PIECES OF LOVE
Author: Yeolyeol
Cast : Kim
Taehyung (BTS), Kim Nana, Park Jimin (BTS), Jung Se Na, Lee Soo Jung, etc.
Genre : School
Life, Romantic, Comedy
Soundtrack:
Kirari – Ikimonogakari and For You - BTS
Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk hiburan semata.
***
Cherry blossom
berguguran menghiasi jalanan yang sepi di pagi hari. Seorang gadis tengah
menikmati pemandangan tersebut melalui jendela kamarnya sambil menopang dagu
menggunakan kedua tangannya dan menutup matanya, membiarkan wajahnya terkena
embun pagi yang menyejukkan.
Kim Nana. Seorang
gadis berusia 15 tahun yang baru saja akan menjalani kehidupan di sekolah
barunya. Gadis itu tampak bersemangat
dan tersenyum ceria mengingat sebentar lagi dirinya akan menyandang status
sebagai siswi SMA di sekolah yang sangat diimpikannya.
“Semangat Nana! Ini adalah
hari pertamamu, kau harus membuatnya menjadi momen paling berkesan” gumam gadis
itu menyemangati dirinya. Ia pun mengambil tas lalu berjalan menuju ruang makan
untuk sarapan. Usai sarapan, Nana bergegas memakai tasnya kemudian berjalan
keluar rumah.
“Appa, aku berangkat”
pamit Nana kepada ayahnya yang tengah sibuk membersihkan mobil.
“Oh, kau tidak ingin
appa antar?”
“Tidak perlu, aku naik
bus saja”
“Ah, begitu. Baiklah,
hati-hati di jalan” ucap ayahnya memperingatkan. Gadis itu mengacungkan
jempolnya sebagai jawaban.
20 menit kemudian Nana
telah berdiri di depan gerbang sekolah barunya, ia terkesima melihat halaman
sekolah yang begitu luas dipenuhi oleh siswa-siswi baru seperti dirinya. Ia pun
berjalan menuju aula sekolah untuk mengikuti upacara penerimaan siswa baru.
Setelah kegiatan upacara
penerimaan siswa baru selesai, semua siswa baru pergi menuju kelasnya
masing-masing. Sepanjang perjalanan Nana terus menggigit bibirnya karena gugup.
Sesampainya di kelas, Nana memilih meja urutan ke tiga yang berada di dekat
jendela sebagai tempat belajarnya.
“Hai~” sapa seseorang
yang duduk di belakang Nana. Nana pun menengok si pemilik suara, ia melihat
seorang gadis berambut pendek tersenyum padanya.
“Kau berbicara
padaku?” tanya Nana menunjuk diri sendiri untuk memastikan.
“Tentu saja. Oh ya,
namaku Jung Se Na” sahut gadis bernama Se Na itu mengulurkan tangan kearah
Nana.
“Namaku Kim Nana. Kau dari
SMP mana?”
“Ah, sebenarnya aku berasal
dari Daegu. Aku baru pindah ke kota ini sekitar 2 minggu yang lalu karena
pekerjaan orang tua”
“Hm, begitu. Ah, mau
berkeliling sekolah denganku? Sepertinya di luar sedang ramai dengan para
senior yang mempromosikan ekskul. Mungkin saja kau berminat mengikuti salah
satunya” ajak Nana dan di sambut antusias oleh Se Na. Kedua gadis itu pun pergi
keluar kelas untuk berkeliling sekolah.
“Wah~ ramai sekali.
Nana, kau sudah memutuskan ingin mengikuti ekskul apa?” tanya Se Na sambil
melihat orang-orang di sekitarnya yang sibuk di sana-sini.
“Hmm, entahlah.
Mungkin musik? Ah, tidak! Aku tidak berbakat dalam hal itu. Oh? Manhwa!” seru
Nana saat matanya melihat salah satu senior memegang papan yang bertuliskan
‘Klub Manhwa’.
“Ha? Kau ingin ikut
itu? Kau bisa menggambar?” tanya Se Na tak percaya.
“Hehe, hobiku memang
menggambar. Yah~ meskipun gambaranku tidak sehebat dan sebagus profesional”
sahut Nana malu-malu.
“Wuah, daebak! Kalau
aku sih tidak punya harapan sama sekali dalam menggambar. Lain kali perlihatkan
aku hasil gambaranmu ya?”
“Hm, tentu. Lalu kau
sendiri ingin ikut ekskul apa?”
“Sebenarnya aku tidak
terlalu tertarik mengikuti ekskul. Aku lebih suka bersantai dan tidur daripada
melakukan hal yang membuang energi” sahut Se Na santai.
“Hee~ sayang sekali.
Kalau begitu kau temani aku kesana ya, aku ingin bertanya-tanya tentang klub
itu” pinta Nana dengan mata berbinar. Se Na tersenyum dan mengangguk setuju.
Keduanya pun berjalan menuju stand klub Manhwa. Nana yang terlalu bersemangat
tanpa terasa berjalan mendahului Se Na.
BRUK
Karena berjalan terlalu
cepat, Nana tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan dari arah samping.
Beberapa buku jatuh berserakan dari tangan orang tersebut. Keduanya pun
sama-sama berjongkok untuk mengambil buku yang terjatuh.
“Jeosonghamnida, saya
benar-benar tidak sengaja” ucap Nana panik setengah mati. Gadis itu memberikan
buku di tangannya kepada si pemilik sambil tertunduk menahan malu.
“Lain kali perhatikan langkahmu.
Merepotkan sekali” sahut orang tersebut dengan suara beratnya yang dingin dan
mengambil buku dari tangan Nana. Nana sedikit tersentak mendengarnya, ia pun
mendongakkan kepalanya dan melihat seorang laki-laki berwajah tampan dengan
kacamata tipis terpasang di wajahnya.
Nana terdiam di
posisinya selama beberapa detik, sedangkan laki-laki itu kembali berdiri dan
beranjak pergi. Nana kembali tersadar, ia pun bangkit dan terus menatap
punggung laki-laki itu hingga lenyap dari pandangannya.
“Nana, kau baik-baik
saja? Nana? Hey!” Se Na menepuk kedua tangannya di depan wajah Nana yang
terbengong-bengong.
“Ah? Oh! A-aku tidak
apa-apa, hehehe” sahut Nana tergagap seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Ya ampun, kau ini.
Lain kali kalau berjalan perhatikan sekitarmu. Sampai menabrak orang seperti
itu” omel Se Na menggeleng kepala.
“Hehe.. iya, maaf” sahut Nana
tertunduk malu. Keduanya pun kembali berjalan menuju stand klub.
***
Seorang laki-laki
berseragam SMA tengah berjalan dengan tenang menuju perpustakaan sekolah.
Sesekali ia membetulkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
“Oh, Taehyung. Ingin
meminjam buku lagi?” tanya seorang wanita yang bertugas menjaga perpustakaan
saat laki-laki itu muncul di depan pintu.
“Ne” jawab laki-laki
yang di panggil Taehyung itu singkat. Ia melangkahkan kakinya menuju rak-rak
buku dan mulai menelusuri buku satu per satu.
“Sejak kelas 1 kau
sering datang kemari, apa kau tidak merasa bosan melihat tulisan terus?
Setidaknya kau melakukan kegiatan lain, seperti mencari pacar misalnya?” gurau
wanita tersebut tersenyum jahil.
“Memiliki pacar justru
lebih membosankan. Lebih baik saya membaca buku sepanjang hari, lagipula buku tidak
selalu hanya berisikan tulisan” sahut Taehyung sambil membuka buku yang baru
saja diambilnya.
“Hee~ sayang sekali.
Padahal wajahmu tampan begitu, banyak gadis yang diam-diam memperhatikanmu loh.
Apa kau tidak menyadarinya?”
“Entahlah. Lagipula
saya tidak terlalu peduli dengan hal itu”
“Hah~ kau ini. Padahal
cinta juga sangat dibutuhkan selain ilmu pengetahuan, apalagi untuk remaja
seumuran dirimu” celoteh wanita itu seraya beranjak untuk menyusun buku-buku
yang berantakan.
Taehyung membawa buku yang
dipilihnya menuju salah satu meja kemudian mendudukkan diri. Ia mulai membaca
halaman demi halaman buku dengan penuh keseriusan, namun tiba-tiba konsentrasinya
buyar karena ucapan si wanita penjaga perpustakaan terngiang di kepalanya.
“Cinta? Pacar? Omong kosong
macam apa itu?” desis Taehyung pelan. Ia pun kembali melanjutkan kegiatan
membacanya yang tertunda.
Di tempat lain, Nana
dan Se Na kembali berkeliling setelah selesai berurusan dengan klub Manhwa.
Keduanya berjalan melewati lapangan basket yang tengah ramai dengan kerumunan
para siswi, karena penasaran mereka pun memutuskan untuk melihat lebih dekat.
“Hm? Ada pertandingan
basket kah?” gumam Se Na berbicara sendiri.
“Bukan, mereka hanya
bermain basket biasa. Katanya ini adalah cara mereka untuk mempromosikan club
basket” sahut seorang siswi yang berdiri di depan Se Na.
“Ohh~” sahut Se Na dan
Nana berbarengan.
“Kalian lihat
laki-laki disana? Yang sedang mendrible bola. Dia adalah ketua tim basketnya.
Tampan sekali kan? Banyak yang berkata kalau dia adalah pujaan para siswi di
sekolah ini” sambung siswi itu penuh semangat.
“Ji..min” gumam Nana saat
membaca tulisan yang tertera di belakang baju laki-laki itu. ‘Lumayan sih.. tapi menurutku lebih tampan
laki-laki berkacamata tadi. Eh? Kira-kira namanya siapa ya? Apakah dia siswa
baru juga? Atau jangan-jangan dia seniorku? Ahh! Kalau benar bisa gawat!’ pikir
Nana kalang kabut.
“Nana, sebaiknya kita
kembali ke kelas saja ya? Aku tidak tahan terus berada di sini, berisik sekali”
bisik Se Na menyadarkan Nana yang masih sibuk dengan pikirannya.
“Hm, baiklah. Aku juga sudah merasa lelah”
sahut Nana setuju. Keduanya pun berjalan memutar arah untuk menuju ruang kelas.
***
Jam pelajaran terakhir
telah usai, seluruh guru dan siswa berhamburan keluar dari ruang kelas untuk
pulang menuju rumah masing-masing.
“Aku pulang” ucap Nana saat tiba di rumah.
“Selamat datang.
Bagaimana hari pertama sekolah?” sahut ibunya dari arah dapur.
“Hm, menyenangkan. Aku
mendapat teman bernama Se Na”
“Benarkah? Baguslah
kalau begitu. Ah, eomma akan menyiapkan masakan untuk makan malam. Gantilah
bajumu kemudian tolong bantu eomma”
“Ne~” Nana kembali
berjalan dan menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, gadis itu
meletakkan tasnya kemudian berganti pakaian.
Nana beranjak menuju
meja belajarnya dan mengambil sebuah buku sketsa serta beberapa alat
menggambar. Ia membuka lembaran sketsa yang masih kosong kemudian mulai
menggoreskan pensilnya dengan perlahan hingga membentuk sebuah gambaran.
“Kacamata... Hah~
kenapa aku bisa seceroboh itu? Di hari pertama sekolah aku justru memberikan
kesan yang buruk kepada orang. Benar-benar memalukan!” racau Nana sembari
menelungkupkan tubuhnya di kasur.
“Bagaimana kalau nanti
aku bertemu dengannya lagi? Aku harus bersikap seperti apa? Hah~ memikirkan hal
itu membuatku pusing. Lagipula belum tentu kan kami akan bertemu lagi, jadi
untuk apa aku repot-repot memikirkan hal itu? Ah! Aku lupa! Tadi eomma memintaku
membantunya memasak” sambung Nana seraya bangkit dari posisinya dan bergegas pergi
menuju dapur.
3 hari kemudian...
Nana berangkat ke
sekolah lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Ia berniat untuk menghabiskan
waktu dengan menggambar sebelum pelajaran dimulai. Sesampainya di sekolah, Nana
mencari tempat sepi dan nyaman agar dapat menggambar dengan leluasa. Gadis itu
mendudukkan dirinya di bawah salah satu pohon cherry blossom yang berjejer di
belakang gedung sekolah.
“Ah, segarnya~
ternyata disini banyak sekali pohon cherry blossom. Baiklah, saatnya menggambar
bunga-bunga yang cantik” gumam Nana seraya mulai menggambar pohon cherry
blossom yang berada di sampingnya dengan serius. Sesekali ia bersenandung
pelan, menikmati kegiatan menggambarnya.
“Hey! Sepertinya
sekolah ini di penuhi dengan laki-laki tampan ya? Apalagi senior kita. Wuah~
kalau begini bisa-bisa konsentrasi belajarku akan terganggu karena wajah-wajah
tampan mereka” Nana mendengar ucapan seorang siswi disertai langkah kaki yang
berjalan kearahnya. Ia pun menengok kearah belakang dan melihat dua orang siswi
tengah asyik bercengkerama.
“Iya, aku juga melihat
satu saat di kantin. Tetapi dia lebih pendiam, berbanding terbalik dengan Jimin
sunbae yang ramah dan murah senyum. Meskipun begitu tetap saja banyak yang
kagum padanya” sahut siswi satunya dengan bangga.
Nana bergegas
merapikan barang-barangnya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan
tempat itu dalam diam tanpa menoleh pada kedua siswi itu.
“Hah~ hampir saja.
Padahal gambarannya masih belum selesai. Mungkin aku akan melanjutkannya lain
kali saja” gumam Nana seraya pergi menuju gedung sekolah.
“Lihat itu! Waah~
tampannya. Dia senior yang terkenal itu kan?” pekik seorang siswi kepada
temannya saat Nana tengah berjalan menuju loker untuk berganti sepatu.
“Iya, namanya Kim
Taehyung dari kelas 2-A. Ku dengar-dengar dia adalah salah satu siswa terpandai
di sekolah. Dia pernah memenangkan pertandingan catur tingkat nasional dan
debat bahasa Inggris antar sekolah”
“Hee~ tidak heran sih,
dari penampilannya saja sudah meyakinkan. Ditambah lagi kacamatanya membuat dia
benar-benar terlihat berkarisma”
Nana berbalik dengan
cepat untuk melihat orang yang tengah dibicarakan kedua siswi tersebut. ‘Hah! Ternyata benar-benar orang itu yang
mereka bicarakan. Gawat! Aku harus kabur sebelum dia melihatku!’ pikir Nana
kalang kabut. Gadis itu pun mengganti sepatunya dengan cepat kemudian berlari
menuju kelasnya.
BRUK
“Ah, sakit!” Nana
mengaduh kesakitan saat tubuhnya menghantam lantai karena bertubrukan dengan
seseorang.
“Kau tidak apa-apa?
Apakah ada yang terluka?” tanya orang tersebut khawatir seraya membantu Nana
berdiri. Nana menegakkan kepalanya untuk melihat si pemilik suara. Seketika
matanya terbelalak ketika mengetahui bahwa orang yang berbicara padanya adalah Jimin.
“Ah! S-saya baik-baik
saja. S-saya benar-benar minta maaf. Saya tidak sengaja” sahut Nana gelagapan
dan membungkukkan tubuhnya berkali-kali. Ia merutuki dirinya yang selalu
bertindak ceroboh.
“O-oh, tidak masalah.
Kau benar tidak apa-apa? Kalau kau terluka, aku bisa mengantarmu ke UKS”
“A-ahaha.. tenang
saja, saya orang yang kuat kok. Jadi saya tidak mungkin terluka, hehe”
“Hmm~ syukurlah kalau
begitu. Sayang sekali kalau gadis manis sepertimu sampai terluka-“
“Oy! Nana! Kau sedang
berbicara dengan siapa?” Tiba-tiba terdengar suara Se Na memotong perkataan
Jimin. Gadis itu berjalan menghampiri Nana yang terdiam melongo menatapnya.
“Oh! Dia laki-laki
yang main bas-“
“Sunbae, sekali lagi
saya minta maaf karena sudah bertindak ceroboh. Jeongmal jeosonghamnida, kalau
begitu kami permisi” ucap Nana memotong perkataan Se Na dengan cepat, ia kemudian
menyeret Se Na dari hadapan Jimin.
“Oy! Kau ini kenapa
sih? Berjalan seperti di kejar setan! Lagipula tumben sekali kau berbicara
dengan orang itu. Kalian membicarakan apa?” tanya Se Na penasaran.
“Sebenarnya tadi aku
tidak sengaja menabraknya karena berlari terlalu cepat. Aduh! Bagaimana ini?
Aku sudah dua kali menabrak senior ku! Belum lagi senior yang ku tabrak adalah
idola di sekolah, habislah aku!” ucap Nana menjambak rambutnya frustrasi.
“Itu sih salah mu
sendiri bertindak ceroboh. Lagipula kenapa kau harus lari-lari? Memangnya tidak
bisa kalau berjalan saja?”
“Aku berlari karena
ingin menghindari Taehyung sunbae, orang yang pernah ku tabrak saat hari
pertama kita sekolah”
“Ah~ laki-laki
berkacamata itu.. Ha? Jadi dia senior kita? Wah, sulit di percaya! Laki-laki
berwajah bocah seperti mereka ternyata lebih tua dari kita ” sahut Se Na
tercengang. Tiba-tiba Nana menyikut pinggangnya pelan.
“Se Na, apakah kau
merasakannya juga? Atau ini hanya perasaanku saja? Menurutku aura di belakang
kita terasa dingin” bisik Nana bergidik. Keduanya memperlambat langkah mereka.
“Hmm, yah~ sepertinya
ini tanda agar kau lebih berhati-hati. Jangan khawatir, aku akan berdoa agar
kau dapat menjalani kehidupan sekolah dengan tenang” sahut Se Na menepuk bahu
Nana pelan dan tersenyum yakin. ‘Kata-katamu
barusan justru membuatku takut, Se Na’ pikir Nana seraya tersenyum pasrah.
***
5 hari berikutnya...
“Huwaa! Se Na~ aku
harus bagaimana?” rengek Nana saat mereka tengah makan siang di halaman
belakang sekolah.
“Hm? Bagaimana
apanya?” tanya Se Na sambil mengunyah makanannya.
“Kau sadar tidak?
Semenjak kejadian aku menabrak Jimin sunbae, para siswi jadi bersikap aneh.
Mereka sering berbisik-bisik dan menatap ku seakan-akan aku ini penjahat kelas
kakap!”
“Hmm, kadang-kadang
aku juga merasa begitu sih. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi.
Yah, paling tidak kau masih bersyukur karena mereka tidak mengeroyoki mu”
“Justru itulah hal
yang paling ku takutkan. Huft, apa yang harus ku lakukan agar mereka berhenti
melakukan hal itu padaku?” gumam Nana sambil mengaduk-aduk bekalnya. Se Na yang
melihat hal itu merasa tidak tega.
“Sudahlah, jangan
terlalu di pikirkan. Kau hanya perlu menutup telinga dan tidak menanggapi saat
mereka membicarakanmu, lama-kelamaan mereka akan bosan sendiri. Lagipula
kejadian itu kan diluar dugaanmu” ucap Se Na berusaha menghilangkan
kekhawatiran Nana.
“Hmm, mungkin kau
benar. Sebaiknya aku juga lebih berhati-hati dan berusaha agar tidak bertindak
ceroboh lagi”
“Yap! Itu benar sekali” ucap Se Na
mengacungkan jempol. Keduanya pun melanjutkan makan siang mereka dalam diam.
Hari menjelang sore,
Nana baru saja selesai mengikuti rapat di klub Manhwanya. Gadis itu berniat
mengunjungi belakang sekolah untuk melanjutkan gambarannya yang belum
terselesaikan beberapa waktu lalu, namun langkahnya terhenti saat melewati ruang
perpustakaan.
“Hm? Sore-sore begini
masih ada yang berminat ke perpustakaan?” gumam Nana mengarahkan penglihatannya
pada seseorang yang duduk di samping jendela perpustakaan. Karena penasaran, ia
pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam perpustakaan.
‘Sepi sekali, kemana penjaganya? Eh, bukankah dia Taehyung sunbae?’
batin Nana terkejut setelah mengenali sosok tersebut. Nana berjalan ke arah
Taehyung secara perlahan agar sepatunya tak menimbulkan bunyi.
“Hm? Tidur kah?” gumam
Nana saat melihat kedua mata Taehyung tertutup dan kepalanya di topang oleh
sebelah tangannya di atas meja. Tiba-tiba Taehyung membuat pergerakan kecil dan
matanya terbuka perlahan.
Nana yang terkejut
bergegas mendudukkan dirinya di salah satu kursi lalu membuka buku yang tergeletak
di atas meja dan berpura-pura membaca buku tersebut. Taehyung merenggangkan
tubuhnya kemudian mengusap pelan kedua mata sipit yang bersembunyi di balik
kacamata tipisnya, menandakan bahwa ia benar-benar tertidur barusan. ‘Manisnya’ pikir Nana tersenyum kecil.
Taehyung memakai
tasnya kemudian berjalan menuju pintu sambil terhuyung. Nana berniat untuk
mengikuti Taehyung namun tiba-tiba tubuh laki-laki itu tumbang menghantam
lantai dan tidak bergerak.
“Eh? S-sunbae! Kau
tidak apa-apa? Taehyung sunbae!” pekik Nana berlari kearah Taehyung dan
mengguncang pelan tubuh laki-laki itu.
“Tubuhnya panas.
Mungkinkah d-dia demam? Aduh! Bagaimana ini? Sunbae, bertahanlah!” sambung Nana
panik. Gadis itu pun berteriak meminta tolong dan di dengar oleh si penjaga
perpustakaan yang baru saja kembali. Keduanya pun membawa Taehyung menuju UKS.
“Bagaimana bu?” tanya
Nana khawatir saat petugas UKS selesai memeriksa Taehyung.
“Sepertinya dia hanya
terkena demam biasa. Kita tunggu saja sampai dia sadar agar kita bisa langsung
bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi” ucap petugas tersebut dan di
sahut anggukan oleh Nana. Tak lama kemudian, Taehyung tersadar dan menatap Nana
yang duduk di sampingnya.
“Dimana ini?” tanya
Taehyung seraya memijat kepalanya yang terasa pusing.
“Ini di UKS. Tadi kau
jatuh pingsan saat di perpustakaan dan gadis ini yang membawamu kemari” sahut
wanita petugas UKS seraya berjalan kearah Taehyung dan Nana.
“Sebenarnya apa yang
menyebabkanmu pingsan begitu? Apakah kau tidak makan? Atau kau habis melakukan
pekerjaan berat?” tanya wanita itu menatap Taehyung lekat. Taehyung menghela
nafas pelan kemudian bangkit dari tidurnya.
“Saya hanya kelelahan
karena begadang tadi malam. Sekarang sudah tidak apa-apa. Saya ingin pulang, terima
kasih untuk pertolongannya” sahut Taehyung seraya memakai tasnya kemudian
berjalan menuju pintu sambil terhuyung.
“Kau yakin ingin
pulang sendiri? Bukankah tubuhmu masih-“
BUK!
Taehyung mengerang
kesakitan sambil memegangi dahinya yang baru saja membentur tembok dengan
keras. Nana yang merasa kasihan ingin membantu laki-laki itu namun kedua
kakinya terasa sulit untuk digerakkan.
“Hah~ dasar. Sudah,
lebih baik kau kembali berbaring, biar aku menghubungi orang tuamu” ucap wanita
itu seraya berjalan menuju meja kerjanya.
“Tidak perlu. Saya bisa
pulang sendiri. Lagipula saya tidak ingin merepotkan mereka” sahut Taehyung
dingin.
“Kau ini
benar-benar... kalau nanti terjadi sesuatu padamu saat di perjalanan bagaimana?
Setidaknya ada orang yang menemanimu untuk berjaga-jaga”
“Anu, k-kalau begitu
biar saya saja yang menemani sunbae pulang. Saya akan menjaga sunbae hingga
sampai di rumah dengan selamat” ucap Nana akhirnya memberanikan diri. Gadis itu
menundukkan kepala untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.
“Apakah tidak apa-apa?
Dia sudah merepotkanmu sebelumnya”
“T-tidak apa-apa. Saya
tidak merasa direpotkan sama sekali”
“Hm, baiklah kalau
begitu. Taehyung, kau sudah dengar kan? Kau akan pulang bersamanya, kalau kau
tidak ingin aku menelepon orang tuamu maka kau harus menerimanya” ucap petugas
UKS itu mengancam. Taehyung menatap Nana dan wanita itu bergantian kemudian
menghela nafas pasrah.
“Baiklah, kalau begitu
saya permisi” sahut Taehyung seraya berjalan keluar ruangan. Nana tersentak
tidak percaya namun ia cepat-cepat membungkuk kepada sang petugas UKS dan
bergegas menyusul Taehyung.
“Kau boleh pulang”
ucap Taehyung saat mereka berada di loker untuk berganti sepatu.
“Eh?”
“Ku bilang kau boleh
pulang. Kau tidak perlu benar-benar mengikuti ucapan wanita itu untuk mengantar
ku pulang”
“Ah, tidak apa-apa.
Saya tidak keberatan-“
“Ck! Kau ini memang
tidak paham atau pura-pura tidak paham dengan perkataanku? Ah! Mungkinkah kau
melakukan ini karena ada niat tersembunyi?”
“Heh? Tidak! Saya
tidak bermaksud apa-apa. Saya melakukannya karena saya mau. Saya hanya ingin
sunbae tiba di rumah dengan selamat dan memastikan sunbae baik-baik saja, tidak
lebih” Taehyung terdiam saat mendengar ucapan Nana. Ia menatap gadis itu selama
beberapa saat kemudian berjalan keluar gedung sekolah.
“Terserah kau saja.
Tapi aku tidak akan peduli jika terjadi sesuatu padamu nanti” ucap Taehyung
tanpa menatap Nana.
“Ne, jangan khawatir.
Saya akan baik-baik saja” sahut Nana tersenyum ceria. Ia pun menyejajarkan
langkahnya dengan laki-laki itu.
Sepanjang perjalanan,
Nana dan Taehyung tak mengatakan sepatah kata pun. Keduanya sibuk dengan
pikiran masing-masing, namun sesekali Nana mencuri pandang terhadap Taehyung.
“Kau.. sepertinya aku
pernah melihatmu. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Taehyung
akhirnya buka suara. Nana sedikit terlonjak karena mendengar suara berat
Taehyung yang tiba-tiba.
“A- eh, n-ne..
sebenarnya kita pernah bertemu ketika hari penerimaan.. siswa baru” jawab Nana
tergagap sambil menundukkan kepalanya. Taehyung kembali mengingat-ingat kejadian
yang baru saja diucapkan gadis itu.
“Oh! Kau gadis
sembrono itu ya? Orang yang menabrak ku saat di halaman” ucap Taehyung tepat
sasaran.
“I-iya. Tapi saya
benar-benar tidak sengaja”
“Karena kau terlalu
senang dengan sekolah baru? Jadi kau tidak memperhatikan orang banyak di
sekitarmu?”
“M-maaf~ lain kali
saya akan lebih berhati-hati” Keduanya kembali terdiam. Taehyung tak berniat
untuk kembali berbicara karena kepalanya semakin terasa berat.
“Sunbae, tunggu
sebentar. Saya ingin membeli sesuatu di sana. Tolong jangan kemana-mana sampai
saya kembali” ucap Nana tiba-tiba seraya menunjuk sebuah toko obat di seberang
jalan. Gadis itu pun berlari menyeberang jalan tanpa meminta persetujuan
Taehyung setelah lampu pejalan kaki berwarna hijau.
“Hah~ benar-benar
menyusahkan. Baru saja ku ceramahi, dia mulai bertingkah lagi” gumam Taehyung
seraya menghela nafas pelan. Dengan enggan, Taehyung menunggu gadis itu hingga
keluar dari toko obat.
“Maaf sudah membuat
sunbae menunggu” ucap Nana setelah kembali dari toko obat. Taehyung hanya
menatap malas kemudian melangkahkan kakinya berjalan mendahului Nana.
“Seram” desis Nana
memanyunkan bibirnya seraya berjalan menyusul Taehyung yang berada beberapa
meter di depannya.
***
“Kita sudah sampai.
Sekarang kau boleh pulang” ucap Taehyung kepada Nana saat mereka telah berdiri
di depan sebuah rumah bertingkat dua.
“O-oh, sudah sampai?
Ini rumah sunbae?” tanya Nana terkesima menatap rumah di hadapannya.
“Hm, kenapa? Jelek?”
“Ha? Bu-bukan begitu.
Justru rumah sunbae sangat bagus, terutama bunga-bunganya. Eomma sunbae pasti
sangat menyukai bunga” jelas Nana menunjuk pot-pot bunga yang tertata rapi di
teras rumah Taehyung.
“Jangan bertingkah
seolah-olah kau tahu tentang keluargaku!” sahut Taehyung menatap Nana tajam.
“M-maaf” ucap Nana
terkejut. Gadis itu terdiam membeku, ia menundukkan kepalanya dan tidak berani
menatap Taehyung.
“Sudahlah, lebih baik
sekarang kau pulang. Hari sudah semakin senja, ingat yang ku katakan sebelumnya?
Aku tidak ingin bertanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu”
“N-ne, saya mengerti.
Kalau begitu... ini” ucap Nana seraya memberikan bungkusan yang sedari tadi
dipegangnya kepada Taehyung.
“Apa ini?”
“Ini vitamin dan
kompres penurun panas. Tolong jangan ditolak, anggap saja ini sebagai
permohonan maaf dari saya” Nana meletakkan bungkusan itu di tangan Taehyung. Ia
bergegas pamit kemudian pergi dari hadapan laki-laki itu. Taehyung terdiam
selama beberapa saat, kemudian menatap bungkusan yang berada di tangannya penuh
tanya.
Keesokan harinya, Nana
dan Se Na tengah bersantai menunggu bel masuk sekolah sambil bersenda gurau. Sesekali
Nana menatap pohon cherry blossom di luar kelas dan melamunkan sesuatu.
“Nana, kapan kau akan
menunjukkan gambaranmu? Bukankah kau sudah bersedia ingin memperlihatkannya
padaku? Jangan bilang kau lupa?” tanya Se Na membuyarkan lamunan Nana.
“Hm? Apa kau yakin
ingin melihatnya? Gambaranku biasa saja. Aku jamin kau akan bosan melihatnya”
“Nana, bagaimana bisa
kau berpikir aku akan bosan padahal kau belum memperlihatkannya sama sekali
padaku? Lagipula aku tidak meminta gambaranmu harus sebagus Picasso atau
Leonardo da Vinci. Kau hanya perlu memperlihatkan gambaranmu padaku dan selesai,
kalau beruntung mungkin aku akan memintamu menggambarkan sesuatu untukku,
hahaha” Nana tertawa mendengar perkataan Se Na.
“Baiklah, tapi nanti
ya saat istirahat. Aku tidak ingin kita menjadi pusat perhatian lagi”
“Hm~ oke. Tapi kau
janji ya?” ucap Se Na memastikan. Nana menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Hey! Lihat dia,
cantik sekali~ apakah dia siswa baru juga? Aku belum pernah melihatnya sejak
pertama kali masuk” ucap sebuah suara menarik perhatian Nana dan Se Na. Keduanya
pun menoleh pada sekelompok siswi yang tengah berbicara sambil melihat sesuatu
yang ada di luar kelas mereka.
Dalam sekejap seluruh
siswa di kelas mereka mengalihkan perhatian pada objek yang berjalan melewati
koridor tak terkecuali Nana dan Se Na. Perhatian mereka tertuju pada seorang
gadis jelita yang berseragam sekolah seperti mereka tengah berjalan santai
melewati ruang kelas, membuat para siswa laki-laki terkagum-kagum dan salah
tingkah.
“Siapa dia? Wajahnya
terlihat asing” gumam Se Na sambil menopang dagu dengan satu tangan.
“Entahlah, mungkin dia
senior kita” jawab Nana sekenanya.
Tak lama kemudian, bel
masuk berbunyi. Semua siswa mulai masuk ke dalam ruang kelas masing-masing dan
menunggu kedatangan guru mereka.
Sepanjang jam
pelajaran, Nana tidak dapat terfokus mendengarkan penjelasan sang guru. Gadis itu
hanya menatap kosong buku pelajarannya yang tergeletak diatas meja.
‘Apakah Taehyung sunbae baik-baik saja sekarang? Apakah
demamnya sudah sembuh? Apa dia turun sekolah hari ini?’ pikir Nana tidak
karuan. Ia memutar-mutar dan menggigit pulpennya gelisah, namun kemudian
kembali menyadarkan dirinya dan berusaha untuk fokus pada buku pelajaran.
Beberapa jam kemudian,
bel berbunyi tanda jam pelajaran berakhir. Semua siswa berhamburan keluar kelas
untuk istirahat dan pergi menuju kantin. Nana dan Se Na memilih pergi menuju
atap sekolah untuk menghabiskan waktu istirahat mereka.
“Seperti yang ku
janjikan tadi pagi, ini buku sketsa ku. Silakan kau lihat sampai puas, tapi
jangan mengeluh ya kalau gambarnya kurang bagus” ucap Nana seraya memberikan
buku sketsa miliknya kepada Se Na.
“Tenang saja, mana
mungkin aku mengeluhkan gambaran orang lain sedangkan aku sendiri tidak bisa
menggambar” sahut Se Na terkekeh. Ia pun bergegas membuka buku sketsa tersebut
dan melihat hasil gambaran Nana satu per satu.
“Wah~ Daebak! Hey! Kim
Nana, kau bilang ini biasa? Ini luar biasa kau tahu? Tidak salah kau masuk ke
klub Manhwa, aku yakin kau pasti akan sering diikutsertakan dalam lomba
nantinya” sambung Se Na terkagum-kagum.
“Hehehe, semoga saja
begitu” sahut Nana tersipu.
“Ah! Aku ada ide.
Bagaimana kalau ini ku bawa pulang untuk koleksiku di rumah? Atau mungkin ku
berikan saja pada senior kita yang bernama Taehyung itu? Dia pasti akan
menerimanya dengan senang hati, terlebih saat dia mengetahui kalau kau juga
menggambar wajahnya disini” ucap Se Na tersenyum jahil. Nana terkesiap saat
mendengar ucapan gadis itu, ia pun bergegas untuk merebut buku sketsanya dari
tangan Se Na namun tak berhasil.
“Tidak! Kembalikan
bukunya padaku Se Na!” pinta Nana seraya mengejar Se Na yang terus berlari
menghindar sambil menjunjung tinggi bukunya di udara.
“Tidak mau~” sahut Se
Na tertawa penuh kemenangan. Keduanya tidak lagi mempedulikan rasa lapar mereka
dan sibuk berlari kesana-kemari.
“Se Na, ku mohon
kembalikan bukunya padaku. Aku sedang tidak ingin bercanda” ucap Nana mulai
kehabisan tenaganya. Gadis itu berusaha menambah kecepatannya namun nahas kedua
kakinya saling tersandung hingga membuat tubuhnya hilang keseimbangan.
BRUK
Keduanya terjatuh
dengan posisi telungkup dan tangan Nana memegang kaki kiri Se Na.
“Aww, sakit” ringis Se
Na memegangi lututnya yang lecet.
“Maafkan aku, Se Na.
Aku tidak sengaja” ucap Nana merasa bersalah.
“Gwaenchana, hanya
lecet kok. Eh, tunggu! Dimana buku sketsanya?” tanya Se Na seraya melihat
sekelilingnya.
“Apa maksudmu dimana?
Bukankah sedari tadi kau yang memegangnya?”
“I-iya, tapi sekarang
tidak ada. J-jangan-jangan...” Keduanya saling berpandangan selama beberapa
detik kemudian bergegas melihat ke bawah gedung sekolah.
“Ternyata memang
jatuh” gumam Se Na ketika matanya melihat buku sketsa yang tergeletak di tanah.
“Bagaimana ini?
Bagaimana kalau ada yang melihatnya? Tamatlah sudah” ucap Nana panik.
“Kalau begitu kita
turun sekarang dan ambil buku itu sebelum orang lain melihatnya. Sepertinya
buku itu terjatuh di halaman belakang sekolah” sahut Se Na cepat. Kedua gadis
itu pun berlari menuju halaman belakang sekolah. ‘Semoga saja tidak ada yang menemukan buku itu’ pikir Nana gelisah.
Sesampainya di tempat,
Nana terdiam membeku ketika mengetahui buku sketsanya telah berada di tangan
seorang gadis yang baru saja di lihatnya tadi pagi.
“Oh, apa ini milikmu?”
tanya gadis tersebut saat menyadari kehadiran Nana. Gadis itu berjalan
mendekati Nana lalu memberikan buku yang di pegangnya.
“I-iya. Maaf
merepotkan” sahut Nana mengambil buku sketsanya kemudian membungkuk pelan.
Sekilas Nana melirik name tag bertuliskan ‘Soo Jung’ yang tersemat di seragam
gadis itu.
“Tidak masalah. Baiklah,
kalau begitu aku permisi” ucap gadis bernama Soo Jung itu tersenyum kecil seraya
berjalan melewati keduanya.
“Ngomong-omong,
gambaranmu sangat bagus” sambung Soo Jung melirik Nana sekilas kemudian kembali
berjalan dengan tenang. ‘Kim Nana. Akan
ku ingat nama dan wajah itu’ pikir Soo Jung tersenyum kecil.
“Dia itu orang yang melewati
kelas kita tadi pagi kan?” tanya Se Na seraya mengamati Soo Jung yang semakin
menjauh.
“Hm, dan ternyata dia
sudah melihat gambaranku! Bagaimana ini, Se Na?” sahut Nana kembali panik. Se
Na menghela nafas melihat tingkah Nana yang seperti orang kebakaran jenggot.
“Tenanglah Nana, kita
harus berpikir positif, mungkin saja dia tidak melihat semua isi buku sketsa
itu”
“Hm, semoga saja
begitu” ucap Nana pelan. Keduanya pun kembali ke atap sekolah untuk mengambil
barang mereka yang masih tertinggal.
***
Hari menjelang malam,
Nana tengah duduk di tempat tidurnya sembari menggambar dan mendengarkan lagu.
“Nana, tolong belikan
eomma kecap dan saus tomat. Di dapur sudah habis” ucap ibunya dari luar kamar.
“Baiklah, aku
siap-siap dulu”
“Kalau begitu uangnya eomma
taruh di meja ruang tengah”
“Ne~” Nana bangkit
dari posisinya, ia lalu mengenakan sweater dan mengambil dompetnya yang berada
di meja belajar kemudian berjalan keluar kamar.
“Aku berangkat” pamit
Nana setelah mengambil uang belanja.
Nana berjalan menuju
minimarket dengan tenang. Sesekali gadis itu bersenandung kecil dan menatap
langit malam yang sedikit berawan.
Sesampainya di
minimarket, Nana mulai mencari barang yang di pesan oleh ibunya.
“Hey~” sapa seseorang
menepuk pundak Nana dari belakang.
“Hm? Ah! J-jimin
sunbae, selamat malam” sahut Nana cepat saat melihat Jimin tersenyum padanya.
“Hm, malam. Tidak ku
sangka kau masih mengingatku. Namamu...”
“N-nama saya Nana, Kim
Nana”
“Ah! Ya, Nana.
Bicaramu formal sekali, aku jadi merasa asing. Pakai bahasa sehari-hari saja,
itu lebih nyaman” ucap Jimin tertawa kecil. Nana hanya mengangguk pelan lalu
mengalihkan perhatiannya pada rak-rak yang berada disampingnya.
“Sedang mencari apa?”
tanya Jimin penasaran.
“Keperluan dapur.
Sunbae sendiri?”
“Oh, aku ingin membeli
makanan ringan dan aku sudah mendapatkannya” Jimin memperlihatkan keranjang
belanja yang di pegangnya kepada Nana.
“Kenapa belum
dibayar?”
“Hmm, kenapa ya?
Entahlah, mungkin karena aku terlebih dulu bertemu denganmu”
“H-haha, sunbae
ada-ada saja” ucap Nana menyembunyikan rasa gugupnya.
Setelah Nana
mendapatkan barang belanjaannya, keduanya pun berjalan menuju kasir untuk
membayar barang mereka.
“Bagaimana kalau ku
antar pulang?” tawar Jimin saat keduanya berjalan keluar minimarket.
“Ha? A-ah, terima
kasih atas tawarannya tapi ku rasa tidak perlu, aku tidak ingin merepotkan
sunbae, lagipula rumahku tidak terlalu jauh”
“Ah, kau pasti mengira
aku akan berbuat hal yang jahat padamu kan?”
“T-tidak! Aku tidak
bermaksud-“
“Kalau begitu naiklah
ke motor. Jangan khawatir, kalau aku melakukan hal yang mencurigakan, kau boleh
menendangku dari belakang, hehe” Jimin memberikan helm cadangannya pada Nana.
Gadis itu terlihat berpikir namun akhirnya ia mengambil helm tersebut dan
memakainya.
“Baiklah, kita
berangkat” ucap Jimin tersenyum cerah seraya mengendarai motornya.
Selang beberapa menit,
motor yang di kendarai Jimin telah tiba di depan rumah Nana. Nana pun turun
dari motor dan mengembalikan helm yang dikenakannya kepada Jimin.
“Terima kasih banyak
untuk tumpangannya, maaf merepotkan”
“Tidak masalah. Justru
aku yang seharusnya minta maaf karena sudah memaksamu agar mau ku antar pulang”
“Tidak apa-apa. Hm,
kalau begitu aku masuk dulu. Sekali lagi terima kasih, selamat malam” ucap Nana
seraya membungkuk kemudian berjalan memasuki rumah.
“Oh, sampai jumpa di
sekolah” sahut Jimin tersenyum senang, ia pun kembali menjalankan motornya
dengan santai.
***
Tok tok..
“Taehyung, bagaimana
demammu? Apakah sudah turun?” Seorang wanita mengetuk pintu kamar Taehyung
dengan pelan. Tak ada sahutan dari dalam kamar.
“Nak, kau tidak
apa-apa? Eomma masuk ya-“
“Jangan sentuh
apapun!” seru Taehyung dengan cepat.
“Pergilah! Aku tidak
ingin di ganggu” sambung laki-laki itu dengan nada dingin.
“Tapi-“
“Eommonim, tidak apa,
biar saya saja yang bicara padanya. Anda terlihat lelah, sebaiknya
beristirahat” potong suara seorang gadis tersenyum ramah kepada wanita
tersebut.
“Oh, baiklah. Maaf
jadi merepotkan”
“Tidak, saya sama
sekali tidak merasa direpotkan”
“Kalau begitu saya ke
bawah dulu ya, tolong bujuk Taehyung agar mau keluar kamar”
“Ne, serahkan saja
kepada saya”
Wanita itu pun
berjalan menuruni tangga, membiarkan gadis tersebut sendirian di depan kamar
Taehyung.
“Taehyung, ini aku,
Soo Jung. Bisakah kau keluar sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu” ucap
gadis itu memecah keheningan.
“Ku tunggu di bawah
pohon. Sebaiknya kau bergegas atau aku yang akan menyeretmu keluar” sambung Soo
Jung sebelum ia berjalan meninggalkan kamar Taehyung.
Setelah beberapa menit
menunggu di bawah pohon, akhirnya Soo Jung melihat sosok Taehyung keluar rumah
dan berjalan menghampirinya dengan malas.
“Apa yang ingin kau
bicarakan?” tanya Taehyung tanpa basa-basi.
“Hah, begitukah caramu
menyambut seorang tamu? Benar-benar.. Aku kemari ingin menjengukmu, kata
teman-teman di kelas kau sakit”
“Kau lihat sendiri
kan? Sekarang aku sudah tidak apa-apa”
“Hm, baguslah.
Setidaknya aku tidak perlu khawatir lagi. Ini oleh-oleh untukmu” Soo Jung
memberikan bingkisan yang di pegangnya kepada Taehyung.
“Bukanya nanti saja.
Aku sedang tidak ingin mendengar komentar kasarmu saat ini. Yang ku inginkan
adalah... sambutan darimu atas kepulanganku” sambung gadis itu menatap Taehyung
dengan wajah merona.
“Sambutan?” tanya
Taehyung tak mengerti.
“Hm. Jangan bilang
selama aku pergi ke Paris kau tidak pernah mengingatku? Ya Tuhan! Sahabat macam
apa kau ini Kim Taehyung?”
“Apa hanya itu yang
ingin kau bicarakan? Kalau sudah tidak ada lagi, aku akan masuk” Dengan cepat
Soo Jung menahan lengan Taehyung yang hendak beranjak dari posisinya.
“Taehyung, aku tahu
selama ini kau telah mengalami masa yang sulit, tapi tolong jangan
mengabaikanku seperti ini. Tidak bisakah kau bersikap seperti biasa padaku?”
Taehyung terdiam
mendengar ucapan Soo Jung, ia menghela nafas pelan kemudian melepas genggaman
gadis itu perlahan.
“Maaf.. untuk saat ini
aku tidak bisa memenuhi permintaanmu” sahut Taehyung pelan.
“Ah, baiklah. Mungkin
kita mengobrol lain kali saja. Kalau begitu, aku pulang. Oh ya, kalau sudah
merasa baikkan, jangan lupa untuk turun ke sekolah” ucap Soo Jung tersenyum
kecil. Taehyung menatap kepergian Soo Jung hingga gadis itu lenyap dari
pandangannya.
Esok harinya..
“Pagi Nana~” sapa Se
Na yang baru saja memasuki kelas.
“Hmm, pagi” sahut Nana
menoleh kearah Se Na. Tanpa sengaja matanya menatap Taehyung dan Soo Jung yang
berjalan melewati ruang kelas.
“Wajahmu terlihat
lesu, apa kau tidak enak badan?” tanya Se Na khawatir.
“Ha? Oh, a-aku tidak
apa-apa, hanya sedikit mengantuk saja” sahut Nana tersenyum samar. Gadis itu
kemudian menelungkupkan kepalanya di atas meja.
***
Bel istirahat
berbunyi, Se Na bergegas pergi menuju kantin untuk membeli camilan sedangkan
Nana menunggu di kelas sembari merapikan buku-bukunya.
“Nana, ada yang
mencarimu” ucap salah satu teman sekelas Nana tiba-tiba menghampirinya.
“Hm? Siapa?”
“Entahlah, sepertinya
senior. Mereka menunggu di luar” Nana pun berjalan keluar kelas dan melihat
tiga orang siswi tengah memandanginya tajam.
“Katakan yang
sejujurnya, apa hubunganmu dengan Jimin?” tanya salah satu siswi tersebut saat
mereka telah berada di gudang sekolah.
“H-hubungan? Apa
maksud kalian?”
“Sudahlah, jangan
mengelak! Tadi malam kami melihatmu berboncengan dengan Jimin! Pasti ada
sesuatu di antara kalian kan?” timpal siswi yang lainnya.
“Ah! Mungkin saja dia
melakukan sesuatu untuk menarik perhatian Jimin. Benarkan? Mengaku saja! Dasar
murahan!” Ketiga siswi itu mulai menyudutkan Nana dan mendorongnya ke dinding.
“Loh? Dimana Nana?”
gumam Se Na saat tiba di kelas. Ia melihat seisi kelas namun tetap tak
menemukan sosok Nana.
“Kau mencari Nana?
Tadi ku lihat dia pergi bersama 3 orang senior, tapi aku tidak tahu mereka
pergi kemana” ucap salah satu siswi di kelas memberitahu Se Na. Gadis itu pun
berlari keluar kelas dan menyusuri koridor sekolah.
Setelah bertanya
kesana-kemari, akhirnya Se Na mendapatkan petunjuk dari salah satu siswa. Ia
lalu bergegas pergi menuju tempat yang telah diberitahukan.
“Sungguh! Saya tidak
melakukan apapun. Saat itu kami tidak sengaja bertemu” ucap Nana gemetar.
“Hah! Dasar pembohong!
Dari awal kau pasti sudah berencana untuk melakukan semua ini kan? Buktinya kau
sengaja menabrakkan diri dengan Jimin beberapa hari yang lalu!”
“Kau pikir kami tidak
mengetahui akal licikmu itu huh? Selama ini kami membiarkanmu karena kami tidak
ingin menyakiti murid baru, tapi apa yang kau lakukan kemarin benar-benar
membuat kami muak!” cerca ketiga siswi itu meluapkan amarah mereka.
Se Na yang baru saja
tiba terkejut saat melihat Nana tersungkur di tanah dengan penampilan kusut.
Amarah Se Na tersulut ketika salah satu senior itu mulai menjambak rambut Nana,
ia pun bergegas menghampiri ketiganya.
“Hey!” Semua perhatian
seketika tertuju pada si pemilik suara.
“J-Jimin” ucap ketiga
siswi itu terkejut bukan main.
“Apa yang kalian lakukan?
Kenapa kalian menyakitinya?” tanya Jimin menatap ketiga siswi itu tajam.
“Ini semua karena mu!
Mereka menyerang Nana karena mereka pikir dia ingin merebutmu dari mereka.
Benar-benar tidak masuk akal!” sahut Se Na naik pitam. Ketiga siswi itu menatapnya
kesal namun Se Na hanya memberikan tatapan dingin.
“Hm, begini, biar ku
jelaskan yang sebenarnya kepada kalian” ucap Jimin seraya berjalan menghampiri
Nana dan membantu gadis itu berdiri.
“Nana, orang yang saat
ini berdiri di hadapan kalian, adalah gadis yang ku sukai”
“Apa?” sahut Se Na dan
ketiga siswi itu terperangah. Nana hanya terdiam dan masih berusaha mencerna
ucapan Jimin.
“Dia tidak pernah
berniat atau bahkan melakukan apa yang kalian katakan barusan. Justru
sebaliknya, aku lah yang terlebih dulu menyukainya”
“Ku harap kalian dapat
bersikap lebih dewasa menanggapi hal ini. Dan juga, berhentilah bersikap buruk
pada Nana karena mulai hari ini, dia adalah milikku” ucap Jimin dengan mantap
seraya mengeratkan rangkulannya pada Nana.
“Ayo, kita harus
mengobati lukamu” sambung Jimin membawa Nana pergi dan di susul oleh Se Na.
“Terima kasih sudah
menolongku” ucap Nana kepada Jimin yang tengah membersihkan luka di tangannya.
“Hmm, tidak masalah. Tadinya
aku hanya kebetulan lewat. Lagipula mereka sudah keterlaluan padamu, jadi
sesekali harus di beri peringatan” sahut Jimin tersenyum lembut.
“Hey! Penyebab mereka
berbuat begitu kan karena mu juga! Jadi yang sebenarnya pantas di salahkan
adalah kau!” timpal Se Na menunjuk Jimin geram.
“Se Na, jangan teriak-teriak!
Kita sedang berada di UKS” seru Nana membekap mulut Se Na.
“Dia benar. Semua ini
terjadi karena aku berada di dekatmu. Maaf sudah membuatmu mengalami hal ini”
ucap Jimin seraya berlutut di hadapan Nana dan menggenggam tangan gadis itu
lembut.
“Kau ingin minta maaf
atau mengintip roknya huh?” tuduh Se Na seraya menghalangi pandangan Jimin.
“Kau ini dari tadi
selalu memarahiku! Apa aku pernah berbuat salah padamu?” sahut Jimin kesal.
Se Na terdiam beberapa
saat sebelum akhirnya mencengkeram seragam Jimin dan menatap laki-laki itu
tajam.
“Kau memang tidak
berbuat apa-apa padaku, tapi kau sudah membuat temanku terluka dan itu menjadi
masalah untukku!” ucap Se Na penuh penekanan.
“Jadi ku sarankan
sebaiknya untuk saat ini kalian saling menjaga jarak agar Nana tidak mengalami
hal yang lebih buruk lagi” Se Na mendorong Jimin keluar UKS untuk mencegah
laki-laki itu berbicara.
“T-tunggu! Nana, maaf
sudah menyebabkan masalah untukmu. Tapi kau harus tahu satu hal, yang ku
katakan saat di hadapan mereka tadi, aku serius” Jimin pergi meninggalkan Nana
dan Se Na yang terdiam membisu setelah mendengar perkataannya.
***
Seminggu telah berlalu.
Semenjak kejadian di UKS, Nana selalu menghindari Jimin ketika keduanya saling
berpapasan karena wajahnya berubah memerah akibat teringat ucapan laki-laki
itu. Seperti yang terjadi saat ini, Nana dan Se Na tengah beristirahat di
kantin sekolah. Ketika Nana sedang mengunyah makanannya tiba-tiba pandangannya
bertemu dengan Jimin yang juga menatapnya sambil tersenyum manis dari kejauhan.
“Se Na, aku mau ke
kamar kecil, perutku tiba-tiba sakit. Kau selesaikan saja makanmu. Nanti kalau
aku belum kembali juga, kau duluan saja ke kelas” ucap Nana seraya merapikan
peralatan makannya.
“O-oh, baiklah. Tapi
kalau sakitnya bertambah parah cepat beritahu aku ya”
Nana menganggukkan
kepalanya dan tersenyum kecil untuk meyakinkan Se Na. Gadis itu pun bergegas
bangkit dari tempat duduknya dan mengembalikan piring makanan miliknya ke
pantry kantin. Setelah selesai gadis itu berjalan meninggalkan kantin tanpa
menoleh sedikit pun.
“Hey, gadis yang
barusan keluar itu bukannya pacar Jimin sunbae?”
“Ha? Serius? Yang tadi
itu?”
“Iya. Tapi aneh,
mereka sama sekali tidak pernah terlihat bersama. Jadi ku pikir itu hanya gosip
saja” Terdengar bisik-bisik dari beberapa siswi tengah membicarakan Nana. Taehyung
yang duduk membelakangi mereka tiba-tiba merasa kehilangan nafsu makannya
setelah mendengar percakapan itu, ia pun membawa piring makanannya untuk di
kembalikan.
“Mau kemana kau?”
tanya Soo Jung yang duduk di hadapannya. Taehyung terus berjalan dan tidak
menggubris pertanyaan gadis itu.
Hari menjelang senja,
Taehyung berjalan pulang dengan tenang sembari membaca catatan kecil yang
dipegangnya. Tiba-tiba sebuah tas melayang dan menghantam kepala Taehyung dari
balik pagar tembok di sampingnya, membuat tubuh laki-laki itu sempoyongan
selama beberapa saat. Belum sempat Taehyung menyadari apa yang terjadi, ia
kembali di kejutkan oleh sosok Nana yang tiba-tiba melompat keluar dari balik
tembok tersebut.
BRUK
“Akh! Eomma~ sakit
sekalii..” ringis Nana kesakitan.
“S-singkirkan tubuhmu!
Aku tidak bisa.. bernafas” timpal Taehyung terengah ketika merasakan kepala
belakangnya di tindih oleh tubuh Nana. Keduanya terjatuh dengan posisi telungkup
dan tubuh bagian atas Taehyung di tindih oleh tubuh Nana.
“Ha? Aah!
J-jeosonghamnida, sunbae baik-baik saja?” Nana bergegas menggeser tubuhnya dan
membantu Taehyung duduk.
“Menurutmu apakah aku
terlihat baik-baik saja?” sahut Taehyung seraya memakai kembali kacamatanya
yang sempat terlepas. Nana terkekeh pelan seraya menggaruk kepalanya yang tak
gatal.
“Maaf, saya
benar-benar tidak sengaja. Tadi saya ingin mengambil tas di balik tembok itu,
tapi ternyata ada anjing penjaganya. Karena panik, saya cepat-cepat memanjat
tembok itu dan melompat keluar” jelas Nana tertunduk malu.
“Aku tidak peduli.
Berhentilah berkata sok formal di hadapanku! Itu membuatku muak” Taehyung
kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Nana yang terdiam mematung. Beberapa
detik kemudian Nana kembali tersadar, ia lalu mengambil tasnya dan bergegas
mengejar Taehyung. Gadis itu kemudian menyeret Taehyung kembali menuju gedung
sekolah.
Sesampainya di
sekolah, Nana membawa Taehyung menuju ruang UKS dan mendudukkan laki-laki itu
di kursi. Ia lalu mengambil kotak P3K dan duduk menghadap Taehyung.
“Ini mungkin terasa
sedikit sakit, jadi tolong tahan sebentar” ucap Nana seraya membersihkan luka
di pipi dan hidung Taehyung dengan antiseptik kemudian menempelkan plester
luka. Saat Nana hendak mengobati telapak tangan Taehyung yang lecet, tiba-tiba
Taehyung menepisnya dan menjaga jarak dengan gadis itu.
“Sudah cukup! Aku bisa
mengobatinya sendiri” ucap Taehyung dingin.
“Tapi sunbae, kalau
tidak segera di obati, lukanya bisa infek-“
“Kau melakukan semua
ini dengan sengaja kan? Sebelumnya hidupku berjalan baik-baik saja sampai kau
muncul. Untuk apa kau melakukan semua ini? Untuk menarik perhatianku?” tanya
Taehyung memotong perkataan Nana. Nana terdiam dan mencengkeram roknya erat.
“Bukankah kau sudah
memiliki pacar? Kalau begitu untuk apa kau masih mengejar laki-laki lain?”
“Itu tidak benar!
Bagaimana bisa kami di sebut pacaran sedangkan kami belum pernah menyatakan
perasaan satu sama lain? L-lagipula, orang yang ku sukai bukanlah Jimin sunbae”
sahut Nana mulai terbawa emosi.
“Terserah. Kalian
pacaran atau tidak itu bukan urusanku! Yang ingin ku tegaskan hanya satu, kau..
jangan pernah muncul lagi di hadapanku!” ucap Taehyung penuh penekanan. Ia
kemudian pergi meninggalkan Nana tanpa menoleh sedikit pun.
***
Sinar matahari
menyinari kota Seoul di hari minggu pagi. Nana membuka tirai jendela kamarnya
dengan malas kemudian turun menuju ruang tengah sembari mengucek matanya yang
masih terasa berat.
“Nana, eomma baru
mendapat kiriman buah apel dari tetangga banyak sekali. Jadi daripada mubazir
lebih baik kau berikan saja sebagian kepada temanmu” ucap ibunya seraya
menyerahkan sekantung penuh apel kepada Nana. Nana terdiam menatap kantung
tersebut dan berpikir sejenak. Tiba-tiba sebuah senyuman mengembang di wajahnya.
“Hm, baiklah” sahut
Nana semangat seraya membawa kantung itu ke kamarnya. 20 menit kemudian gadis
itu keluar kamar dengan pakaian rapi dan menenteng kantung apel tersebut. Ia
kemudian berjalan keluar rumah setelah pamit kepada ibunya.
“Yap! Sekarang adalah
kesempatan emas untukku agar bisa memperbaiki kesalah pahaman dengan Taehyung
sunbae. Semoga saja semuanya berjalan lancar” gumam Nana menyemangati dirinya.
Sesampainya di depan
pintu rumah Taehyung, Nana terdiam selama beberapa saat dan menghela nafas
panjang. Ia pun bersiap untuk menekan bel namun tangannya terhenti di udara
saat tiba-tiba pintu rumah itu terbuka dan menampakkan sosok Taehyung. Suasana
menjadi hening selama beberapa detik.
“Mau apa kau?” Suara
Taehyung yang berat mengejutkan Nana.
“A-anu.. a-aku ingin
memberikan ini” sahut Nana seraya memperlihatkan kantung yang di pegangnya
kepada Taehyung.
“Bukankah aku sudah
menyuruhmu untuk tidak muncul di hadapanku lagi? Apa kau tidak mengerti apa
yang ku katakan?” timpal Taehyung memandang Nana sinis. Untuk sesaat Nana
merasakan jantungnya berdegup kencang seakan ingin mencuat keluar.
“Oh? Ada tamu rupanya.
Siapa gadis cantik ini? Apakah dia temanmu?” Seorang wanita tiba-tiba muncul
dari belakang Taehyung dan tersenyum ramah kepada Nana. Nana pun segera memberi
salam dan membungkuk hormat.
“Nama saya Kim Nana.
Saya adik kelas dari Taehyung sunbae” ucap Nana memperkenalkan diri.
“Ah~ begitu. Ayo nak,
ajak dia masuk-“
“Jangan seenaknya
memerintahku! Kau bukan siapa-siapa di rumah ini! Dan aku tidak akan pernah
sudi menjadi anakmu! Kau urus saja rumah dan suamimu itu! Jangan pernah campuri
urusanku!” bentak Taehyung kepada wanita itu. Suasana berubah mencekam, Nana
menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap wajah Taehyung.
“Ayo pergi!” ajak
Taehyung kepada Nana seraya berjalan meninggalkan rumah. Nana terkesiap, ia pun
membungkuk hormat kepada wanita itu dan bergegas menyusul Taehyung.
Sepanjang perjalanan,
Nana hanya mengikuti Taehyung dari belakang tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Gadis itu menatap apel yang dibawanya dengan kecewa.
BUK
“Aww!” Nana meringis
saat kepalanya menubruk Taehyung yang berhenti tiba-tiba. Ia mengikuti arah
pandangan Taehyung dan melihat seorang anak laki-laki tengah menangis sendirian
di taman bermain. Tanpa ragu Nana melangkahkan kakinya mendekati anak tersebut
dan berjongkok di hadapannya.
“Hey, kau baik-baik
saja? Kenapa menangis?” tanya Nana lembut. Anak itu menatap Nana dengan buliran
air mata yang masih membasahi pipinya.
“Aku tersesat. Tadi
aku bermain di depan rumah, kemudian ada kucing lewat dan ku kejar. Tapi saat
aku ingin pulang, aku lupa lewat jalan mana. Aku takut” sahut anak itu kembali
menangis.
“Sudah, tidak apa-apa.
Sekarang ada nuna di sini, jadi kau tidak perlu takut lagi. Ah! Nuna punya apel
banyak sekali, kau mau?”
Anak itu mengusap air
matanya kemudian mengangguk senang. Nana pun mengambil 2 buah apel dan memberikannya
kepada anak itu. Tanpa terasa sebuah senyuman mengembang di wajah Taehyung saat
melihat hal tersebut, ia pun berjalan menghampiri keduanya.
“Siapa namamu?” tanya
Taehyung ikut berjongkok kemudian mengusap kepala anak itu lembut.
“Min Joon” jawab anak
itu dengan mulut yang masih mengunyah apel.
“Hyung mau?” sambung
anak itu menyodorkan apel yang masih utuh kepada Taehyung.
“Terima kasih. Ah,
daripada bosan lebih baik kita bermain saja. Ayo, ikut hyung main
jungkat-jungkit” ajak Taehyung seraya menggendong anak itu di punggungnya.
Nana pun mendudukkan
dirinya di ayunan dan tersenyum senang melihat keduanya tengah asyik bermain
dan tertawa lepas. 30 menit kemudian seorang wanita datang dengan wajah
khawatir sekaligus lega saat melihat Taehyung dan anaknya tengah bermain
bersama. Wanita itu pun memeluk anaknya dengan erat kemudian membungkukkan
tubuhnya berkali-kali kepada Taehyung dan Nana.
“Terima kasih banyak
karena sudah menjaga anak saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya
kalau tidak ada kalian. Sekali lagi terima kasih~ kalian benar-benar pasangan
yang baik” ucap wanita itu tersenyum senang, membuat Nana dan Taehyung membeku
selama beberapa detik.
“H-haha.. kami tidak-“
“Ne, sama-sama. Min
Joon, lain kali jangan pergi sendirian lagi ya? Kau tidak ingin membuat eomma mu
khawatir kan?” sahut Taehyung memotong ucapan Nana.
“Tidak, aku tidak
ingin eomma khawatir. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi” ucap anak itu
dengan wajah polosnya. Anak itu pun melambaikan tangan mungilnya kearah Nana
dan Taehyung ketika ibunya membawanya pulang ke rumah. Taehyung dan Nana
membalas lambaian anak itu seraya tersenyum senang.
“Aku tidak menyangka
ternyata sunbae penyayang anak-anak, padahal di sekolah aura sunbae selalu
dingin” ucap Nana seraya kembali duduk di ayunan.
“Sekolah dan anak-anak
itu beda cerita. Aku menyukai anak-anak karena mereka terlihat polos, mereka
juga bersikap apa adanya” sahut Taehyung ikut mendudukkan diri di ayunan yang
kosong.
“Kalau aku menyukai
anak-anak karena wajah mereka lucu dan menggemaskan, apalagi ketika mereka
bermanja dengan eomma mereka saat menginginkan sesuatu, benar-benar lucu~” ucap
Nana tersenyum gemas. Tiba-tiba Nana teringat akan sesuatu.
“Hmm, sunbae, wanita
yang ku lihat saat di rumah sunbae tadi.. apakah dia eomma sunbae?” tanya Nana
ragu-ragu.
“Hm, dia eomma tiriku.
Orang tuaku bercerai ketika aku berumur 10 tahun, kemudian setelah 2 tahun
perceraian appa menikah dengan wanita itu, tapi aku tidak menyukainya” sahut
Taehyung pelan.
“Kenapa? Menurutku dia
kelihatan baik dan ramah”
“Tetap saja aku
membencinya, kehadirannya hanya membuatku kembali teringat dengan eomma
kandungku. Aku tidak ingin merasakan sakit yang sama untuk kedua kalinya, rasa
sakit ketika eomma berbicara pada appa kalau ia ingin meminta cerai karena
sudah tidak sanggup lagi hidup bersama kami. Ia berkata kalau pernikahan mereka
terjadi bukan karena cinta, tetapi karena perjodohan yang diusulkan oleh orang
tua mereka” Taehyung mengepal kedua tangannya dengan kuat.
“Cih! Pada akhirnya
aku kembali mengingat kejadian itu. Padahal aku telah berniat untuk membuang
jauh-jauh ingatan itu dari otakku” desis Taehyung tersenyum miris.
“Setiap orang pasti
memiliki kenangan buruk dalam diri mereka dan tentu saja mereka ingin
melupakannya. Tapi semakin keras mereka mencoba untuk melupakannya, ingatan itu
justru semakin melekat di pikiran mereka” ucap Nana menerawang.
“Karena itu kita tidak
perlu memaksakan diri untuk melupakannya, cukup jadikan hal itu sebagai
pelajaran agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang.
Lagipula, sunbae sudah mendapatkan pengganti yang lebih baik kan? jadi ku rasa
semuanya akan baik-baik saja, selama sunbae menerimanya dengan lapang dada”
sambung Nana tersenyum menatap Taehyung.
Tiba-tiba Taehyung
merasakan tubuhnya menghangat, ia pun segera mengalihkan pandangannya dari
gadis itu kemudian bangkit dari posisinya.
“Aku ingin membeli
minuman, kau ikut atau tidak?” tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ikut, ikut! Aku
ingin membeli ice cream kesukaanku!” sahut Nana penuh semangat.
***
“Wah~ segarnya~” gumam
Nana menjilat ice cream di tangannya penuh penghayatan sedangkan Taehyung
meneguk minumannya dalam diam. Keduanya berdiri di depan minimarket untuk
melepas lelah setelah berjalan cukup jauh.
“Ah! Aku baru ingat!
Sunbae, ini apel untukmu. Apel itu kiriman dari tetangga, mereka mengirim
banyak sekali ke rumah. Daripada tidak termakan jadi ku berikan saja sebagian
untuk sunbae” ucap Nana menyerahkan kantung apel yang sedari tadi di bawanya ke
tangan Taehyung.
“O-oh, terima kasih”
sahut Taehyung pelan.
“Nana” panggil
seseorang mengalihkan perhatian keduanya.
“Jimin sunbae?”
“Sedang apa kau
disini? Kenapa kau bisa bersamanya?” tanya Jimin seraya menatap Taehyung sinis.
“Dia baru saja
mengunjungi rumahku untuk memberikan buah ini. Kenapa? Ada masalah?” sahut
Taehyung tak kalah sinis. Nana yang kebingungan hanya terdiam mematung dan
tidak dapat berkata apa-apa melihat kedua laki-laki itu saling menatap sengit.
“Ku peringatkan satu
hal padamu! Jangan coba-coba untuk mendekati Nana lagi karena dia sudah menjadi
milikku!”
“Jimin sunbae, ku
mohon hentikan. Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, kau bukan appaku. Hubungan
kita hanya sebatas teman satu sekolah, itu saja” Jimin menatap Nana tidak
percaya setelah mendengar ucapan gadis itu.
“Untuk perkataan
sunbae tempo lalu, ku ucapkan terima kasih. Sunbae adalah orang pertama yang
mengatakan hal itu padaku dan aku sangat senang mengetahuinya, tapi aku minta
maaf.. aku tidak bisa membalasnya dengan perkataan yang sama karena aku berniat
mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain. Sekali lagi maaf..” sambung Nana
seraya berlari meninggalkan Taehyung dan Jimin yang terdiam seribu bahasa.
Jimin kemudian
bergegas menyusul Nana, sedangkan Taehyung masih bergeming di posisinya sembari
menatap kantung apel pemberian Nana. Beberapa saat kemudian Taehyung menghela
nafas panjang lalu melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di depan
rumah, langkah Taehyung terhenti karena melihat Soo Jung baru saja keluar dari
rumahnya. Gadis itu menyadari kehadiran Taehyung, ia pun bergegas menghampiri
laki-laki itu dan memasang wajah dingin.
“Dari mana saja kau?”
tanya Soo Jung tanpa basa-basi.
“Bukan urusanmu” sahut
Taehyung seraya berjalan hendak memasuki rumah.
“Barusan kau pergi
dengan gadis bernama Nana itu kan? Sebenarnya apa hubungan gadis itu denganmu?
Kenapa kalian bisa menjadi seakrab ini?”
“Apakah hal itu sangat
penting untukmu?” sahut Taehyung menatap Soo Jung malas.
“Tentu saja! Aku ingin
tahu gadis macam apa dia sehingga bisa meluluhkan pertahanan seorang Kim
Taehyung yang bahkan tidak bisa ku lakukan” ucap Soo Jung tersenyum sinis.
“Selama 3 tahun aku
berusaha untuk membuka kembali hatimu yang tertutup karena perceraian orang
tuamu, tapi kau justru mengabaikanku dan sikapmu berubah dingin padaku. Padahal
akulah yang paling mengetahui seluk beluk hidupmu karena kita selalu bersama
sejak kecil, tapi gadis bernama Nana itu.. dengan mudahnya dia merebutmu
dariku!” sambung gadis itu mengepal kedua tangannya kesal.
“Sebenarnya apa yang
ingin kau coba bicarakan padaku, Lee Soo Jung?”
“Aku menyukaimu Kim
Taehyung! Sejak lama aku sudah menyukaimu, bahkan saat sikapmu berubah padaku
aku masih tetap menyukaimu. Yah, tentu saja kau tidak menyadarinya karena kau
selalu mengabaikanku” ucap Soo Jung tersenyum miris.
Taehyung terpaku
beberapa saat setelah mendengar pernyataan gadis di depannya. Ia kemudian
menghela nafas lalu berjalan menghampiri Soo Jung dan menepuk pucuk kepala
gadis itu pelan.
“Maaf.. selama ini aku
sudah membuatmu khawatir dan mengabaikanmu. Tapi aku juga tidak tahu harus berbuat
apa untuk membalas kebaikan yang kau lakukan padaku” ucap Taehyung pelan. Soo
Jung dapat merasakan hangatnya tangan Taehyung saat laki-laki itu mengusap
kepalanya lembut, membuatnya teringat akan Taehyung kecil yang selalu melakukan
hal itu untuk menenangkannya ketika ia bersedih. Tanpa terasa buliran air mata
mulai berjatuhan membasahi pipinya.
“Kalau begitu jadikan
aku pacarmu” desis Soo Jung menatap Taehyung lekat.
“Maaf, aku tidak bisa.
Ini terlalu tiba-tiba.. maksudku, selama ini kau menganggapku sebagai sahabat
dan aku pun begitu. Rasanya aneh kalau tiba-tiba hubungan kita menjadi sepasang
kekasih. Lagipula, pacaran itu hal yang asing untukku”
“Baiklah. Kalau kau masih
merasa asing dengan hal itu maka aku akan membuatmu terbiasa. Dengan begitu
tidak ada lagi alasan bagimu untuk menolakku” ucap Soo Jung datar seraya
menepis tangan Taehyung dari kepalanya. Gadis itu pun pergi meninggalkan
Taehyung dengan seringaian tipis di wajahnya.
Hari demi hari
berlalu, Taehyung merasakan perubahan yang drastis pada Soo Jung. Gadis itu
selalu mengawasinya saat mereka berada di sekolah dan selalu menghubunginya
tanpa kenal waktu. Soo Jung juga sering mengunjungi rumah Taehyung sekadar
mengajaknya jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama seperti pergi ke taman
bermain atau ke sebuah restoran seperti yang mereka lakukan saat ini.
“Taehyung, aku ingin
ke kamar kecil sebentar” ucap Soo Jung seraya bangkit dari duduknya. Taehyung
hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kemudian melanjutkan makannya.
Sesampainya di toilet, Soo Jung segera mengeluarkan handphonenya lalu
menghubungi seseorang. Setelah mengakhiri percakapan, gadis itu kemudian
kembali ke meja makan.
“Taehyung, sepertinya
kita harus pulang sekarang, eommaku barusan menghubungiku dan memintaku untuk
cepat pulang” ucap Soo Jung dengan wajah serius. Taehyung mengiyakan ajakan
gadis itu, ia pun membayar makanan mereka lalu berjalan keluar restoran.
Tiba-tiba kaki Soo Jung tersandung membuat Taehyung refleks menangkap tubuh
gadis itu agar tidak terjatuh.
“Kau baik-baik saja?”
tanya Taehyung khawatir.
“Akh! Ku rasa kaki ku
terkilir. Sakit sekali” ringis Soo Jung memegangi kaki kirinya. Taehyung pun
menggendong Soo Jung ala bridal dan melanjutkan perjalanan.
Saat hendak melewati
pintu restoran, keduanya berpapasan dengan Nana dan Jimin yang baru saja tiba
di restoran itu. Mereka terdiam di tempatnya selama beberapa saat dan saling
memandang satu sama lain. Jimin menggapai pundak Nana dan membawa gadis itu
kembali berjalan. Taehyung pun kembali melangkahkan kakinya menuju mobil Soo
Jung.
“Ahjusshi, tolong segera
antarkan dia pulang. Kakinya terkilir jadi harus cepat di obati agar tidak
bertambah parah. Saya akan pulang naik taksi saja” ucap Taehyung kepada sopir
Soo Jung setelah ia memasukkan Soo Jung ke dalam mobil. Dengan sigap sopir itu
mengangguk kemudian mulai menghidupkan mobil.
“Taehyung! Apa yang
kau lakukan? Kau mau pergi kemana huh? Kau harus ikut bersamaku!” seru Soo Jung
dengan nada panik. Gadis itu mencoba untuk keluar dari mobil namun pintunya
terkunci.
“Maaf, Soo Jung.. Ku
rasa aku tidak bisa lagi mengikuti keinginanmu. Sekarang aku sadar ada hal yang
lebih penting yang harus ku kejar. Sekali lagi maaf..” bersamaan dengan
berakhirnya ucapan Taehyung, mobil Soo Jung perlahan bergerak meninggalkan
Taehyung yang masih berdiri di tempatnya.
Di dalam mobil, Soo
Jung masih terpaku menatap jendela mobil dengan pandangan kosong. Gadis itu
mencengkeram dressnya geram kemudian tersenyum samar.
“Hah! Senjata makan
tuan ya?” gumam Soo Jung pelan. Gadis itu pun terduduk pasrah sembari melihat
pemandangan di luar jendela mobil.
***
“Sunbae, sebaiknya
kita pulang saja” ucap Nana menghentikan langkahnya saat memasuki restoran.
“Kenapa? Kita bahkan
baru saja sampai”
“Aku tidak lapar. Aku
hanya.. ingin istirahat, rasanya aku tidak enak badan” ucap Nana menundukkan kepalanya,
berusaha menyembunyikan wajahnya yang murung.
“Hm, baiklah kalau
begitu” sahut Jimin menghela nafas pasrah. Keduanya pun kembali menuju
parkiran.
Saat Nana telah
menaiki motor, Jimin pun menjalankan motornya dan pergi meninggalkan restoran.
Tiba-tiba Nana mendengar suara Taehyung tengah memanggilnya dari kejauhan
sembari berlari mengejarnya. Jimin melirik Nana sekilas, ia kemudian menambah
laju motornya membuat Taehyung semakin jauh tertinggal.
Taehyung mengacak
rambutnya frustasi, nafasnya terengah-engah karena terlalu banyak berlari. Seketika
tubuhnya terhempas ke aspal karena kedua kakinya sudah tak sanggup lagi untuk
berjalan, ia pun memutuskan untuk beristirahat selama beberapa menit. Setelah
merasakan tenaganya mulai pulih, Taehyung bangkit dari posisinya dan berjalan
dengan lunglai menuju taman bermain yang pernah ia kunjungi bersama Nana.
Sesampainya di taman
bermain, Taehyung berniat untuk mendudukkan diri di ayunan namun langkahnya
terhenti saat melihat Nana terlebih dulu berada di sana dengan wajah tertunduk.
Taehyung kembali melangkahkan kakinya, hal itu membuat Nana terperanjat saat
menyadari kehadirannya. Laki-laki itu kemudian mendudukkan dirinya di ayunan
yang masih kosong di samping Nana.
“Kenapa kau bisa
disini? Bukankah tadi kau bersama Jimin?” tanya Taehyung menatap langit malam.
Nana pun ikut mengarahkan pandangannya keatas langit sembari memainkan
ayunannya perlahan.
“Tadinya begitu, tapi kemudian
aku memberikan sedikit ancaman padanya agar dia mau membiarkanku turun karena
aku sedang ingin mengunjungi tempat ini” sahut Nana tersenyum samar. Gadis itu
menghentikan kegiatannya lalu berpikir sejenak.
“Maaf” ucap keduanya
bersamaan. Taehyung mempersilakan Nana untuk berbicara terlebih dulu.
“Maaf karena tadi
sudah meninggalkan sunbae begitu saja. Maaf juga karena selama ini aku selalu
menyebabkan masalah untuk sunbae, aku tidak bermaksud untuk melakukannya dengan
sengaja. Sungguh” ucap Nana tertunduk. Tanpa sadar gadis itu menggigit bibirnya
karena gugup.
“Aku juga.. ingin
minta maaf padamu karena selama ini aku selalu berkata kasar dan membentakmu.
Dan juga, terima kasih atas saran yang kau berikan padaku beberapa waktu lalu.
Itu membuatku sadar, seharusnya aku lebih bersyukur karena Tuhan telah
memberikan anugerah padaku setelah kejadian buruk yang pernah ku alami
sebelumnya” sahut Taehyung tersenyum kecil. Suasana menjadi hening selama
beberapa saat.
“Untuk memperbaiki
kesalah pahaman ini, bagaimana kalau kita mulai saja semuanya dari awal?
Tentunya dengan cara yang lebih baik. Kita lupakan semua kesan buruk yang
pernah terjadi sebelumnya dan kita buat kesan baru yang lebih menyenangkan”
ajak Nana bersemangat. Gadis itu menatap Taehyung penuh harap.
“Hmm, baiklah. Aku
setuju” sahut Taehyung mengangguk dan tersenyum. Keduanya pun kembali menatap
langit malam yang begitu teduh dan menenangkan.
2 hari kemudian..
Jam menunjukkan pukul
delapan pagi. Nana dan Se Na tengah berjalan bersama menuju ruang kelas sambil
bersenda gurau. Tiba-tiba keduanya berpapasan dengan Soo Jung yang datang dari
arah berlawanan. Nana dan Soo Jung saling bertatapan selama beberapa detik, kemudian
Soo Jung kembali menatap lurus ke depan seolah tak terjadi apa-apa.
“Selamat pagi~” sapa
Jimin menepuk pundak Nana dan Se Na berbarengan dari arah belakang.
“Oh, ya ampun, dia
lagi! Sunbae yang terhormat, bukankah sudah ku katakan beratus-ratus kali
padamu agar kau berhenti mengganggu temanku? Apakah kau tidak peduli jika nanti
Nana kembali terluka akibat ulahmu?” omel Se Na seraya melindungi Nana di
belakang tubuhnya.
“Tenang saja. Mulai
saat ini aku tidak akan mengganggu Nana dan membuatnya terluka lagi karena aku
sudah mendapatkan belahan jiwaku yang baru” sahut Jimin tersenyum ceria.
“Oh? Baguslah. Kalau
begitu cepat temui belahan jiwamu yang sangat beruntung itu” timpal Se Na melipat
tangannya di depan dada.
“Hm, tidak perlu,
orangnya sudah berdiri di hadapanku” ucap Jimin tersenyum aneh. Se Na
terperangah mendengar ucapan Jimin. Gadis itu mengerjapkan matanya tak percaya.
“Apa?” tanya Se Na
memastikan indra pendengarannya masih berfungsi atau tidak.
“Orangnya adalah kau,
Jung Se Na” jawab Jimin seraya merangkul pundak Se Na.
“Haha, lucu sekali. Dengar
ya! Aku tidak peduli kau itu seniorku atau bukan, jadi tolong singkirkan
tanganmu dari pundakku sebelum wajah tampanmu ku ubah menjadi gurita” ancam Se
Na menepis tangan Jimin kemudian berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan
perasaan kesal. Jimin tak mengindahkan ancaman Se Na dan tetap mengejar gadis
itu.
Nana hanya tersenyum
melihat tingkah keduanya. Ia pun berniat melanjutkan langkahnya menuju kelas
namun kembali terhenti saat merasakan seseorang menepuk pelan pundaknya. Gadis
itu pun menoleh ke belakang dan menemukan Taehyung tengah tersenyum padanya.
“Hm? Sunbae, dimana
kacamatamu?” tanya Nana saat menyadari laki-laki itu tak mengenakan kacamata
yang selalu terpasang di wajahnya.
“Aku melepasnya.
Karena kita sudah berniat untuk memulai semuanya dari awal, maka ku pikir aku
juga harus melakukan sedikit perubahan” sahut Taehyung mengusap tengkuknya
pelan. Nana tersenyum senang mendengar ucapan laki-laki itu. Keduanya pun
berjalan bersama menyusuri koridor sekolah tanpa mempedulikan tatapan dan
bisikan siswa lain yang melihat mereka karena menurut Nana kehadiran Taehyung
di sampingnya telah memberikan kekuatan dan keberanian padanya, belum lagi
perubahan yang Taehyung lakukan karena dirinya semakin membuat hati Nana
berbunga-bunga.
‘Well, kisah cintaku yang sebenarnya baru saja dimulai’ – Kim Nana.
END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar