingku”
perlahan buliran air mata ku menetes saat mengatakannya, “Sekarang semuanya
sudah jauh lebih baik. Aku bisa menjalani hidup ku dengan teman-teman ku yang
sesungguhnya. Dan aku…aku akan berjuang melawan penyakit ku dan kembali ke
sekolah. Mulai saat ini, hidupku akan lebih penuh warna bersama mereka” ucapku
seraya memandang langit biru. Sesekali aku mengusap air mata ku yang sudah
tidak bisa ku bendungi lagi.
“Emh…wakata. Aku sangat bersyukur sekarang kau
sudah menjalani hidup mu lebih baik. Aku akan berdo’a, semoga kau cepat pulih
dan bisa kembali bersama mereka. Jagalah dirimu baik-baik” ucap Yuu-chan seraya
mengelus lembut pundak ku sambil tersenyum. Dia bangkit dari duduknya sambil
membungkuk badannya. Dia pergi meninggalkanku.
“Hah…hah…” aku menutup wajah ku dengan kedua
telapak tanganku untuk mencoba menahan air mataku yang semakin deras keluar.
Akhirnya semua sudah tersampaikan. Beban selama ini yang aku simpan sudah aku
luapkan kepada Yuu-chan. Rasanya begitu lega bahkan terasa ringan. Aku mengusap
air mata ku untuk membersihkannya.
Aku
mendorong kursi roda ku menuju pintu masuk ke gedung Rumah Sakit. Aku terus
mendorongnya ke pintu lift dan menekan tombol lift ke lantai 6. Sesampai di
lantai 6, aku mendorong kursi roda ku kembali kearah ruangan ku. Ku geser pintu
ruangan ku dan aku menemukan Harumi-chan, Mori-chan, Miwa-chan, dan Senpai
tengah tersenyum kearahku.
“Tadaima!” ucapku seraya tersenyum kearah
mereka. Di tengah-tengah senyum ku, mengalir air mata kebahagiaan menatap wajah
mereka.
“Okaeri, Mika-chan!” ucap Harumi-chan diikuti
senyuman dari yang lainnya.
‘Arigatou,
minna’ ucapku dalam hati sambil
mengulas senyuman ku.
^O^O^O^O^
Aku
membuka perlahan mataku untuk menerima sedikit demi sedikit cahaya yang masuk
ke kornea mataku. Nafasku pun terasa sangat ringan. Aku sadar, bahwa tubuh ku
terbalut dengan beberapa alat Rumah Sakit. Aku juga dapat mendengar alat
pendekteksi jantung ku dari arah kiri ku. Aku merasakan tubuhku yang membatu
tidak bisa di gerakkan. Hanya kelopak mataku yang dapat berkedip. Untuk
berbicara pun aku sudah tidak bisa lagi.
Aku
menatap ke sekitarku. Aku mendapati Otou-san yang merangkul Okaa-san yang sedang
manangis di sisi kananku. Aku juga melihat Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan
berdiri di sisi kiri ku. Di depan ku berdiri sosok tampan yang aku kagumi,
Senpai. Aku membuat ulasan senyuman di wajah ku saat menatap mereka semua.
Mengisyaratakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Aku
mencoba menggerakan jari kiri ku untuk mengisyaratakan kepada Harumi-chan.
Harumi-chan menyadarinya dan menggengam lembut tangan kiriku yang terpasang
infus itu.
“Mika-chan” panggilnya. Aku mengedipkan mataku
yang artinya mendengarnya. Mori-chan dan Miwa-chan pun mencoba tersenyum
menatapku.
‘Arigatou’ ucapku dalam hati saat menatap Harumi-chan, ‘Arigatou, kau sudah menjadi salah satu teman
terbaik ku, Harumi-chan’ ucapku lagi dalam hati. Perlahan buliran hangat
mengalir dari ujung mataku. Air mata itu mengalir deras membasahi bantalku.
Aku
mencoba tersenyum namun bibir ku menjadi terasa berat. Semua pandangan ku
menjadi samar-samar. Perlahan semua tampak tidak jelas. Aku pun tidak bisa
mengedipkan mataku lagi. Seluruh tubuhku seakan-akan membatu. Aku mulai tidak
bisa menarik nafas dan menghembuskannya lagi. Dan semuanya menghilang…
Untukmu,
yang sedih dan menangis
Untukmu,
yang berjuang
Aku
akan menyanyikan lagu ini untukmu dengan sepenuh hati
Ketika
kau berpikir kau sendirian, ketika kau tiba-tiba mulai menangis
Ketika
kau merasa seperti tidak ada seorang pun di sampingmu
Ingatlah,
bahwa kau tidak sendirian
Bahkan
jika dunia selalu menyakitimu
Bahkan
ketika kau merasa kesepian atau sedih, jangan menangis
Aku
tanpa kata-kata akan memelukmu
Aku
akan mendengarkanmu
Lihatlah
kebelakang, Aku akan berada di sini
Aku
akan menghapus semua air matamu
Bahkan
semua kesepianmu
Pada
malam saat kau tidak bisa tidur, saat kau berada di akamrmu yang sepi dan
kosong
Ketika
tidak ada satupun yang mendengarkanmu
Ketika
kesulitan datang padamu seperti jatuhnya hujan
Dan
membasahimu tanpa bisa kau mengindarinya
Ingatlah,
bahwa kau tidak sendirian
Bahkan
jika dunia selalu menyakitimu
Bahkan
ketika kau merasa kesepian atau sedih, jangan menangis
Aku
tanpa kata-kata akan memelukmu
Aku
akan mendengarkanmu
Lihatlah
kebelakang, Aku akan berada di sini
Aku
akan menghapus semua air matamu
Bahkan
semua kesepianmu
By : Yoon Mi Rae-I’ll Listen To What You Have
To Say Lyric
[THE END]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar