Author

Author

Jumat, 28 Agustus 2015

[Japanese Fanfiction] TOMODACHI ~Long Oneshoot~

[TOMODACHI]

Author      : Marinni Hasan
Main Cast  : Koukei Yumika, Sikaku Harumi, Kugou Momori, Shinji Miwa, Taketo Yuuri and Hideyashu Kazetou
Genre       : Slice of life, School, Romance, and Angst
Rating       : PG-13 Teens 13 or older
Note       :Di sarankan saat membacanya sambil mendengarkan lagu 7!! (Seven Oops)-Orange dan Yoon Mi Rae-Ii’l Listen To What You Have To Say. Selamat membaca!

^O^O^O^O^
“Mika-chan, ayo kita ke kantin!”
“Mika-chan, kau mau?”
“Mika-chan, ikutlah bermain bersama kami!”
“Mika-chan, bisa bantu aku menggambar?”
“Mika-chan, ambilkan poto untuk kami?
“Mika-chan, bisa bawakan tas ku?”
“Mika-chan, kau pulang saja duluan, kami jalan-jalan sebentar”
“Mika-chan, pemainnya sudah cukup”
“Mika-chan, kau terlambat!”
“Mika-chan, kau lelet”
“Mika-chan, norak!”
“Mika-chan, jelek!”
“Mika-chan, Baka!”
“Mika-chan, Miskin!”
“Kami tidak mau berteman dengan orang yang membantah kami!”
“Pergilah kau, Mika-chan!”
“Hah?!” nafas ku terengah-engah, “Aku…aku mimpi buruk lagi” ucapku seraya mendudukan tubuhku. Ku lihat tangan ku bergetar dan berkeringat. Wajahku pun di lumuri keringat. Akhir-akhir ini mimpi itu terus meanghantuiku. Padahal itu kejadian 3 tahun yang lalu. Kenapa malah sekarang mimpi buruk itu menghantuiku?
          Ku lihat ke jendela, bulan dan bintang bersinar sangat terang. Bahkan cahayanya masuk ke dalam ruangan ku di rawat ini. Ku lirik infusku yang masih mengalir dan masih terisi setengah botolnya. Aku sadar aku masih berada di rumah sakit. Lagi-lagi aku masuk Rumah Sakit.
“Besok aku sudah boleh keluar dari sini, dan lusa…aku akan bersekolah kembali, ke SMA baruku. Yosh! Ganbattene!” aku mengepal kuat telapak tangan kananku dan mengangkatnya ke udara.

Hari pertama bersekolah di SMA baru…

“Yosh! Hah…Akhirnya aku pakai seragam SMA juga” aku tersenyum menatap diriku di cermin di kamar ku.
“Mika-chan, ayo sarapan dulu!” teriak Okaa-san dari lantai bawah.
“Nee, Okaa-san!” aku bergegas meraih tas sekolah ku dan berlari ke lantai bawah.
“Ohayou, Otou-san” ucapku seraya duduk di kursi meja makan bersama Otou-san dan Okaa-san.
“Waah! Cantik sekali, Mika-chan” ucap Otou-san setelah meminum teh hangatnya. Aku tersenyum saat mendapatkan pujian dari Otou-san.
“Oh, jelas! Cantik seperti Okaa-san” sahut Okaa-san dengan percaya diri. Aku dan Otou-san tertawa bersamaan setelah Okaa-san mengatakan itu.
“Kenapa malah tertawa?” ujar Okaa-san dengan ekspresi cemberut.
“Ah, sudah jam segini!” aku panik dan menyuapkan roti bakar ku ke mulutku, “Aku berangkat duluan! Ittekimasu!” aku meraih tas ku dan berlari ke pintu depan.
“Hati-hati yah, Mika-chan!” Okaa-san berteriak seraya menyusul ku ke pintu depan, “Itterasshai!” lagi-lagi Okaa-san berteriak.
“Hai!” jawab ku sambil berlari meninggalkan rumah.
          Aku berlari. Terus berlari sambil meluangkan kebahagian ku hari ini pada Musim Semi yang bergharga bagi ku di tahun ini. Ini hari pertama ku masuk ke SMA. Aku tidak boleh terlambat ke Upcara Penyambutan. Aku menggenggam kuat tas ku dan mengencangkan sedikit lari ku lagi. Bunga sakura mulai berjatuhan karena hembusan angin dan membuat kelopak-kelopak indahnya menerpa ku yang melewatinya.
          Setelah berlari cukup jauh, akhirnya aku sampai di depan gerbang SMA Tatsuno. Sekolah Kejuruan yang terkenal di Jepang. Aku mengatur nafas ku yang terengah-engah. Aku berdiri tegak dan merapikan seragamku. Ku lihat banyak siswa-siswi yang sudah mulai berdatangan. Aku menutup mata ku dan berdo’a sejenak.
“Di tahun ini, di musim ini, di hari ini, di sekolah baru ini, semoga menjadi sesuatu yang lebih baik dan aku…aku akan menuliskan kisah baru ku dengan sungguh-sungguh, aku harus memulai cerita di lembaran baru ini agar menjadi dongeng yang dapat di kenang di masa depan. Amin”. Aku membuka mata ku setelah memejamkan sebentar.
“Yosh!” aku berlari masuk ke dalam gerbang sekolah dengan semangat yang membara.
          Setelah menukarkan sepatuku di loker, aku berjalan menuju kelas ku yang berada di lorong kanan dari tempat loker. Sekolah sangat ramai saat itu. Mereka mengobrol, tersenyum bahkan ada yang tertawa. Aku yang melihatnyan pun ikut tersenyum. Ya, ini tahun ajaran baru di sekolah ini. Mereka tengah memulai sesuatu yang baru di sekolah ini.
          Akhirnya aku sampai di kelas baru ku, kelas 1-3. Kelas tampak ramai karena suara bising yang terdengar dari luar kelas. Aku menarik nafas perlahan dan menghembuskan pelan. Aku melangkahkan kaki ku dengan pasti ke dalam kelas itu. Ku lihat banyak sudah yang berada di kelas itu. Aku menelusuri setiap sudut kelas sambil melihat bangku yang kosong untuk ku. Ku dapati bangku kosong di depan. Aku langsung berjalan menuju bangku itu.
“Ah…kau suka Boyband Hey! Say! Jump!?” ucap seorang siswi yang duduk di bangku belakangku.
“Emh. Aku suka mereka” jawab seorang siswi yang sepertinya duduk di sampingnya.
“Dia suka Boyband juga!” aku histeris sendiri. Sepertinya, ini bisa jadi bahan pembicaraan untuk berkenalan dengan mereka.
“Ohayou! Watashi mo Koukei Yumika desu. Yoroshiku!” aku memberanikan diri berkenalan dengan mereka yang duduk di belakang ku. Mereka terdiam menatap sejenak.
“Ohayou mo, Watashi mo Shinji Miwa. Yoroshiko mo!” sahut Shinji-san yang duduk tepat di belakang ku.
“Ohayou mo, Watashi mo Sikaku Harumi. Yoroshiku mo!” ujar teman Shinji-san yang duduk di sampingnya.
“Ah, tadi kamu bilang kalau kamu suka Boyband Hey! Say! Jump! Yah?” aku memulai topik dengan mereka. Tidak lupa melemparkan senyuman ku kepadanya.
“Ah, nee” jawab Sikaku-san.
“Watashi mo. Aku suka Yamada-kun” ujar ku seraya menampilkan poto Yamada-kun dari ponsel ku ke mereka.
“Oh…aku suka Chinen Yuri” ucapnya tersenyum kecil.
“Shinji-san suka siapa?” Tanya ku kepada Shinji-san yang tiba-tiba asik dengan ponselnya.
“Ah? Ah…aku tidak suka Boyband” jawab Shinji-san seraya menggaruk tekuk lehernya.
“Oh, souka. Daijoubu” jawabku sambil tersenyum.
“Aku lebih suka pemain sepak Bola, Messi” Shinji-san menampilkan poto dari ponselnya seorang pemain sepak bola, Messi.
“Apa ini kosong?” ucap seseorang yang datang menghampiri ku, “Ah,Koukei Yumika?” ujar siswi itu. Dia menyebut nama lengkap ku? Dia mengenalku?
“Aku boleh duduk di sini?” ucapnya sambil duduk di bangku sampingku. Padahal aku belum menjawabnya.
“Kau lupa denganku? Watashi mo Kugou Momori, dari kelas 3-3 di SMP yang sama seperti mu. Kita pernah satu Ujian Praktek Olah Raga” ujarnya sambil duduk menghadapku. Aku mencoba mengingatnya. Sungguh aku lupa dengan Kugou-san. Aku tidak pernah tahu kalau ada yang mengenal ku. Ku kira aku hanya di kenal di kelas ku saja.
“Ah, souka. Hahaha, aku tidak terlalu mengenal orang lain selain orang-orang di kelas ku” jawabku. Mungkin aku terlalu banyak mengalami masa-masa sulit, sehingga aku tidak pernah tahu dengan orang-orang di sekitar ku.
“Bagaimana orang lain tidak mengenal mu di sekolah? Kau adalah orang sudah membawa nama baik sekolah ke dalam Perlombaan Biola Nasional di Tokyo” sungguh, bahkan dia mengetahui tentang itu. Apakah benar seperti itu? Apakah banyak yang mengenalku?
“Ah, hontoni? Waah hahahaha” aku tertawa terbahak-bahak setelah mendengar penjelasan Kugou-san.
“Wah! Suggoi nee, Koukei-san” ujar Sikaku-san yang kagum. Wah dia kagum? Apa benar?
“Ah, arigatou Harumi-chan” mereka terdiam saat aku memanggil nama Harumi-chan dengan nama depannya.
“Are, hahaha…ka-kalian juga boleh memanggil nama depanku. Biar kita lebih akrab lagi” aku terkekeh. Mereka berpikir sejenak.
“Emh, itu lebih bagus” sahut Miwa-chan dan di sambut anggukan Mori-chan dan Harumi-chan.
          Apakah ini awal yang lebih baik? Apakah ini bisa menjadi sebuah pertemanan yang berbeda dari sebelumnya? Ku harap begitu. Awalnya sangat menakutkan saat memberanikan diri untuk memsuki area pertemanan. Tapi…tapi, aku tidak bisa berdiam diri begitu saja tanpa memulai sesuatu yang sering gagal selama ini. Ya, aku terus gagal dalam pertemanan dari aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak.
          Aku sungguh tidak mengerti kenapa terus begitu. Aku juga tidak mengerti kesalahan selama ini terletak dimana. Aku terus berpikir dan mencari tahu, tapi aku tidak pernah menemukannya. Semakin ku memikirkannya, semakin ku mencari tahu, semakin membuat ku tersakiti. Bahkan sampai sekarang semua yang terjadi membekas di hati ku. Aku harap, pertemanan yang ini adalah awal yang lebih baik.
“Ohayou minna-san” sapa seorang sensei wanita masuk ke kelas kami, “Okaerinasai minna-san! Sekarang kalian adalah murid di SMA ini. Jadi, sekarang bersiaplah menuju Aula untuk Upacara Penyambutan tahun ajaran baru. Kalian siap?” Sensei itu tampak sangat bersemangat.
“Hai!” sahut kami bersamaan dengan bersemangat.
          Kami pun meninggalkan kelas untuk menuju ke Aula sekolah. Kami berjalan dengan rapi menuju Aula. Sesampai di Aula, kami pun berbaris sesuai aturan. Sangat ramai, bahkan mereka sangat senang saat berkumpul di Aula. Sesuatu di hati ku mulai bergemuruh saat suasana riuh di Aula. Rasa senang ku tidak bisa diucapkan hanya dengan kata-kata semata. Semoga awal kesenangan ini, mejadi akhir yang lebih baik.
“Mika-chan, Yuu-chan…dia bersekolah dimana?” aku terdiam saat Mori-chan yang berdiri di depan ku bertanya.
“Ah…etto, aku dengar dia bersekolah di SMA Horikoshi” jawab ku dengan pelan.
“Emh, kenapa kau tidak bersekolah di sana juga?” Mori-chan bertanya kembali. Pertanya ini sungguh membuat otak ku sulit berpikir. Pertanyaan yang sebenarnya ingin ku hindari.
“Aku memang ingin bersekolah di sini” jawab ku sambil tertawa kecil.
“Emh, souka” Mori-chan mengangguk-angguk mengerti.
          Selang beberapa menit, Upacara di mulai. Penyambutan yang sederhana tapi menyenangkan itu terlewati dengan hikmat atas sambutan Koichou Sensei. Aku yang mendengarkan dengan sungguh-sungguh pun terus tersenyum melihat suasana di Aula saat itu. Satu jam berlalu, Upacara pun selesai. Kami di perintahkan untuk kembali ke masing-masing kelas.
“Jaa, karena ini hari pertama kalian di SMA ini, kita akan melakukan Kerja Bakti untuk membersihkan kelas ini. Oke?” ucap Sensei yang berdiri di depan kelas.
“Hai!” jawab kami serentak. Kami pun bergegas membagi tugas masing-masing.
“Aku dengan Harumi-chan bagian membersihkan jendela” aku memberikan usulan sambil mengangkat telapak tangan kanan ku.
“Emh, aku dengan Mori-chan yang bagian menyapu” usul Miwa-chan. Aku pun mengangguk mengerti. Sama seperti kami, siswa-siswi yang lainnya juga membagi tugas masing-masing.
          Aku dan Harumi-chan mengambil kain pembersih kaca beserta cairan pembersih kaca di lemari belakang kelas. Kami memulai dari jendela di depan kelas. Aku di sisi kanan dan Harumi-chan di sisi kiri.
“Harumi-chan, kamu pernah ke konser Hey! Say! Jump!?” ujar ku yang merasa bosan karena kami hanya berdiam diri saat membersihkan jendela.
“Iie, nannde?” Harumi-chan menatap ku.
“Hahaha, sama. Emh…bagaimana kalau mereka mengadakan konser come back mereka, kita nonton sama-sama?” aku mengajukan ide ku padanya.
“Boleh” jawabnya sambil memikirkan sesuatu. Senangnya dengan respon Harumi-chan. Aku harus menggunakan kesempatan itu untuk mengenalnya lebih dekat lagi. Yosh!
“Ah?!” aku terdiam saaat melihat sosok laki-laki yang mempesona ku melewati depan kelas. Aku terus menatapnya tanpa sadar.
“Dia Ketua Osis di sekolah ini” Harumi-chan menyadarinya.
“Ah, souka. Sepertinya dia orang cerdas yah? Pasti dia juga terkenal sekali di sekolah ini dan pasti banyak fansnya. Banyak saingan dong” aku memikirkan hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Harumi-chan terdiam menatap ku.
“Hahaha, abaikan saja kata-kata ku tadi” ujarku seraya menggaruk tekuk leherku. Aku melanjutkan pekerjaan ku untuk membersihkan jendela.
“Ya seperti itulah” sahut Harumi-chan yang juga kembali mengerjakan tugasnya.
          Kami pun kembali membahas hal lain selama membersihkan jendela. Kami banyak membahas Hey! Say! Jump!, mulai dari hal-hal konyol yang pernah di lakukan Idola kami sampai semua hal yang di takuti Idola kami. Kami banyak berbagi tentang Idola kami. Entah kenapa rasanya berbeda saja ketika mengobrol dengan Harumi-chan. Dia merespon dengan sangat baik sehingga aku ingin terus mengobrol dengannya. Aku pun tidak pernah berhenti tersenyum saat mengobrol dengannya. Rasanya begitu nyaman dan sejuk ketika dia mencoba melontarkan beberapa lelucon yang gagal. Aku hanya terkekeh dengan pembicaraannya.
          Tidak terasa hari mulai sore. Kami pun sudah menyelesaikan Kerja Bakti kami seharian penuh. Kami mengembalikan alat-alat pembersih kami ke lemari di paling belakang di kelas. Setelahnya kami menuju Toilet untuk membersihkan tangan kami.
“Kalian pulang menggunakan apa?” Tanya ku kepada Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan.
“Aku di jemput oleh Onii-chan” jawab Miwa-chan.
“Aku juga” sahut Mori-chan.
“Aku naik bus” jawab Harumi-chan.
“Wah, sama Harumi-chan! Nanti ke halte bus sama-sama yah?” ujarku. Harumi-chan mengangguk mengerti. Waah! Senangnya.
          Setelah dari Toilet, kami kembali ke kelas untuk mengambil tas. Kemudian kami berjalan menuju lemari loker di depan pintu sekolah. Kami menukar sepatu kami.
“Aku duluan yah” ucap Miwa-chan yang sudah di jemput.
“Watashi mo” sahut Mori-chan seraya menyusul Mori-chan yang berjalan menuju gerbang sekolah. Aku melambaikan tangan kepada mereka.
“Ikkho!” aku merangkul tangan Harumi-chan untuk mengajaknya segera berjalan.
          Harumi-chan sempat heran menatapku saat merangkulnya. Tapi, aku hanya melemparkan senyuman padanya. Kami berjalan bersama menuju halte yang berjarak 500 meter dari sekolah kami. Aku bercerita sedikit tentang lelucon yang pernah aku lihat dari Televisi kepada Harumi-chan. Harumi-chan pun tertawa lepas ketika aku berhasil menirukan lelucon itu.
“Hahaha, kamu benar-benar konyol yah” ucap Harumi-chan sambil duduk di bangku halte bus.
“Hahaha, aku menyukai lelucon mereka. Kau tahu, Otou-san sampai mengeluarkan air matanya karena aku menirukan gaya mereka yang bagian boss dan majikan itu” ujar ku sambil menirukan sedikit gaya pelawak dari Televisi itu.
“Hahaha, sudahlah. Aku sudah sakit perut melihat gaya mu, Mika-chan” Harumi-chan memegang perutnya karena tidak tahan melihat gayaku.
          Aku pun duduk di sampingnya sambil tertawa melihat keadaannya. Selang beberapa menit, bus tujuan kami datang. Aku dan Harumi-chan pun memasuki bus itu. Aku dan Harumi-chan duduk di bangku yang berdua di paling belakang.  Aku mengambil ponsel ku dan earphone ku.
“Ini pakailah!” ucapku seraya meletakkan sisi kanan earphone milikku ke telinga bagian kanan Harumi-chan. Harumi-chan sontak terkejut. Aku memainkan lagu Hey! Say! Jump! Yang berjudul Weekender.
“Ah, aku ingat di MV ini, Chinen Yuri berputar-putar sambil memainkan jasnya di dekat akhir MV-nya” ucapku mengingatnya.
“Ah, nee. Hahaha, dia konyol. Rata-rata golongan darah AB emang punya sikap rada sedikit tidak jelas” Harumi-chan menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat Idolanya itu. Aku tersenyum saat menatapnya.
“Aku sudah sampai. Aku duluan yah, Mika-chan” Harumi-chan melepaskan earphone ku dan berdiri dari kursinya.
“Emh, hati-hati yah” ucapku seraya melambaikan tangan padanya setelah Harumi-chan turun dari bus. Harumi-chan membalasnya dengan tersenyum.
“Tujuan selanjutnya adalah The University of Tokyo Hospital”  panggilan dari bus. Aku memencet bel di samping tempat duduk ku untuk memberitahukan.
“Bus akan berhenti di Halte selanjutnya” Jawab dari panggilan bus.
“Hari ini jadwal mengambil obatku” ucapku seraya mengambil resep obat dari tasku yang diberikan oleh Dokter spesialis ku. Aku menatap sedikit lama resep itu. Kemudian, aku tersenyum melihat kearah luar jendela bus.
^O^O^O^O^
          Sekarang sedang jam istirahat di sekolah ku. Aku, Harumi-chan, dan Mori-chan membeli beberapa roti dan susu kotak untuk makan istirahat kami. Kami membawanya ke atap sekolah.
“Emh…roti ini memang paling enak di makan di suasana seperti ini” ujar ku yang duduk bersandar di pagar atap sekolah sambil menyantap roti ku.
“Anginnya segar” ucap Harumi-chan yang duduk di sampingku.
“Jelaslah! Kan masih Musim Semi” sahut Mori-chan yang bediri melihat pemandangan dari atap sekolah.
“Musim Semi? Musimnya Cinta kan?” ujarku menatap Mori-chan yang berdiri di sampingku. Mori-chan dan Harumi-chan menatapku.
“Kalian punya pacar? Atau seseorang yang kalian suka? Ayo ceritakan!” ucapku dengan girang.
“Emh…” mereka tampak sedang berpikir. Aku menunggunya dengan tidak sabar.
“Siapa yah?” Mori-chan berpikir dengan keras.
“Chinen Yuri!” ujar Harumi-chan sambil mengangkat tinggi susu kotaknya ke udara. Aku dan Mori-chan menatapnya.
“Hahaha, itu Idola mu, Harumi-chan” aku tertawa mendengar jawaban Harumi-chan.
“Hah...” Mori-chan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Mika-chan, kamu sendiri punya?” ucap Mori-chan.
“Emh…” aku berpikir sejenak. Tiba-tiba saja wajah Ketua Osis itu melintas di pikiran ku. Aku tersenyum saat mengingat ekspresi coolnya.
“Ketua Osis!” sahut Harumi-chan seraya memakan rotinya. Aku sontak membelalakan mataku.
“Hah?!” aku dan Mori-chan sama-sama terkejut. Harumi-chan hanya diam sambil menyeruput susu kotaknya yang mulai terdengar habis itu.
“I-iie” aku berdiri mengahdap mereka sambil menggelengkan kepala menandakan tidak.
“Ah…hontoni?” Mori-chan menampak ekspresi evilnya menatapku. Harumi-chan mengangguk-angguk dengan ekspresi santainya.
“Aku hanya kagum kok” jawab ku seraya mengacungkan jari “V” ku.
“Cinta itu tumbuh dari rasa kagum” ujar Mori-chan. Harumi-chan mengangguk lagi.
“Ah, ch-chigau. Mana mungkin Ketua Osis menyukai orang yang tidak di kenalnya seperti aku. Lagi pula aku tidak cocok untuknya. Aku bukan apa-apa di matanya” ujarku menjelaskannya. Suaraku terdengar grogi saat menjelaskannya. Semoga mereka tidak berpikiran macam-macam.
“Kau ingin kenalan dengannya? Aku bisa mengenalkannya denganmu” ujar Mori-chan yang beranjak dari posisinya menuju pintu untuk turun dari atap sekolah.
“Ah, iie!” aku berteriak menyusul Mori-chan.
          Mori-chan berlari menuruni tangga. Aku bergegas menyusulnya. Aku takut dia benar-benar akan melakukan hal gila. Astaga! Kenapa semua berantakan seperti ini. Aku menyukai Ketua Osis itu karena mengaguminya. Mungkin.
          Kami sampai di lantai dasar sekolah. Mori-chan terus berlari dan aku mempercepat lari ku. Di belakang ku, Harumi-chan menyusul. Mori-chan berbelok ke lorong yang mengarah ke ruang Osis. Ah, Tidak!
“Chigau, Mor-“ aku terhenti.
BRAK
“Ittai!” aku terjatuh saat sadar menabrak sesuatu. Kepalaku sakit seperti mengenai sesuatu yang sedikit keras. Aku mengelus kepalaku.
“Daijoubu?” ucap seseorang. Aku menatapnya dan…
“Hah?!” aku terdiam tanpa kata saat melihat sosok yang tidak terduga duduk berjongkok di hadapanku.
“Koukei Yumika?” ucapnya menatap kearahku. Aku membelalakan mataku saat dia menyebutkan nama lengkap ku. Di-dia tahu dari mana namaku?
“Ah, Ketua Osis!” seru Harumi-chan yang berada di belakangku. Mori-chan tersenyum licik di depan ku.
“Chi-chigau!” aku berdiri dan berlari ke kelas. Aku meninggalkan mereka begitu saja. Ah, sial! Situasi benar-benar buruk.
          Hari ini aku mengalami banyak hal tidak terduga. Itu adalah pengalaman yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Aku tidak merasa jengkel. Malah aku merasa sesuatu yang berbeda. Mungkin, kebahagian. Ya, inilah rasanya bermain bersama teman-teman. Sesuatu yang terjadi selalu menjadi kejutan tersendiri. Perasaan yang konyol, tapi nyata.
^O^O^O^O^
“Ah…leganya setelah mandi” aku menghempaskan tubuh ku ke tempat tidur.
“Melahkan…tapi, mengasyikkan” ujarku mengingat kejadian di sekolah tadi, “Are, muka ku panas” aku memegang pipiku yang menjadi hangat akibat kejadian tadi di sekolah. Aku menabrak seorang Ketua Osis yang aku kagumi. Astaga! Aku menutup wajah ku dengan bantal karena malu. Baka!
“Ah, schedule Hey! Say! Jump!” seru ku yang langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja komputer ku. Aku menghidupkan komputerku dan langsung membuka web Official resmi Hey! Say! Jump!.
“Wah! Minggu depan mereka come back! Aku, aku harus menghubungi Harumi-chan” ucapku seraya meraih ponsel ku. Aku bergegas menekan nomor kontak Harumi-chan dan menunggu jawaban dari seberang sana.
“Moshi, moshi?” sahut suara Harumi-chan dari seberang sana.
“Ini aku, Mika-chan” jawab ku dengan begitu senangnya.
“Ada apa Mika-chan?” Harumi-chan bertanya.
“Aku melihat info dari web Official resmi Hey! Say! Jump! Mereka akan come back minggu depan dan akan melakukan konser come backnya. Mereka sudah membuka penjualan tiket konsernya secara online, kau mau ikut menonton?” ajak ku . Suara dari ujung sana terdiam.
“Ah, etto…aku belum punya uang. Tabungan ku juga menipis” jawab Harumi-chan dengan nada suram.
“Ah, souka. Emh…aku yang bayarin deh” ucapku mencoba memberikan solusi untuknya
“Ah, iie. Aku tidak mau berhutang” Harumi-chan mencoba menolak.
“Ah, daijoubu. Aku ikhlas kok. Aku yang bayarin deh. Ikut, yah? Ikut, yah? Please!” aku memohon padanya.
“Yakin, nih? Aku jadi merasa tidak enak” ucap Harumi-chan terdengar lemah.
“Daijoubu, daijoubu. Okeh?” aku memastikan kembali.
“Emh, baiklah” jawabnya terdenagr lebih baik.
“Yosh! Aku akan belikan dua tiket untuk kita berdua” ucapku seraya meloncat-loncat kegirangan. Harumi-chan terkekeh kecil dari ujung sana mendengar suara ku yang begitu girang.
“Baiklah. Aku tutup. Jaa!” ucapku.
“Emh” jawab Harumi-chan. Aku menutup panggilannya dan langsung kembali ke meja komputerku.
          Aku langsung memesan dua tiket untuk konser come back Hey! Say! Jump! secara online. Rasanya seperti mimpi bisa pergi menonton Idola bersama seorang teman. Jujur perasaan ini begitu senang, bahkan ini terasa seperti mimpi. Aku ingat, terkahir aku jalan bersama teman-teman adalah sekitar 6 bulan yang lalu. Sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi. Untuk kesempatan kali ini, aku harus memanfaatkannya dengan baik.
^O^O^O^O^
“Jadi, kalian akan menonton konsernya Hey! Say! Jump! Itu?” ucap Miwa-chan sambil menyeruput minumannya.
“Nee, tepatnya malam minggu ini” ujar ku sambil memeluk roti-roti ku.
“Ah, Ketua Osis!” seru Mori-chan yang tiba-tiba berhenti di depan ku.
“Argh!” roti-rotiku berjatuhan karena menabrak Mori-chan yang berjalan di depan ku tiba-tiba berhenti mendadak. Aku memungutnya.
“Mika-chan, kami duluan yah? Sepertinya ada yang ingin bicara denganmu” ujar Harumi-chan. Mereka bertiga pun meninggalkan ku yang sedang memungut rotiku.
“W-woy! Jangan ting-“ ucapan ku terpotong ketika seseorang sudah berdiri di depan ku.
“Koukei-san? Apa kau tidak ingat denganku?” ujar sosok laki-laki yang aku kagumi berdiri tepat di hadapanku. Aku terdiam menatapnya sambil memeluk roti-rotiku. Tiba-tiba aku tidak bisa bergerak. Tubuhku membeku di tempat. Aku merasa gugup sekarang.
“Watashi mo Hideyashu Kazetou. Kita pernah satu Sekolah Dasar. Aku Senpai mu di Sekolah Dasar” ujarnya. Aku terdiam dan mencoba mengingat masa-masa Sekolah Dasarku.
“Sekolah Dasar? Eh…etto” aku benar-benar tidak mengingatnya sama sekali. Aku tidak menyangka orang yang aku kagumi ini mengenalku. Di tambah dia pernah satu Sekolah Dasar dengan ku.
“Waktu itu aku bertugas di UKS. Kau mimisan karena terlempar bola Base Ball saat kau jam pelajaran Olah Raga. Jadi, aku yang merawatmu. Kau hampir lari karena takut aku menyuntikmu. Padahal aku hanya ingin mengobati mu” Senpai terkekeh kecil mengatakannya.
“Ah, aku ingat! Yah, waktu itu, hahaha” aku tertawa saat mengingatnya, “Astaga! Itu benar-benar konyol” aku menggaruk tekuk leherku.
“Aku tidak menyangka, kau sekarang sudah tumbuh besar dan cantik. Aku juga terkejut saat kau menabrak ku waktu itu. Ku kira kita tidak pernah bertemu lagi sejak Sekolah Dasar” ucapnya seraya memalingkan wajahnya karena malu dengan ucapannya sendiri. Aku terdiam saat dia mengatakan itu. Senpai memuji ku? Hontoni?
“Ah, gomen. Lupakan saja ucapan ku yang tadi. Emh, aku harus kembali ke ruang Osis” ujarnya yang pamit kepadaku.
“A-ah, nee” aku menundukkan sedikit kepala untuk member hormat. Astaga! Jantungku berdegup tidak menentu. Pipiku rasanya panas. Jangan-jangan pipiku memerah saat ini. Malunya aku.
          Aku pun kembali ke kelas sambil masih memeluk rotiku. Ketika berjalan masuk ke kelas, ku lihat pandangan tajam dari Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan. Aku pun menatap balik kearah mereka seraya duduk di bangkuku.
“Nanni?” aku bertanya kepada mereka.
“Apa Senpai mengatakan suka padamu?”Tanya Mori-chan di tambah anggukan Harumi-chan dan Miwa-chan.
“Hah?! Iie, iie. Dia hanya bilang kalau dia pernah satu Sekolah Dasar dengan ku. Dia Senpai ku di Sekolah Dasar” ucapku seraya menangkis pemikiran aneh mereka.
“Emh, souka” Harumi-chan mengangguk-angguk.
“Berarti ini namanya “TAKDIR CINTA”” ucap Miwa-chan sambil mengangkat tangannya ke uadara. Aku pun menatap tangannya itu.
“Hah?! Chi-chigau. Itu tidak mungkin. Dia tampan, cerdas dan memiliki jabatan penting di sekolah ini. Pasti akan ada peperangan sampai-sampai aku punya hubungan dengan Senpai. Diakan punya banyak fans di sekolah ini” ujarku seraya memakan roti isi ku.
“Yang namanya takdir, kau tidak bisa mengelaknya, Mika-chan. Buktinya, kau di pertemukan lagikan di sini” sahut Miwa-chan. Aku hanya diam memikirkan kata-katanya yang sedikit menguras tenaga otakku.
          Aku menyukai seseorang sepertinya? Hontoni? Apa bisa? Gadis biasa seperti ku bisa memiliki hubungan dengan seorang Senpai sepertinya itu sedikit aneh. Seseorang sepertinya harusnya mendapatkan gadis yang lebih layak dari diriku yang penyakitan, lemah dan rapuh ini. Kalau ini benar-benar takdir, berarti akhir dari hubungan ini, kalau di dramakan adalah Sad Ending. Mungkin.
^O^O^O^O^
          Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu. Aku dan Harumi-chan melihat konser Hey! Say! Jump! Bersama. Aku sudah menunggunya di depan pagar gedung Tokyo Dome. Sesekali aku memeriksa make up ku dengan cermin dan merapikan baju musim semi ku menunggu Harumi-chan datang. Aku menggunakan pink dress selutut, rompi putih rajutan, sepatu boots di bawah lutut, tas ransel dan tidak lupa aku mengikat tinggi rambut panjang ku seperti buntut kuda.
          Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 Pm. 30 menit lagi konsernya akan mulai. Sampai sekarang Harumi-chan belum juga kunjung datang. Aku sudah memegang erat dua tiket konsernya dengan penuh rasa gelisah. Takut dia tidak datang.
“Mika-chan!” suara Harumi-chan memanggil ku dari kejauhan. Dia berlari dengan cepat kearahku.
“Hah…hah…gomen, gomene” ucapnya sambil mengatur nafasnya karena terengah-engah.
“Daijoubu. Sekarang masih jam tujuh kurang 20 menit. Jam tujuh tepat baru konsernya mulai kok. Emh…bagaimana kalau kita beli makanan dulu sebelum masuk?” ujar ku.
“Nee, aku juga haus sekali” ujarnya yang masih terengah-engah.
          Kami pun berjalan ke stand terdekat untuk mencari minuman dan makanan untuk di bawa masuk ke dalam gedung. Setelah membeli minuman dan makanan, kami berjalan menuju ke gedung. Tiba-tiba, aku melihat sebuah stand yang menjual pernak-pernik Hey! Say! Jump seperti bando bertuliskan Jump! yang menyala, lightstick, dan poster. Aku membeli bandonya dan lightstick. Harumi-chan pun juga membelinya. Lengkap sudah persiapan untuk menonton konsernya. Kami pun memasukin gedung Tokyo Dome yang mewah dan megah itu. Gedung untuk pergelaran besar dan menakjubkan.
          Sesampai di dalamnya, kami di suguhi dengan lampu-lampu indah yang menghiasi sesisi gedung. Aku sungguh terpesona dengan pemandangan itu. Gedung mulai di penuhi oleh penonton yang juga ingin melihat konser Hey! Say! Jump!. Aku dan Harumi-chan mendapatkan tempat dibangku VIP kelas 1. Syukurnya bangku itu cukup dekat panggung. Sehingga, kami bisa melihat dan menikmati performance mereka semua secara dekat. Sungguh, ini seperti mimpi. Ini pertama kalinya aku melihat konser Hey! Say! Jump! Live. Di tambah bersama seorang teman. Ya, Harumi-chan. Perasaan bahagia yang lengkap ini tidak akan ku sia-siakan.
“Kita harus mendokumentasikan ini, Harumi-chan” ujarku seraya mengambil ponselku.
“Katakan Ciss!” ujarku seraya menghidupkan kamera depan ponselku untuk selfie. Hasilnya pun di dapat. Aku mengacungkan jari “V” ku dan Harumi-chan tersenyum manis di sampingku.
          Sekarang pukul 07.00 Pm. Sebuah VCR di layar panggung mulai di tampilkan. Aku dan Harumi-chan menghidupkan lampu bando kami dan lighstick kami. Suasana hening beberapa saat ketika menunggu penampilan dari semua anggota Hey! Say! Jump!. Tiba-tiba lampu seluruh gedung di matikan. Sebuah lampu sorot mengarah kearah belakang, pintu masuk. Dari situ, muncullah semua anggota Hey! Say! Jump!.
“WAAAH!” semua berteriak serempak saat lampu menyorot mereka.
          Konser pun di mulai dengan kemeriahan yang luar biasa. Aku tidak berhenti-hentinya berteriak karena pesona mereka. Aku juga tidak lupa terus meneriaki nama Yamada-kun. Konser di malam itu sungguh meriah sampai-sampai tidak terasa konser sudah berlanjut selama 4 jam lamanya. Sungguh, malam ini malam yang luar biasa menurutku. Aku dan Harumi-chan tidak berhenti-hentinya tersenyum, tertawa dan berteriak karena konser itu. Kebahagian ini akan menjadi momen indah di hidupku. Aku…aku akan selalu mengingatnya.
^O^O^O^O^
“Waah…malam minggu kemarin benar-benar malam yang istimewa” ujarku yang girang menceritakan konser Hey! Say! Jump! Kepada Mori-chan sambil berjalan menuju kelas kami.
“Apa Harumi-chan juga ikut?” ujar Mori-chan.
“Emh, kami benar-benar terhanyut dengan penampilan mereka. Aku dan Harumi-chan tidak berhenti-hentinya berteriak saat mereka melakukan fanservice. Hah…Yamada-kun” aku mengingat kembali saat Yamada-kun melakukan fanservice di konser waktu itu.
“Sayangnya aku tidak mengerti soal Boyband” Mori-chan terkekeh.
“Aku mulanya menyukai lagu mereka. Kemudian, mencari info profil mereka” ujarku sambil meloncat-loncat kecil kegirangan.
“Ah, Ohayou Senpai” Mori-chan memberi hormat kepada Hideyashu Senpai. Senpai tidak sengaja melewati kami yang berjalan menuju kelas. Aku terlonjak saat melihat Senpai berdiri di depan kami. Aku terdiam beberapa saat.
“O-ohayou Senpai” aku menundukkan sedikit kepala ku untuk memberikan hormat padanya. Dia sempat terdiam menatap ku. Aku hanya menundukkan wajahku. Karena, mungkin saat ini wajahku memerah.
“Ohayou mo” Senpai membalasnya sambil tersenyum. Astaga! Pagi-pagi seperti ini sudah di suguhi senyuman Senpai yang luar biasa itu. Rasanya tenang sekali hatiku melihatnya.
          Senpai pun pamit pergi kepada kami. Aku dan Mori-chan pun kembali berjalan ke kelas kami. Suasana sekolah seperti biasa, riuh karena murid-muridnya. Sesampai di kelas aku melihat Miwa-chan yang duduk di bangkunya sambil melambaikan tangannya kepada kami.
“Ohaoyu, Miwa-chan” sapa ku sambil berjalan menuju bangku ku.
“Ohayou, Miwa-chan” sapa Mori-chan seraya duduk di bangkunya.
“Ohayou mo, Mika-chan, Mori-chan” Sapanya balik.
“Etto, Harumi-chan belum datang?” Tanya ku yang sadar bangku Harumi-chan masih kosong.
“Emh, aku sudah mencoba mengirimnya pesan dan menghubunginya tapi tidak di balasnya” jawab Miwa-chan yang menatap kearah bangku Harumi-chan.
“Tumben jam segini dia belum juga datang” ucapku. Tiba-tiba perasaan khawatir menyelimutiku. Ah…aku tidak boleh berpikir negatif. Aku mencoba membuang pikiran jelekku.
“Ah, itu Harumi-chan!” seru Mori-chan yang melihat Harumi-chan datang.
“Ohayou, Harumi-chan!” sapa ku seraya berdiri dari bangku sambil melambaikan tangan ku padanya. Dia tidak menjawabnya. Tatapannya pun dari tadi hanya kebawah. Dia terlihat murung. Aku menghampirinya yang duduk di bangkunya.
“Harumi-chan, daijoubu?” aku memastikan keadaannya.
“Aku sedang tidak mood” jawabnya singkat.
“Kalau ada masalah cerita saja. Aku akan menjadi pendengar mu yang baik, Harumi-chan” jawab ku dengan girang.
“Pergilah, Mika-chan!” Harumi-chan tiba-tiba membentakku. Aku terdiam berdiri di sampingnya. Matanya menatap tajam kearahku. Bahkan seluruh mata di kelas memandangiku.
“Harumi-chan?” ujarku yang hendak memegang pundaknya untuk menenangkannya.
“Jangan sentuh aku!” Harumi-chan menyingkirkan tangan ku sebelum memegang pundaknya.
“Gomen” jawab ku sambil menundukkan wajah ku. Aku berjalan kembali ke bangku ku.
          Aku tidak salah kan? Aku hanya ingin mencoba membantunya. Aku tidak ingin dia murung seperti saat ini. Kalau saja aku bisa membantunya menyelesaikan masalahnya. Ah, iie. Aku salah. Seharusnya aku mengerti kalau ini masalah pribadinya. Seharusnya aku sadar dia tidak ingin orang lain ikut campur. Seharusnya aku cukup menunggunya bercerita dari kemauannya sendiri. Ya, aku salah. Kau bodoh, Mika-chan!
          Jam pelajaran di mulai dengan tenang seperti biasa. Di saat itu, pikiranku sungguh kacau. Aku tidak bisa berkosentrasi terhadap pelajaran ku. Aku gelisah dan terus kepikiran Harumi-chan. Aku bingung harus berbuat apa. Bahkan di jam istirahat, aku hanya duduk diam di kelas. Apakah ada cara lain untuk membuatnya tersenyum kembali seperti semula? Berdiam diri seperti ini malah membuatku merasa semakin tidak berguna sebagai temannya. Aku akan mencoba berbicara lagi dengannya nanti ketika jam pulang sekolah.
“Baiklah. Pelajaran cukup sampai di sini dulu. Minggu depan kita lanjutkan kembali. Untuk Kugou Momori tolong ikut saya ke ruang guru sekarang dan langsung bawa saja tasmu” ucap Sensei yang pamit keluar di jam pelajaran terkahir ini. Aku terdiam saat mendengar Sensei memerintahkan Mori-chan untuk ikut bersamanya keruang guru. Wajah Mori-chan pun berubah menjadi suram. Aku ingin memberinya semangat tapi, aku takut. Takut tidak seperti yang di harapkan.
“Ah, Harumi-chan!” ucapku seraya bergegas ingin menyusulnya yang sudah keluar dari kelas.
“Mika-chan, sebaiknya kau beri waktu untuk mereka menenangkan diri dulu” ujar Miwa-chan yang mengerti akan situasi saat ini.
“Diam hanya akan membuat diriku tidak berguna, Miwa-chan” ucapku seraya meninggalkan kelas. Aku berlari mengejar Harumi-chan yang mungkin saja sedang berjalan menuju halte bus.
“Harumi-chan!” aku berteriak sambil berlari menghampiri Harumi-chan yang sudah sampai di halte bus.
“Hah…hah…” aku mengatur nafas ku yang terengah-engah.
“Gome-“ ucapan ku terpotong.
“Aku ingin sendiri. Tolong mengertilah, Mika-chan” ucapnya yang masih menundukkan wajahnya. Aku pun terdiam dan bingung ingin mengatakan apa.
“Emh, souka. Tapi, ingatlah…bahwa kau tidak sendirian, Harumi-chan. Aku…aku berdiri di belakang mu dan siap mendengarkan apa pun dari ceritamu. Aku pun siap membantu mu jika kau membutuhkan bantuanku. Bukankah kita teman? Itulah yang dilakukan teman, bukan?” ucapku. Aku menggenggam erat tas sekolah ku karena perasaan takut. Ku rasa aku sudah mengungkapkan rasa sesak di dadaku yang sudah dari tadi ku tahan saat di sekolah. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin orang di sekitar ku bersedih. Aku ingin mereka bahagai. Maka dari itu aku akan mencoba melakukan apa pun untuk membantu mereka jika mereka dalam masalah.
“Gomenasai” ucapku seraya menundukkan kepala ku dan berbalik meninggalkannya. Ya, dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya dulu.
          Aku berjalan menuju sekolah. Aku ingin menemui Mori-chan untuk memastikannya. Aku terus kepikiran juga tentang dirinya. Hari mulai senja, tapi aku masih belum kunjung pulang ke rumah. Aku tidak bisa pulang begitu saja meninggalkan Mori-chan.
“Ah, Mori-chan? Daijoubu deska?” ucapku mengahampirinya yang baru saja keluar dari gedung sekolah.
“Hanya masalah pembayaran sekolah” jawabnya yang tetap berjalan. Aku pun mengikutinya.
“Lalu, bagaimana?” ujarku memastikan. Mori-chan berhenti dan menatapku.
“Aku tidak bisa membayarnya. Ini sudah tertunda 3 bulan dan aku akan di ancam berhenti sekolah” ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya. Dia terlihat marah.
“Kau bisa mengurus beasiswa tidak mampu dengan sekolah, kalau kau mau mengajukannya, Mori-chan” aku mencoba memberikannya ide.
“Mika-chan, beasiswa seperti itu sulit untuk di lakukan. Prosesnya panjang dan Otou-san pasti tidak mau melakukannya” jawabnya dengan sedikit nada membentak.
“Ta-tapi, kalau tidak di co-“ ucapanku terpotong.
“Cukup! Aku pusing dan lelah. Biarkan aku memikirkan solusi ini sendiri” ujarnya seraya meninggalkanku begitu saja. Aku hanya terdiam dan melihatnya pergi.
          Langit mulai gelap. Kurasa aku juga harus pulang sekarang. Otou-san dan Okaa-san pasti akan khawatir. Aku bisa memikirkan masalah ini di rumah. Ya, aku akan membantu mereka mencari solusi masalah mereka. Walaupun aku tidak tahu solusi itu akan berhasil atau tidak.
“Tadaima!” ucapku seraya membuka pintu rumah. Ku lepaskkan sepatu ku dan ku letakkan di raknya. Aku mengambil sendal rumah ku dan menggunakannya.
“Okaeri, Mika-chan. Kenapa jam segini baru pulang, hah?” Okaa-san menunjukkan wajah khawatirnya.
“Daijoubu. Aku tadi piket di kelas. Jadi, sedikit terlambat untuk pulang” ujarku yang berbohong. Aku tidak mau membuatnya khawatir.
“Oh, souka. Sekarang bersihkan dirimu dan kita makan malam bersama di ruang makan” ujar Okaa-san yang tersenyum menatapku. Aku membalasnya mengangguk dan tersenyum.
          Aku pun berjalan ke lantai atas menuju kamar ku. Rasanya lelah sekali hari ini. Kepalaku pun terasa berat. Badanku terasa lemah dan berkeringat banyak. Aku akan segera membersihkan diriku, makan malam dan segera beristirahat malam ini. Tapi, badan ku semakin sempoyongan.
BRAAK
DUK
“Argh!” aku terjatuh tepat mengenai ganggang pintu kamar ku. Aku memegang kepalaku yang mengenainya. Rasanya sakit sekali.
“Ah…berdarah?!” aku panik saat melihat darah bercucuran dari kepalaku. Aku mencoba segera berdiri. Tapi,…
“Ka-kaki ku! Kaki ku mati rasa!” aku memegang kedua kakiku yang tidak bisa bergerak. Rasanya kaki ku membatu.
“Sial! Kenapa kau tidak bisa berdiri, hah?!” aku berteriak sambil memukul-mukul kedua kaki ku.
“Ayo berdiri!” aku tetap berusaha sambil berpegangan ke ganggang pintu kamar ku. Aku memaksa kaki ku untuk berdiri dan aku bisa berdiri. Perlahan-lahan mati rasa di kaki ku menghilang. Rasa panik pun mereda. Ku lihat di lantai penuh dengan cucuran darah dari kepalaku. Aku memegangi kepalaku untuk menghentikan pendarahannya.
“Aku…takut, hah…hah…” aku meremas kerah seragamku sambil membendungi air mataku yang tiba-tiba saja keluar. Semoga yang terjadi tadi bukan hal yang tidak-tidak. Aku yakin tadi hanya karena aku kelelahan. Cukup dengan minum obat dan beristirahat, besok pasti aku akan baik-baik saja. Ya, pasti besok akan baik-baik saja.
          Tiba-tiba penglihatan ku buram. Semua tampak melayang-layang. Aku berpegangan ke ganggang pintu kamar ku untuk menahan tubuhku yang mulai goyah. Rasa sakit luka di kepalaku pun mulai menusuk-nusuk. Darahnya juga tidak berhenti sejak tadi.
“Hah…hah…Ok-okaa-san” aku mencoba berteriak tapi suara ku terasa tercekat di tenggorokkan.
“Mika-chan!” terdengar suara Otou-san yang berteriak menghampiriku.

Tiba-tiba badan ku mati rasa dan semua tampak gelap…
^O^O^O^O^
“Hah…hah…” aku mengatur nafas ku perlahan. Aku membuka perlahan mata ku untuk mengatur cahaya yang masuk ke kornea mataku.
“Mika-chan?” panggil suara Okaa-san. Aku memalingkan wajah ku untuk menatapnya yang berdiri di sampingku. Ku lihat Otou-san juga berdiri di samping Okaa-san untuk menenangkan Okaa-san. Aku mencoba tersenyum pada mereka.
“Daijoubu…” jawab ku pelan.
          Aku merasakan jarum menancap di punggung tangan kiri ku dengan botol cairan infus yang selangnya menuju jarum infus di tanganku. Oksigen terpasang di hidungku, perban melingkari kepalaku dan…
“Ka-kakiku? Hah…kakiku. Hah…hah…aku tidak merasakan kakiku” aku memaksakan diriku untuk duduk.
“Harumi-chan, kau jangan bangun dulu. Kau baru saja sadarkan diri, nak” Okaa-san memegangi tubuhku untuk membaringkannya.
“Chigau!” aku berteriak untuk meminta Okaa-san melepaskan tubuhku, “Kaki ku…kaki ku…aku tidak meraskannya. Kaki ku tidak bisa di gerakan Okaa-san” Okaa-san langsung memelukku.
          Seketika air mata ku mengalir deras dan membasahi bajunya. Aku memeluknya erat. Sangat erat. Rasa takut mulai menyelimuti ku. Tidak, aku akan sembuh dan aku akan kembali bersekolah. Aku akan menghabiskan waktu ku di sekolah dengan teman-temanku. Aku akan melakukan banyak hal dengan mereka. Aku harus bisa berjalan dan kembali ke sana. Aku mengcengkram kuat baju Okaa-san dan melampiaskan rasa sesak di dada ku.
“Percayalah…kau akan sembuh, Harumi-chan” Okaa-san menghapuskan air mataku yang semkain deras mengalir di pipi ku.
“Hah..hah…emh” aku mengangguk sambil sesegukkan, “Aku akan sembuh dan akan kembali bersekolah” ujarku yang juga mencoba menghapuskan air mata ku.
“Sumimasen” ujar seorang Suster yang masuk ke dalam ruanganku.
“Dokter ingin bertemu dengan orang tua pasien dari Nyonya Koukei Yumika sekarang di ruangannya” ucap Suster itu.
“Hai!” jawab Otou-san. Otou-san dan Okaa-san pun pergi meninggalkan ruangan ku dan pergi menuju ruang Dokter.
          Aku pun mencoba menenangkan diri. Aku tidak boleh panik. Aku aku harus tenang dan berpikiran positif tentang ini. Aku yakin pasti ada solusi untuk menyembuhkan kaki ku. Dengan begitu aku bisa kembali ke sekolah menemui Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan. Ya, aku yakin.
SREEK
“Ah?!” aku terkejut saat pintu ruanganku tergeser. Aku melihat sosok yang aku kenal berdiri di sana.
“Harumi-chan?” ucapku yang sedikit tidak percaya melihatnya berdiri di sana. Harumi-chan melangkah perlahan mendekati ku.
“Konnichiwa” sapanya pelan seraya duduk di bangku samping tempat ku beristirahat.
“Konnichiwa mo, Harumi-chan” balasku dengan tersenyum lebar. Perasaan senang tiba-tiba menyelimutiku. Perasaan lega, nyaman dan tenang saat melihat Harumi-chan masih mau menemui ku dengan apa yang terjadi kemarin.
“Daijoubu?” Harumi-chan bertanya dengan nada khawatir.
“Nee, daijoubu deska” jawab ku dengan girang. Aku menatapnya tanpa rasa takut.
“Kepalamu…baik-baik saja?” Harumi-chan menunjuk kepalaku.
“Ah, ini hanya luka biasa. Dalam beberapa hari juga aku akan keluar dari sini” jawab ku seraya memegang luka di kepalaku.
“Kenapa kepalamu bisa luka seperti itu? Pasti parah sampai kau masuk ke Rumah Sakit” ujarnya yang masih memikirkan keadaanku.
“Ah, itu…aku terjatuh dan kepalaku mengenai ganggang pintu kamarku. Makanya jadi seperti ini, hahaha” aku tertawa saat mengingat kejadian konyol itu, “Bagaimana dengan Mori-chan?” ujarku yang khawatir tentang Mori-chan.
“Dia akan ke sini bersama Miwa-chan nanti setelah mengurus beasiswanya” jawab Harumi-chan seraya tersenyum kecil menatapku.
“Hemh…souka” lega rasanya mendengar jawaban Harumi-chan. Akhirnya, Mori-chan menerima solusi itu. Ku harap semuanya lancar.
“Gomenasai” ucap Harumi-chan yang tertunduk.
“Na-nannde?” kau bertanya karena ucapannya.
“Kemarin aku tidak menghiraukanmu. Padahal kamu hanya berusaha untuk membantuku” ujarnya sambil menundukkan wajahnya. Aku tersenyum menatapnya.
“Daijoubu deska. Aku mengerti keadaanmu. Lagi pula aku yang salah karena terlalu memaksamu” ujarku mencoba menenangkan rasa bersalah Harumi-chan.
“Iie, aku seharusnya tidak berkata kasar kepadamu” ujarnya menatapku tajam, “Aku bertengkar dengan sahabatku dari SMP. Mereka marah karena aku menolak bertemu dengan mereka di caffe. Karena saat itu aku sudah memiliki janji dengan mu untuk melihat konser Hey! Say! Jump!. Kau sudah bersusah payah membeli tiketnya dan tidak mungkin bagi ku menyia-nyiakannya. Mereka marah karena alasan itu. Mereka membenciku dan akhirnya mereka tidak mau berteman denganku lagi. Mereka bilang, “Pergi saja sana bersama sahabat baru mu!” hahaha, konyol bukan?” Harumi-chan tiba-tiba menangis setelah menceritakan masalahnya. Dia mengalihkan pandangannya dari ku dan mencoba menghapus air matanya.
“Ah, gomen” ucapnya. Aku melihat air matanya semakin deras. Aku meraih tisu dari meja di sampingku.
“Jelaskan saja yang sebenarnya ada di hatimu pada mereka. Mereka mungkin salah paham. Sayangkan persahabatan yang sudah kau bangun bertahun-tahun runtuh hanya karena kesalahpahaman seperti ini” ujarku seraya menghapuskan air matanya. Harumi-chan terdiam sejenak menatapku, “Andai saja aku bisa menemui mereka, aku akan menjelaskan semuanya pada mereka” ujarku sambil tertawa. Harumi-chan masih terdiam menatapku.
“Hah…hah…” Harumi-chan tiba-tiba memelukku. Memelukku dengan sangat erat. Dia menangis deras di pundak ku. Aku pun memeluknya balik. Aku mengelus lembut punggungnya.
“Kau tidak perlu menanggungnya sendiri. Aku sebagai temanmu akan mendengarkan semua masalah mu. Aku akan mencoba membantumu. Itulah guna teman, kan? Ingatlah, bahwa banyak orang di sekitarmu yang peduli padamu” ujarku yang masih memeluknya. Harumi-chan meraung di pundakku karena dia sudah tidak dapat membendungi air matanya. Dia mencengkram kuat pundak ku. Aku membalasnya dengan mengelus lembut punggungnya.
“Jangan menangis lagi. Semuanya akan baik-baik saja. Yakinlah” ujar ku seraya menghapuskan kembali air mata Harumi-chan. Dia mengangguk mengerti.
“Konnichiwa!” sapa Miwa-chan yang masuk ke dalam ruanganku diikuti oleh Mori-chan.
“Konnichiwa mo” balas ku bersamaan dengan Harumi-chan.
“Woh! Apakah itu parah?” Tanya Miwa-chan seraya menunjuk luka di kepala ku sambil meletakkan kotak kue di atas pahaku.
“Ini hanya luka biasa. Tenang saja” ujar ku sambil tertawa kecil.
“Gomen, untuk kemarin” ujar Mori-chan yang duduk di samping Harumi-chan.
“Daijoubu. Emh…bagaimana beasiswa mu?” ucapku sambil tak lepas dengan senyuman ku.
“Emh, aku mendapatkannya. Arigatou, untuk sarannya” ucapnya sambil tersenyum.
“Hahaha, douita. Ah, boleh ku makan?” ujarku seraya membuka kotak kue yang di berikan oleh Miwa-chan.
“Makan saja. Makan yang banyak biar kau cepat sembuh dan cepat keluar dari Rumah Sakit” ujar Miwa-chan sambil membantuku membukakan kotak kuenya.
“Hahaha, emh” aku mengangguk tersenyum.
          Kami pun berbincang-bincang mengenai keadaan sekolah selama aku tidak hadir. Mereka menceritakan bahwa akan ada festival sekolah di akhir bulan Agustus sebelum masuknya Musim Gugur. Kelas kami berencana akan membuka Rumah Hantu. Mereka menceritakannya dengan penuh semangat. Apalagi Miwa-chan, dia begitu bersemangat dengan rencana Rumah Hantu itu untuk festival nanti. Senangnya kami dapat kembali seperti semula. Lega rasanya bisa tertawa bersama mereka. Beban ku terasa ringan saat tertawa bersama mereka. Bahkan aku sempat lupa bahwa aku sedang sakit saat ini.
“Kami pulang dulu yah!” seru Miwa-chan seraya pamit kepadaku. Mori-chan dan Harumi-chan pun tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku.
“Hai, hati-hati yah” ucapku sambil melambaikan tanganku kepada mereka. Mereka menutup pintu kamarku dan aku kembali terdiam di kesunyian kamar rawatku.
“Hah…sepi” aku tersenyum miris menatap keluar jendela kamarku.
“Sumimasen” ucap seorang Dokter yang masuk ke kamar ku bersamaan dengan Suster dan kedua Orangtua ku.
“Hai?” ujar ku seraya sedikit menundukkan kepala memberi hormat.
“Kami akan pasangkan dua botol infus lagi. Botol satunya adalah darah, karena HB mu yang kurang dan botol yang kedua adalah vitamin untuk tubuhmu” ujar Dokter itu. Suster yang membawakan botol darah dan viatamin pun mulai memasangkannya di infusku.
“Mulai bosek kita akan therapy untuk pemulihan kaki mu” lanjut Dokter.
“Hai!” jawab ku mantap. Kemudian, aku tersenyum menatap kedua Orangtua yang berdiri cemas melihatku untuk mengisyaratakan semuanya akan baik-baik saja.
^O^O^O^O^
“Iya, sedikit lagi” ujar perawat laki-laki yang tengah mengontrol pemulihan kakiku.
“Eee…eh” aku tengah berusaha menggerakkan kakiku.
          Aku bertopang pada dua tiang yang tingginya sejajar di tempat therapy jalan ini. Aku sudah berkeringat deras karena dua jam lamanya aku melakukan ini dari pagi. Aku harus bisa menggerakkan kembali kaki ku. Aku yakin kaki ku akan segera pulih kalau aku berusaha dengan baik.
BUK
“Argh!” aku terjengkal karena pegangan di tangan kanan ku terlepas pada tiang.
“Berhati-hatilah, Koukei-san” ucap perawat itu seraya membantuku berdiri.
“Dai…joubu” jawab ku dengan nafas yang terengah-engah. Aku kembali mencoba berdiri.
“Sebaiknya kita istirahat untuk hari ini. Besok kita lanjutkan lagi” saran perawat itu. Aku diam sejenak memikirkannya. Ku rasa dia ada benarnya juga.
“Emh, wakata” aku mengangguk sambil tersenyum. Perawat itu pun membantu ku duduk ke kursi roda ku.
“Arigatou gozaimasu, untuk hari ini” ucapku dengan menundukkan kepala ku kepada perawat itu.
“Hai” jawabnya sambil tersenyum.
          Aku pun mendorong roda kursi ku untuk menjalankannya. Aku menjalankannya kearah kamar ku yang hanya satu jalur dengan ruang therapy itu. Aku harus bergegas kembali ke kamar sebelum ada yang lain melihatku dengan kursi roda ini. Sesampai di depan kamar ku geser pintu kamar ku dan…
“Hah?!” aku terkejut saat mendapati Harumi-chan, Mori-chan, Miwa-chan dan…Senpai!
“Mi-minna?” suaraku bergetar karena gugup. Mereka melihatku sedang duduk di kursi roda. Bagaimana ini?
“O-ohayou. Ah! Hari ini hari minggu yah. Pantas kalian datang sepagi ini” ujarku seraya menjalankan kursi roda ku ke dalam ruanganku. Mereka tidak merespon perkataan ku. Aku mulai gelisah.
“Aku baru saja dari ruang therapy” ujarku yang sedang berusaha untuk berdiri dari kursi roda.
“Sini biar ku bantu” ucap Senpai seraya menggendong ku dengan bridal style ke tempat istirahatku.
“Ah?! A-arigatou” ucapku yang gelagapan karena sikap Senpai.
“Douita” ucapnya yang tak lupa tersenyum padaku. Aku tertunduk malu.
“Bukannya kau bilang kau sakit hanya karena luka di kepalamu, Mika-chan?” ujar Mori-chan yang memulai pembicaraan. Aku terdiam sejenak menatap wajah mereka yang bingung dengan kondisi ku saat ini.
“Gomene…aku tidak mengatakan yang sejujurnya pada kalian. Aku hanya ti-“ ucapan ku terpotong.
“Bukankah kau bilang kita teman, Mika-chan? Kau sendiri kan yang bilang bahwa teman itu tempat kita berbagi cerita, masalah dan tempat kita meminta bantuan. Tapi, kau sendiri merahasiakan ini” Harumi-chan menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia tengah menahan air matanya dengan meremas roknya.
“Aku hanya tidak ingin kalian khawatir dengan keadaan ku. Aku tidak ingin kalian merasa sedih dan kasihan karena keadaanku sekarang” ucapku yang tertunduk dan mencoba membendungi air mata ku yang mulai memaksa untuk keluar, “Ya, aku tidak baik-baik saja. Aku sakit. Penyakit ini mengrogotiku. Aku sekarang lumpuh” ujar ku. Perlahan butiran bening menetes ketelapak tanganku.
“Tapi, aku mengikuti therapy. Jadi, aku akan segera bisa berjalan dan kembali ke sekolah. Kalian tidak perlu mengkhawatirkannya” ujar ku yang mencoba tersenyum walaupun air mata ku mengalir deras. Aku tengah mencoba meyakinkan mereka.
“Hah…hah…” Harumi-chan tiba-tiba saja menangis dan berlari meninggalkan ruangan ku.
“Harumi-chan!” aku berteriak seraya ingin mengejarnya.
“Awas, Mika-chan!” ucap Senpai dan Miwa-chan memperingatkanku. Senpai mendekap tubuhku yang hendak jatuh karena ingin mengejar Harumi-chan.
“Aku akan menyusulnya” ucap Mori-chan yang berlari menyusul Harumi-chan.
“Hah…ini salah ku. Hah…hah…aku hanya tidak ingin keadaan ku menghalangi kebahagian kita saat bersama. Aku tidak ingin sakit ku hanya akan membuat diriku terlihat menyedihkan. Hah…hah…” aku menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan Senpai tanpa sadar. Aku mencengkram kuat jas sekolahnya. Maafkan aku, Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan
^O^O^O^O^
“Agh…hah…hah” nafas ku terasa sesak. Sesuatu tengah mencekat paru-paru ku. Tubuhku terasa tegang dan kaku. Tubuhku mengeluarkan keringat yang deras. Aku mencengkram kuat selimutku karena sakitnya aku tidak bisa bernafas.
“Dokter!” Otou-san berteriak dari pintu depan ruanganku.
“Sayang, sayang, kau bisa mendengar suara Okaa-san?”  Okaa-san memukul pelan pipiku untuk memastikan ku. Dia terlihat begitu panik. Aku ingin menjawabnya, tapi aku tidak bisa mengeluarkan suara ku. Tubuhku semakin bergetar hebat. Penglihatanku pun mulai samar.
‘Okaa-san! Taskette! Okaa-san’ suara ku tercekat. Seluruh tubuh ku terasa sakit. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa meneteskan air mata ku menandakan rasa sakit saat ini.
“Otou-san, Mika-chan!” Okaa-san berteriak saat melihat ku mengeluarkan air mataku.
          Selang beberapa detik, Dokter dan para Suster datang memasuki ruanganku. Penglihatan ku mulai samar-samar. Aku merasa seseorang tengah menyuntikan sesuatu ke dalam jarum infus ku. Cairan itu terasa kental karena sakit ketika mereka mengalir di urat ku. Seketika, semua tampak gelap.
^O^O^O^O^
          Aku tengah duduk melihat pemandangan Musim Panas dari jendela ruanganku. Aku sedikit bisa bernafas dengan nyaman karena bantuan oksigen yang terpasang di hidungku. Tidak terasa sudah seminggu aku berada di rumah sakit. Aku mulai bosan di dalam ruangan pengap ini. Tidak ada siapa-siapa. Aku selalu sendiri di ruangan ini. Otou-san dan Okaa-san sibuk menyiapkan apa yang aku butuh kan di rumah.
“Konnichiwa” sapa seseorang yang masuk ke ruangan ku.
“Konnichiwa mo-, ah…Senpai” saat ku lihat sosoknya tengah tersenyum berdiri di depan pintu.
“Yosh! Aku datang untuk menjenguk mu” ujarnya seraya menunjukkan telapak tangan kanannya.
“Cuaca di luar sedang bagus. Bagaimana kalau kita ke atas?” ujar Senpai seraya menunjuk ke atas. Ku dapati dia tengah menggendong tas gitar di punggungnya.
“Hai!” jawab ku mantap. Aku tersenyum menatapnya.
          Senpai menggendongku ke kursi roda dan menggantungkan botol oksigen di belakang kursi rodaku. Dia mendorong ku menuju lift untuk ke lantai paling atas gedung Rumah Sakit ini. Beberapa menit kemudian, kami sampai di tempat paling tinggi di Rumah Sakit ini. Dia mendorong ku menuju pintu yang mengarah atap Rumah Sakit.
“Huaaah…indahnya” ucapku seraya menuju atap Rumah Sakit. Angin Musim Panas berhembus menerpa wajahku. Rambut panjang ku pun beterbangan karena anginnya. Senpai mendorong kursi roda ku menuju sebuah bangku panjang yang membentang di hadapan kami. Senpai duduk di bangkunya dan aku duduk di kursi roda ku yang menghadapnya.
“Senpai ingin bermain gitar?” Tanya ku padanya yang membuka tas gitarnya.
“Emh” Senpai mengangguk sambil memangku gitarnya. Dia meletakkan jari-jarinya pada senar gitarnya. Kemudian, dia sedikit memainkan sebuah kunci lagu.
“Yoon Mi Rae, judulnya I’ll Listen To What You Have To Say” tebak ku saat mendengar kunci gitar itu.
“Hai, kau bisa menyanyikannya? Kalau bisa, aku akan memainkan gitar ku untuk lagunya” ujar Senpai yang mengatur ulang tali senar gitarnya agar tepat.
“Baiklah, akan ku coba” ucapku seraya menghembuskan pelan nafas ku untuk mengambil suara.
Ulgoissneun seulpeun nege, himdeureossdeon nege
Gaseumeuro bulleojeneun neorwihan norae
Honjaran saenggagi deulttae
Gapjagi nunmuri nalttae
Amudo neoui gyeoto eopsdago neukkilttae
Gieokkhae honjaga anningeol
Sesangil neul apeugehaedo

Ijen oerwodo seulpeodo uljineunma
Maleopsi neol anajulge
Neoui yaegil deureoljulge
Dorabwa naega isseulge
Niga heullinnunmul modu dakkajulge
Neoui oeroumdo

Jami ojianheun bame, sseulsseulhan bin bange
Neoui yaegil deureojul nugunga eopseulttae
Ssodajineun bismulcheoreom
Himdeuniri nege olttae
Pihalgosdo eopsi heumppeok neoreul jeoksilttae
Gieokhae honjaga aningeol
Sesangil neul apeugehaedo

Ijen oerwodo seulpeodo uljineunma
Maleopsi neol anajulge
Neoui yaegil deureoljulge
Dorabwa naega isseulge
Niga heullinnunmul modu dakkajulge
Neoui oeroumdo
PROK, PROK, PROK
“Ah?!” aku terkejut saat mendengar tepuk tangan dari arah belakangku. Aku memutar kursi roda ku untuk melihat ke belakang. Aku terdiam saat melihat sosok yang tidak asing berdiri di antara Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan.
“Yuu-chan?” ucapku pelan saat dia tengah tersenyum kecil menatapku. Aku bahkan tidak bisa berkata-kata saat dia menatapku. Aku tertunduk dalam diam. Yuu-chan berjalan menghampiriku.
“Konnichiwa, Mika-chan” sapanya seraya duduk berjongkok di hadapanku. Tanganku tiba-tiba terasa dingin dan bergetar saat Yuu-chan menatapku lembut. Aku mengalihkan pandanganku.
“Kami tinggal dulu. Kalian mengobrollah” ujar Senpai yang pamit kepadaku. Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan pun tersenyum meninggalkan kami.
          Yuu-chan duduk di bangku belakang ku. Aku memutar kursi roda ku untuk mengahadapnya. Aku tertunduk untuk tidak melihat wajahnya saat ini. Rasa tidak sanggup menyelimuti hati ku saat ini. Kenangan buruk di SMP ku mulai bermumculan di pikiranku. Sampai kejadian menyakitkan pun melintas di pikiran ku.
“Bagaimana keadaanmu saat ini?” Yuu-chan mulai membuka pembicaraan setelah kami terdiam beberapa saat.
“Lebih baik” ucapku seraya tersenyum kecil.
“Emh, souka. Mereka teman yang baik, kan?” Yuu-chan menyinggung tentang Harumi-chan, Mori-chan, dan Miwa-chan.
“Jauh lebih baik” jawab ku menatapnya datar. Yuu-chan membalasnya dengan tersenyum.
“Gomen, gomenasai. Aku sebagai sahabat mu waktu itu, hanya diam tidak berbuat apa-apa. Aku hanya menonton mu dari kejauhan saat kau di sakiti oleh mereka. Aku memang pengecut. Aku hanya diam merutuki sikap pengecutku saat kau di bentak, di marahi, bahkan di bully. Kau pantas untuk melupakanku, Mika-chan” ujar Yuu-chan yang menundukkan wajahnya.
“Chi-chigau! A-aku tidak ingin melupakanmu. Aku hanya ingin melupakan masa-masa itu. Kau salah kalau kau beranggapan aku ingin melupakanmu. Justru karena kau sahabat ku, aku ingin selalu mengingatmu. Walaupun kejadian itu sempat memisahkan kita” ujarku yang mencoba menjelaskannya. Yuu-chan terperangah dengan penjelasanku. Dia menatap diriku seolah-olah dirinya begitu bersalah selama ini.
“Kau tidak perlu menyalahkan dirimu. Lagi pula, aku sudah melupakan kejadian itu. Aku sekarang sudah menemukan teman, teman yang lebih baik. Bahkan sekarang aku sangat tahu makna sesungguuhnya teman itu apa. Aku akan berjuang melakukan apa pun untuk menjaga, melindungi dan membantu teman ku. Aku akan berusaha sekuat tenaga agar mereka bahagia di sampingku” perlahan buliran air mata ku menetes saat mengatakannya, “Sekarang semuanya sudah jauh lebih baik. Aku bisa menjalani hidup ku dengan teman-teman ku yang sesungguhnya. Dan aku…aku akan berjuang melawan penyakit ku dan kembali ke sekolah. Mulai saat ini, hidupku akan lebih penuh warna bersama mereka” ucapku seraya memandang langit biru. Sesekali aku mengusap air mata ku yang sudah tidak bisa ku bendungi lagi.
“Emh…wakata. Aku sangat bersyukur sekarang kau sudah menjalani hidup mu lebih baik. Aku akan berdo’a, semoga kau cepat pulih dan bisa kembali bersama mereka. Jagalah dirimu baik-baik” ucap Yuu-chan seraya mengelus lembut pundak ku sambil tersenyum. Dia bangkit dari duduknya sambil membungkuk badannya. Dia pergi meninggalkanku.
“Hah…hah…” aku menutup wajah ku dengan kedua telapak tanganku untuk mencoba menahan air mataku yang semakin deras keluar. Akhirnya semua sudah tersampaikan. Beban selama ini yang aku simpan sudah aku luapkan kepada Yuu-chan. Rasanya begitu lega bahkan terasa ringan. Aku mengusap air mata ku untuk membersihkannya.
          Aku mendorong kursi roda ku menuju pintu masuk ke gedung Rumah Sakit. Aku terus mendorongnya ke pintu lift dan menekan tombol lift ke lantai 6. Sesampai di lantai 6, aku mendorong kursi roda ku kembali kearah ruangan ku. Ku geser pintu ruangan ku dan aku menemukan Harumi-chan, Mori-chan, Miwa-chan, dan Senpai tengah tersenyum kearahku.
“Tadaima!” ucapku seraya tersenyum kearah mereka. Di tengah-tengah senyum ku, mengalir air mata kebahagiaan menatap wajah mereka.
“Okaeri, Mika-chan!” ucap Harumi-chan diikuti senyuman dari yang lainnya.
‘Arigatou, minna’ ucapku dalam hati sambil mengulas senyuman ku.
^O^O^O^O^
          Aku membuka perlahan mataku untuk menerima sedikit demi sedikit cahaya yang masuk ke kornea mataku. Nafasku pun terasa sangat ringan. Aku sadar, bahwa tubuh ku terbalut dengan beberapa alat Rumah Sakit. Aku juga dapat mendengar alat pendekteksi jantung ku dari arah kiri ku. Aku merasakan tubuhku yang membatu tidak bisa di gerakkan. Hanya kelopak mataku yang dapat berkedip. Untuk berbicara pun aku sudah tidak bisa lagi.
          Aku menatap ke sekitarku. Aku mendapati Otou-san yang merangkul Okaa-san yang sedang manangis di sisi kananku. Aku juga melihat Harumi-chan, Mori-chan dan Miwa-chan berdiri di sisi kiri ku. Di depan ku berdiri sosok tampan yang aku kagumi, Senpai. Aku membuat ulasan senyuman di wajah ku saat menatap mereka semua. Mengisyaratakan bahwa semua akan baik-baik saja.
          Aku mencoba menggerakan jari kiri ku untuk mengisyaratakan kepada Harumi-chan. Harumi-chan menyadarinya dan menggengam lembut tangan kiriku yang terpasang infus itu.
“Mika-chan” panggilnya. Aku mengedipkan mataku yang artinya mendengarnya. Mori-chan dan Miwa-chan pun mencoba tersenyum menatapku.
‘Arigatou’ ucapku dalam hati saat menatap Harumi-chan, ‘Arigatou, kau sudah menjadi salah satu teman terbaik ku, Harumi-chan’ ucapku lagi dalam hati. Perlahan buliran hangat mengalir dari ujung mataku. Air mata itu mengalir deras membasahi bantalku.
          Aku mencoba tersenyum namun bibir ku menjadi terasa berat. Semua pandangan ku menjadi samar-samar. Perlahan semua tampak tidak jelas. Aku pun tidak bisa mengedipkan mataku lagi. Seluruh tubuhku seakan-akan membatu. Aku mulai tidak bisa menarik nafas dan menghembuskannya lagi. Dan semuanya menghilang…

Untukmu, yang sedih dan menangis
Untukmu, yang berjuang
Aku akan menyanyikan lagu ini untukmu dengan sepenuh hati
Ketika kau berpikir kau sendirian, ketika kau tiba-tiba mulai menangis
Ketika kau merasa seperti tidak ada seorang pun di sampingmu
Ingatlah, bahwa kau tidak sendirian
Bahkan jika dunia selalu menyakitimu

Bahkan ketika kau merasa kesepian atau sedih, jangan menangis
Aku tanpa kata-kata akan memelukmu
Aku akan mendengarkanmu       
Lihatlah kebelakang, Aku akan berada di sini
Aku akan menghapus semua air matamu
Bahkan semua kesepianmu

Pada malam saat kau tidak bisa tidur, saat kau berada di akamrmu yang sepi dan kosong
Ketika tidak ada satupun yang mendengarkanmu
Ketika kesulitan datang padamu seperti jatuhnya hujan
Dan membasahimu tanpa bisa kau mengindarinya
Ingatlah, bahwa kau tidak sendirian
Bahkan jika dunia selalu menyakitimu

Bahkan ketika kau merasa kesepian atau sedih, jangan menangis
Aku tanpa kata-kata akan memelukmu
Aku akan mendengarkanmu       
Lihatlah kebelakang, Aku akan berada di sini
Aku akan menghapus semua air matamu
Bahkan semua kesepianmu
By : Yoon Mi Rae-I’ll Listen To What You Have To Say Lyric

[THE END]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar