Author

Author

Jumat, 28 Agustus 2015

[Korean Fafiction] PIECES OF LOVE ~Oneshoot~


PIECES OF LOVE

Author: Yeolyeol
Cast : Kim Taehyung (BTS), Kim Nana, Park Jimin (BTS), Jung Se Na, Lee Soo Jung, etc.
Genre : School Life, Romantic, Comedy
Soundtrack: Kirari – Ikimonogakari and For You - BTS

Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.

***
Cherry blossom berguguran menghiasi jalanan yang sepi di pagi hari. Seorang gadis tengah menikmati pemandangan tersebut melalui jendela kamarnya sambil menopang dagu menggunakan kedua tangannya dan menutup matanya, membiarkan wajahnya terkena embun pagi yang menyejukkan.
Kim Nana. Seorang gadis berusia 15 tahun yang baru saja akan menjalani kehidupan di sekolah barunya. Gadis itu tampak bersemangat dan tersenyum ceria mengingat sebentar lagi dirinya akan menyandang status sebagai siswi SMA di sekolah yang sangat diimpikannya.
“Semangat Nana! Ini adalah hari pertamamu, kau harus membuatnya menjadi momen paling berkesan” gumam gadis itu menyemangati dirinya. Ia pun mengambil tas lalu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Usai sarapan, Nana bergegas memakai tasnya kemudian berjalan keluar rumah.
“Appa, aku berangkat” pamit Nana kepada ayahnya yang tengah sibuk membersihkan mobil.
“Oh, kau tidak ingin appa antar?”
“Tidak perlu, aku naik bus saja”
“Ah, begitu. Baiklah, hati-hati di jalan” ucap ayahnya memperingatkan. Gadis itu mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.
20 menit kemudian Nana telah berdiri di depan gerbang sekolah barunya, ia terkesima melihat halaman sekolah yang begitu luas dipenuhi oleh siswa-siswi baru seperti dirinya. Ia pun berjalan menuju aula sekolah untuk mengikuti upacara penerimaan siswa baru.
Setelah kegiatan upacara penerimaan siswa baru selesai, semua siswa baru pergi menuju kelasnya masing-masing. Sepanjang perjalanan Nana terus menggigit bibirnya karena gugup. Sesampainya di kelas, Nana memilih meja urutan ke tiga yang berada di dekat jendela sebagai tempat belajarnya.
“Hai~” sapa seseorang yang duduk di belakang Nana. Nana pun menengok si pemilik suara, ia melihat seorang gadis berambut pendek tersenyum padanya.
“Kau berbicara padaku?” tanya Nana menunjuk diri sendiri untuk memastikan.
“Tentu saja. Oh ya, namaku Jung Se Na” sahut gadis bernama Se Na itu mengulurkan tangan kearah Nana.
“Namaku Kim Nana. Kau dari SMP mana?”
“Ah, sebenarnya aku berasal dari Daegu. Aku baru pindah ke kota ini sekitar 2 minggu yang lalu karena pekerjaan orang tua”
“Hm, begitu. Ah, mau berkeliling sekolah denganku? Sepertinya di luar sedang ramai dengan para senior yang mempromosikan ekskul. Mungkin saja kau berminat mengikuti salah satunya” ajak Nana dan di sambut antusias oleh Se Na. Kedua gadis itu pun pergi keluar kelas untuk berkeliling sekolah.
“Wah~ ramai sekali. Nana, kau sudah memutuskan ingin mengikuti ekskul apa?” tanya Se Na sambil melihat orang-orang di sekitarnya yang sibuk di sana-sini.
“Hmm, entahlah. Mungkin musik? Ah, tidak! Aku tidak berbakat dalam hal itu. Oh? Manhwa!” seru Nana saat matanya melihat salah satu senior memegang papan yang bertuliskan ‘Klub Manhwa’.
“Ha? Kau ingin ikut itu? Kau bisa menggambar?” tanya Se Na tak percaya.
“Hehe, hobiku memang menggambar. Yah~ meskipun gambaranku tidak sehebat dan sebagus profesional” sahut Nana malu-malu.
“Wuah, daebak! Kalau aku sih tidak punya harapan sama sekali dalam menggambar. Lain kali perlihatkan aku hasil gambaranmu ya?”
“Hm, tentu. Lalu kau sendiri ingin ikut ekskul apa?”
“Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik mengikuti ekskul. Aku lebih suka bersantai dan tidur daripada melakukan hal yang membuang energi” sahut Se Na santai.
“Hee~ sayang sekali. Kalau begitu kau temani aku kesana ya, aku ingin bertanya-tanya tentang klub itu” pinta Nana dengan mata berbinar. Se Na tersenyum dan mengangguk setuju. Keduanya pun berjalan menuju stand klub Manhwa. Nana yang terlalu bersemangat tanpa terasa berjalan mendahului Se Na.
BRUK
Karena berjalan terlalu cepat, Nana tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan dari arah samping. Beberapa buku jatuh berserakan dari tangan orang tersebut. Keduanya pun sama-sama berjongkok untuk mengambil buku yang terjatuh.
“Jeosonghamnida, saya benar-benar tidak sengaja” ucap Nana panik setengah mati. Gadis itu memberikan buku di tangannya kepada si pemilik sambil tertunduk menahan malu.
“Lain kali perhatikan langkahmu. Merepotkan sekali” sahut orang tersebut dengan suara beratnya yang dingin dan mengambil buku dari tangan Nana. Nana sedikit tersentak mendengarnya, ia pun mendongakkan kepalanya dan melihat seorang laki-laki berwajah tampan dengan kacamata tipis terpasang di wajahnya.
Nana terdiam di posisinya selama beberapa detik, sedangkan laki-laki itu kembali berdiri dan beranjak pergi. Nana kembali tersadar, ia pun bangkit dan terus menatap punggung laki-laki itu hingga lenyap dari pandangannya.
“Nana, kau baik-baik saja? Nana? Hey!” Se Na menepuk kedua tangannya di depan wajah Nana yang terbengong-bengong.
“Ah? Oh! A-aku tidak apa-apa, hehehe” sahut Nana tergagap seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Ya ampun, kau ini. Lain kali kalau berjalan perhatikan sekitarmu. Sampai menabrak orang seperti itu” omel Se Na menggeleng kepala.
“Hehe.. iya, maaf” sahut Nana tertunduk malu. Keduanya pun kembali berjalan menuju stand klub.
***
Seorang laki-laki berseragam SMA tengah berjalan dengan tenang menuju perpustakaan sekolah. Sesekali ia membetulkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
“Oh, Taehyung. Ingin meminjam buku lagi?” tanya seorang wanita yang bertugas menjaga perpustakaan saat laki-laki itu muncul di depan pintu.
“Ne” jawab laki-laki yang di panggil Taehyung itu singkat. Ia melangkahkan kakinya menuju rak-rak buku dan mulai menelusuri buku satu per satu.
“Sejak kelas 1 kau sering datang kemari, apa kau tidak merasa bosan melihat tulisan terus? Setidaknya kau melakukan kegiatan lain, seperti mencari pacar misalnya?” gurau wanita tersebut tersenyum jahil.
“Memiliki pacar justru lebih membosankan. Lebih baik saya membaca buku sepanjang hari, lagipula buku tidak selalu hanya berisikan tulisan” sahut Taehyung sambil membuka buku yang baru saja diambilnya.
“Hee~ sayang sekali. Padahal wajahmu tampan begitu, banyak gadis yang diam-diam memperhatikanmu loh. Apa kau tidak menyadarinya?”
“Entahlah. Lagipula saya tidak terlalu peduli dengan hal itu”
“Hah~ kau ini. Padahal cinta juga sangat dibutuhkan selain ilmu pengetahuan, apalagi untuk remaja seumuran dirimu” celoteh wanita itu seraya beranjak untuk menyusun buku-buku yang berantakan.
Taehyung membawa buku yang dipilihnya menuju salah satu meja kemudian mendudukkan diri. Ia mulai membaca halaman demi halaman buku dengan penuh keseriusan, namun tiba-tiba konsentrasinya buyar karena ucapan si wanita penjaga perpustakaan terngiang di kepalanya.
“Cinta? Pacar? Omong kosong macam apa itu?” desis Taehyung pelan. Ia pun kembali melanjutkan kegiatan membacanya yang tertunda.
Di tempat lain, Nana dan Se Na kembali berkeliling setelah selesai berurusan dengan klub Manhwa. Keduanya berjalan melewati lapangan basket yang tengah ramai dengan kerumunan para siswi, karena penasaran mereka pun memutuskan untuk melihat lebih dekat.
“Hm? Ada pertandingan basket kah?” gumam Se Na berbicara sendiri.
“Bukan, mereka hanya bermain basket biasa. Katanya ini adalah cara mereka untuk mempromosikan club basket” sahut seorang siswi yang berdiri di depan Se Na.
“Ohh~” sahut Se Na dan Nana berbarengan.
“Kalian lihat laki-laki disana? Yang sedang mendrible bola. Dia adalah ketua tim basketnya. Tampan sekali kan? Banyak yang berkata kalau dia adalah pujaan para siswi di sekolah ini” sambung siswi itu penuh semangat.
“Ji..min” gumam Nana saat membaca tulisan yang tertera di belakang baju laki-laki itu. ‘Lumayan sih.. tapi menurutku lebih tampan laki-laki berkacamata tadi. Eh? Kira-kira namanya siapa ya? Apakah dia siswa baru juga? Atau jangan-jangan dia seniorku? Ahh! Kalau benar bisa gawat!’ pikir Nana kalang kabut.
“Nana, sebaiknya kita kembali ke kelas saja ya? Aku tidak tahan terus berada di sini, berisik sekali” bisik Se Na menyadarkan Nana yang masih sibuk dengan pikirannya.
 “Hm, baiklah. Aku juga sudah merasa lelah” sahut Nana setuju. Keduanya pun berjalan memutar arah untuk menuju ruang kelas.
***
Jam pelajaran terakhir telah usai, seluruh guru dan siswa berhamburan keluar dari ruang kelas untuk pulang menuju rumah masing-masing.
 “Aku pulang” ucap Nana saat tiba di rumah.
“Selamat datang. Bagaimana hari pertama sekolah?” sahut ibunya dari arah dapur.
“Hm, menyenangkan. Aku mendapat teman bernama Se Na”
“Benarkah? Baguslah kalau begitu. Ah, eomma akan menyiapkan masakan untuk makan malam. Gantilah bajumu kemudian tolong bantu eomma”
“Ne~” Nana kembali berjalan dan menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, gadis itu meletakkan tasnya kemudian berganti pakaian.
Nana beranjak menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah buku sketsa serta beberapa alat menggambar. Ia membuka lembaran sketsa yang masih kosong kemudian mulai menggoreskan pensilnya dengan perlahan hingga membentuk sebuah gambaran.
“Kacamata... Hah~ kenapa aku bisa seceroboh itu? Di hari pertama sekolah aku justru memberikan kesan yang buruk kepada orang. Benar-benar memalukan!” racau Nana sembari menelungkupkan tubuhnya di kasur.
“Bagaimana kalau nanti aku bertemu dengannya lagi? Aku harus bersikap seperti apa? Hah~ memikirkan hal itu membuatku pusing. Lagipula belum tentu kan kami akan bertemu lagi, jadi untuk apa aku repot-repot memikirkan hal itu? Ah! Aku lupa! Tadi eomma memintaku membantunya memasak” sambung Nana seraya bangkit dari posisinya dan bergegas pergi menuju dapur.
3 hari kemudian...
Nana berangkat ke sekolah lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Ia berniat untuk menghabiskan waktu dengan menggambar sebelum pelajaran dimulai. Sesampainya di sekolah, Nana mencari tempat sepi dan nyaman agar dapat menggambar dengan leluasa. Gadis itu mendudukkan dirinya di bawah salah satu pohon cherry blossom yang berjejer di belakang gedung sekolah.
“Ah, segarnya~ ternyata disini banyak sekali pohon cherry blossom. Baiklah, saatnya menggambar bunga-bunga yang cantik” gumam Nana seraya mulai menggambar pohon cherry blossom yang berada di sampingnya dengan serius. Sesekali ia bersenandung pelan, menikmati kegiatan menggambarnya.
“Hey! Sepertinya sekolah ini di penuhi dengan laki-laki tampan ya? Apalagi senior kita. Wuah~ kalau begini bisa-bisa konsentrasi belajarku akan terganggu karena wajah-wajah tampan mereka” Nana mendengar ucapan seorang siswi disertai langkah kaki yang berjalan kearahnya. Ia pun menengok kearah belakang dan melihat dua orang siswi tengah asyik bercengkerama.
“Iya, aku juga melihat satu saat di kantin. Tetapi dia lebih pendiam, berbanding terbalik dengan Jimin sunbae yang ramah dan murah senyum. Meskipun begitu tetap saja banyak yang kagum padanya” sahut siswi satunya dengan bangga.
Nana bergegas merapikan barang-barangnya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan tempat itu dalam diam tanpa menoleh pada kedua siswi itu.
“Hah~ hampir saja. Padahal gambarannya masih belum selesai. Mungkin aku akan melanjutkannya lain kali saja” gumam Nana seraya pergi menuju gedung sekolah.
“Lihat itu! Waah~ tampannya. Dia senior yang terkenal itu kan?” pekik seorang siswi kepada temannya saat Nana tengah berjalan menuju loker untuk berganti sepatu.
“Iya, namanya Kim Taehyung dari kelas 2-A. Ku dengar-dengar dia adalah salah satu siswa terpandai di sekolah. Dia pernah memenangkan pertandingan catur tingkat nasional dan debat bahasa Inggris antar sekolah”
“Hee~ tidak heran sih, dari penampilannya saja sudah meyakinkan. Ditambah lagi kacamatanya membuat dia benar-benar terlihat berkarisma”
Nana berbalik dengan cepat untuk melihat orang yang tengah dibicarakan kedua siswi tersebut. ‘Hah! Ternyata benar-benar orang itu yang mereka bicarakan. Gawat! Aku harus kabur sebelum dia melihatku!’ pikir Nana kalang kabut. Gadis itu pun mengganti sepatunya dengan cepat kemudian berlari menuju kelasnya.
BRUK
“Ah, sakit!” Nana mengaduh kesakitan saat tubuhnya menghantam lantai karena bertubrukan dengan seseorang.
“Kau tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?” tanya orang tersebut khawatir seraya membantu Nana berdiri. Nana menegakkan kepalanya untuk melihat si pemilik suara. Seketika matanya terbelalak ketika mengetahui bahwa orang yang berbicara padanya adalah Jimin.
“Ah! S-saya baik-baik saja. S-saya benar-benar minta maaf. Saya tidak sengaja” sahut Nana gelagapan dan membungkukkan tubuhnya berkali-kali. Ia merutuki dirinya yang selalu bertindak ceroboh.
“O-oh, tidak masalah. Kau benar tidak apa-apa? Kalau kau terluka, aku bisa mengantarmu ke UKS”
“A-ahaha.. tenang saja, saya orang yang kuat kok. Jadi saya tidak mungkin terluka, hehe”
“Hmm~ syukurlah kalau begitu. Sayang sekali kalau gadis manis sepertimu sampai terluka-“
“Oy! Nana! Kau sedang berbicara dengan siapa?” Tiba-tiba terdengar suara Se Na memotong perkataan Jimin. Gadis itu berjalan menghampiri Nana yang terdiam melongo menatapnya.
“Oh! Dia laki-laki yang main bas-“
“Sunbae, sekali lagi saya minta maaf karena sudah bertindak ceroboh. Jeongmal jeosonghamnida, kalau begitu kami permisi” ucap Nana memotong perkataan Se Na dengan cepat, ia kemudian menyeret Se Na dari hadapan Jimin.
“Oy! Kau ini kenapa sih? Berjalan seperti di kejar setan! Lagipula tumben sekali kau berbicara dengan orang itu. Kalian membicarakan apa?” tanya Se Na penasaran.
“Sebenarnya tadi aku tidak sengaja menabraknya karena berlari terlalu cepat. Aduh! Bagaimana ini? Aku sudah dua kali menabrak senior ku! Belum lagi senior yang ku tabrak adalah idola di sekolah, habislah aku!” ucap Nana menjambak rambutnya frustrasi.
“Itu sih salah mu sendiri bertindak ceroboh. Lagipula kenapa kau harus lari-lari? Memangnya tidak bisa kalau berjalan saja?”
“Aku berlari karena ingin menghindari Taehyung sunbae, orang yang pernah ku tabrak saat hari pertama kita sekolah”
“Ah~ laki-laki berkacamata itu.. Ha? Jadi dia senior kita? Wah, sulit di percaya! Laki-laki berwajah bocah seperti mereka ternyata lebih tua dari kita ” sahut Se Na tercengang. Tiba-tiba Nana menyikut pinggangnya pelan.
“Se Na, apakah kau merasakannya juga? Atau ini hanya perasaanku saja? Menurutku aura di belakang kita terasa dingin” bisik Nana bergidik. Keduanya memperlambat langkah mereka.
“Hmm, yah~ sepertinya ini tanda agar kau lebih berhati-hati. Jangan khawatir, aku akan berdoa agar kau dapat menjalani kehidupan sekolah dengan tenang” sahut Se Na menepuk bahu Nana pelan dan tersenyum yakin. ‘Kata-katamu barusan justru membuatku takut, Se Na’ pikir Nana seraya tersenyum pasrah.
***
5 hari berikutnya...
“Huwaa! Se Na~ aku harus bagaimana?” rengek Nana saat mereka tengah makan siang di halaman belakang sekolah.
“Hm? Bagaimana apanya?” tanya Se Na sambil mengunyah makanannya.
“Kau sadar tidak? Semenjak kejadian aku menabrak Jimin sunbae, para siswi jadi bersikap aneh. Mereka sering berbisik-bisik dan menatap ku seakan-akan aku ini penjahat kelas kakap!”
“Hmm, kadang-kadang aku juga merasa begitu sih. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi. Yah, paling tidak kau masih bersyukur karena mereka tidak mengeroyoki mu”
“Justru itulah hal yang paling ku takutkan. Huft, apa yang harus ku lakukan agar mereka berhenti melakukan hal itu padaku?” gumam Nana sambil mengaduk-aduk bekalnya. Se Na yang melihat hal itu merasa tidak tega.
“Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Kau hanya perlu menutup telinga dan tidak menanggapi saat mereka membicarakanmu, lama-kelamaan mereka akan bosan sendiri. Lagipula kejadian itu kan diluar dugaanmu” ucap Se Na berusaha menghilangkan kekhawatiran Nana.
“Hmm, mungkin kau benar. Sebaiknya aku juga lebih berhati-hati dan berusaha agar tidak bertindak ceroboh lagi”
 “Yap! Itu benar sekali” ucap Se Na mengacungkan jempol. Keduanya pun melanjutkan makan siang mereka dalam diam.
Hari menjelang sore, Nana baru saja selesai mengikuti rapat di klub Manhwanya. Gadis itu berniat mengunjungi belakang sekolah untuk melanjutkan gambarannya yang belum terselesaikan beberapa waktu lalu, namun langkahnya terhenti saat melewati ruang perpustakaan.
“Hm? Sore-sore begini masih ada yang berminat ke perpustakaan?” gumam Nana mengarahkan penglihatannya pada seseorang yang duduk di samping jendela perpustakaan. Karena penasaran, ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam perpustakaan.
Sepi sekali, kemana penjaganya? Eh, bukankah dia Taehyung sunbae?’ batin Nana terkejut setelah mengenali sosok tersebut. Nana berjalan ke arah Taehyung secara perlahan agar sepatunya tak menimbulkan bunyi.
“Hm? Tidur kah?” gumam Nana saat melihat kedua mata Taehyung tertutup dan kepalanya di topang oleh sebelah tangannya di atas meja. Tiba-tiba Taehyung membuat pergerakan kecil dan matanya terbuka perlahan.
Nana yang terkejut bergegas mendudukkan dirinya di salah satu kursi lalu membuka buku yang tergeletak di atas meja dan berpura-pura membaca buku tersebut. Taehyung merenggangkan tubuhnya kemudian mengusap pelan kedua mata sipit yang bersembunyi di balik kacamata tipisnya, menandakan bahwa ia benar-benar tertidur barusan. ‘Manisnya’ pikir Nana tersenyum kecil.
Taehyung memakai tasnya kemudian berjalan menuju pintu sambil terhuyung. Nana berniat untuk mengikuti Taehyung namun tiba-tiba tubuh laki-laki itu tumbang menghantam lantai dan tidak bergerak.
“Eh? S-sunbae! Kau tidak apa-apa? Taehyung sunbae!” pekik Nana berlari kearah Taehyung dan mengguncang pelan tubuh laki-laki itu.
“Tubuhnya panas. Mungkinkah d-dia demam? Aduh! Bagaimana ini? Sunbae, bertahanlah!” sambung Nana panik. Gadis itu pun berteriak meminta tolong dan di dengar oleh si penjaga perpustakaan yang baru saja kembali. Keduanya pun membawa Taehyung menuju UKS.
“Bagaimana bu?” tanya Nana khawatir saat petugas UKS selesai memeriksa Taehyung.
“Sepertinya dia hanya terkena demam biasa. Kita tunggu saja sampai dia sadar agar kita bisa langsung bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi” ucap petugas tersebut dan di sahut anggukan oleh Nana. Tak lama kemudian, Taehyung tersadar dan menatap Nana yang duduk di sampingnya.
“Dimana ini?” tanya Taehyung seraya memijat kepalanya yang terasa pusing.
“Ini di UKS. Tadi kau jatuh pingsan saat di perpustakaan dan gadis ini yang membawamu kemari” sahut wanita petugas UKS seraya berjalan kearah Taehyung dan Nana.
“Sebenarnya apa yang menyebabkanmu pingsan begitu? Apakah kau tidak makan? Atau kau habis melakukan pekerjaan berat?” tanya wanita itu menatap Taehyung lekat. Taehyung menghela nafas pelan kemudian bangkit dari tidurnya.
“Saya hanya kelelahan karena begadang tadi malam. Sekarang sudah tidak apa-apa. Saya ingin pulang, terima kasih untuk pertolongannya” sahut Taehyung seraya memakai tasnya kemudian berjalan menuju pintu sambil terhuyung.
“Kau yakin ingin pulang sendiri? Bukankah tubuhmu masih-“
BUK!
Taehyung mengerang kesakitan sambil memegangi dahinya yang baru saja membentur tembok dengan keras. Nana yang merasa kasihan ingin membantu laki-laki itu namun kedua kakinya terasa sulit untuk digerakkan.
“Hah~ dasar. Sudah, lebih baik kau kembali berbaring, biar aku menghubungi orang tuamu” ucap wanita itu seraya berjalan menuju meja kerjanya.
“Tidak perlu. Saya bisa pulang sendiri. Lagipula saya tidak ingin merepotkan mereka” sahut Taehyung dingin.
“Kau ini benar-benar... kalau nanti terjadi sesuatu padamu saat di perjalanan bagaimana? Setidaknya ada orang yang menemanimu untuk berjaga-jaga”
“Anu, k-kalau begitu biar saya saja yang menemani sunbae pulang. Saya akan menjaga sunbae hingga sampai di rumah dengan selamat” ucap Nana akhirnya memberanikan diri. Gadis itu menundukkan kepala untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.
“Apakah tidak apa-apa? Dia sudah merepotkanmu sebelumnya”
“T-tidak apa-apa. Saya tidak merasa direpotkan sama sekali”
“Hm, baiklah kalau begitu. Taehyung, kau sudah dengar kan? Kau akan pulang bersamanya, kalau kau tidak ingin aku menelepon orang tuamu maka kau harus menerimanya” ucap petugas UKS itu mengancam. Taehyung menatap Nana dan wanita itu bergantian kemudian menghela nafas pasrah.
“Baiklah, kalau begitu saya permisi” sahut Taehyung seraya berjalan keluar ruangan. Nana tersentak tidak percaya namun ia cepat-cepat membungkuk kepada sang petugas UKS dan bergegas menyusul Taehyung.
“Kau boleh pulang” ucap Taehyung saat mereka berada di loker untuk berganti sepatu.
“Eh?”
“Ku bilang kau boleh pulang. Kau tidak perlu benar-benar mengikuti ucapan wanita itu untuk mengantar ku pulang”
“Ah, tidak apa-apa. Saya tidak keberatan-“
“Ck! Kau ini memang tidak paham atau pura-pura tidak paham dengan perkataanku? Ah! Mungkinkah kau melakukan ini karena ada niat tersembunyi?”
“Heh? Tidak! Saya tidak bermaksud apa-apa. Saya melakukannya karena saya mau. Saya hanya ingin sunbae tiba di rumah dengan selamat dan memastikan sunbae baik-baik saja, tidak lebih” Taehyung terdiam saat mendengar ucapan Nana. Ia menatap gadis itu selama beberapa saat kemudian berjalan keluar gedung sekolah.
“Terserah kau saja. Tapi aku tidak akan peduli jika terjadi sesuatu padamu nanti” ucap Taehyung tanpa menatap Nana.
“Ne, jangan khawatir. Saya akan baik-baik saja” sahut Nana tersenyum ceria. Ia pun menyejajarkan langkahnya dengan laki-laki itu.
Sepanjang perjalanan, Nana dan Taehyung tak mengatakan sepatah kata pun. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, namun sesekali Nana mencuri pandang terhadap Taehyung.
“Kau.. sepertinya aku pernah melihatmu. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Taehyung akhirnya buka suara. Nana sedikit terlonjak karena mendengar suara berat Taehyung yang tiba-tiba.
“A- eh, n-ne.. sebenarnya kita pernah bertemu ketika hari penerimaan.. siswa baru” jawab Nana tergagap sambil menundukkan kepalanya. Taehyung kembali mengingat-ingat kejadian yang baru saja diucapkan gadis itu.
“Oh! Kau gadis sembrono itu ya? Orang yang menabrak ku saat di halaman” ucap Taehyung tepat sasaran.
“I-iya. Tapi saya benar-benar tidak sengaja”
“Karena kau terlalu senang dengan sekolah baru? Jadi kau tidak memperhatikan orang banyak di sekitarmu?”
“M-maaf~ lain kali saya akan lebih berhati-hati” Keduanya kembali terdiam. Taehyung tak berniat untuk kembali berbicara karena kepalanya semakin terasa berat.
“Sunbae, tunggu sebentar. Saya ingin membeli sesuatu di sana. Tolong jangan kemana-mana sampai saya kembali” ucap Nana tiba-tiba seraya menunjuk sebuah toko obat di seberang jalan. Gadis itu pun berlari menyeberang jalan tanpa meminta persetujuan Taehyung setelah lampu pejalan kaki berwarna hijau.
“Hah~ benar-benar menyusahkan. Baru saja ku ceramahi, dia mulai bertingkah lagi” gumam Taehyung seraya menghela nafas pelan. Dengan enggan, Taehyung menunggu gadis itu hingga keluar dari toko obat.
“Maaf sudah membuat sunbae menunggu” ucap Nana setelah kembali dari toko obat. Taehyung hanya menatap malas kemudian melangkahkan kakinya berjalan mendahului Nana.
“Seram” desis Nana memanyunkan bibirnya seraya berjalan menyusul Taehyung yang berada beberapa meter di depannya.
***
“Kita sudah sampai. Sekarang kau boleh pulang” ucap Taehyung kepada Nana saat mereka telah berdiri di depan sebuah rumah bertingkat dua.
“O-oh, sudah sampai? Ini rumah sunbae?” tanya Nana terkesima menatap rumah di hadapannya.
“Hm, kenapa? Jelek?”
“Ha? Bu-bukan begitu. Justru rumah sunbae sangat bagus, terutama bunga-bunganya. Eomma sunbae pasti sangat menyukai bunga” jelas Nana menunjuk pot-pot bunga yang tertata rapi di teras rumah Taehyung.
“Jangan bertingkah seolah-olah kau tahu tentang keluargaku!” sahut Taehyung menatap Nana tajam.
“M-maaf” ucap Nana terkejut. Gadis itu terdiam membeku, ia menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap Taehyung.
“Sudahlah, lebih baik sekarang kau pulang. Hari sudah semakin senja, ingat yang ku katakan sebelumnya? Aku tidak ingin bertanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu”
“N-ne, saya mengerti. Kalau begitu... ini” ucap Nana seraya memberikan bungkusan yang sedari tadi dipegangnya kepada Taehyung.
“Apa ini?”
“Ini vitamin dan kompres penurun panas. Tolong jangan ditolak, anggap saja ini sebagai permohonan maaf dari saya” Nana meletakkan bungkusan itu di tangan Taehyung. Ia bergegas pamit kemudian pergi dari hadapan laki-laki itu. Taehyung terdiam selama beberapa saat, kemudian menatap bungkusan yang berada di tangannya penuh tanya.
Keesokan harinya, Nana dan Se Na tengah bersantai menunggu bel masuk sekolah sambil bersenda gurau. Sesekali Nana menatap pohon cherry blossom di luar kelas dan melamunkan sesuatu.
“Nana, kapan kau akan menunjukkan gambaranmu? Bukankah kau sudah bersedia ingin memperlihatkannya padaku? Jangan bilang kau lupa?” tanya Se Na membuyarkan lamunan Nana.
“Hm? Apa kau yakin ingin melihatnya? Gambaranku biasa saja. Aku jamin kau akan bosan melihatnya”
“Nana, bagaimana bisa kau berpikir aku akan bosan padahal kau belum memperlihatkannya sama sekali padaku? Lagipula aku tidak meminta gambaranmu harus sebagus Picasso atau Leonardo da Vinci. Kau hanya perlu memperlihatkan gambaranmu padaku dan selesai, kalau beruntung mungkin aku akan memintamu menggambarkan sesuatu untukku, hahaha” Nana tertawa mendengar perkataan Se Na.
“Baiklah, tapi nanti ya saat istirahat. Aku tidak ingin kita menjadi pusat perhatian lagi”
“Hm~ oke. Tapi kau janji ya?” ucap Se Na memastikan. Nana menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Hey! Lihat dia, cantik sekali~ apakah dia siswa baru juga? Aku belum pernah melihatnya sejak pertama kali masuk” ucap sebuah suara menarik perhatian Nana dan Se Na. Keduanya pun menoleh pada sekelompok siswi yang tengah berbicara sambil melihat sesuatu yang ada di luar kelas mereka.
Dalam sekejap seluruh siswa di kelas mereka mengalihkan perhatian pada objek yang berjalan melewati koridor tak terkecuali Nana dan Se Na. Perhatian mereka tertuju pada seorang gadis jelita yang berseragam sekolah seperti mereka tengah berjalan santai melewati ruang kelas, membuat para siswa laki-laki terkagum-kagum dan salah tingkah.
“Siapa dia? Wajahnya terlihat asing” gumam Se Na sambil menopang dagu dengan satu tangan.
“Entahlah, mungkin dia senior kita” jawab Nana sekenanya.
Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Semua siswa mulai masuk ke dalam ruang kelas masing-masing dan menunggu kedatangan guru mereka.
Sepanjang jam pelajaran, Nana tidak dapat terfokus mendengarkan penjelasan sang guru. Gadis itu hanya menatap kosong buku pelajarannya yang tergeletak diatas meja.
‘Apakah Taehyung sunbae baik-baik saja sekarang? Apakah demamnya sudah sembuh? Apa dia turun sekolah hari ini?’ pikir Nana tidak karuan. Ia memutar-mutar dan menggigit pulpennya gelisah, namun kemudian kembali menyadarkan dirinya dan berusaha untuk fokus pada buku pelajaran.
Beberapa jam kemudian, bel berbunyi tanda jam pelajaran berakhir. Semua siswa berhamburan keluar kelas untuk istirahat dan pergi menuju kantin. Nana dan Se Na memilih pergi menuju atap sekolah untuk menghabiskan waktu istirahat mereka.
“Seperti yang ku janjikan tadi pagi, ini buku sketsa ku. Silakan kau lihat sampai puas, tapi jangan mengeluh ya kalau gambarnya kurang bagus” ucap Nana seraya memberikan buku sketsa miliknya kepada Se Na.
“Tenang saja, mana mungkin aku mengeluhkan gambaran orang lain sedangkan aku sendiri tidak bisa menggambar” sahut Se Na terkekeh. Ia pun bergegas membuka buku sketsa tersebut dan melihat hasil gambaran Nana satu per satu.
“Wah~ Daebak! Hey! Kim Nana, kau bilang ini biasa? Ini luar biasa kau tahu? Tidak salah kau masuk ke klub Manhwa, aku yakin kau pasti akan sering diikutsertakan dalam lomba nantinya” sambung Se Na terkagum-kagum.
“Hehehe, semoga saja begitu” sahut Nana tersipu.
“Ah! Aku ada ide. Bagaimana kalau ini ku bawa pulang untuk koleksiku di rumah? Atau mungkin ku berikan saja pada senior kita yang bernama Taehyung itu? Dia pasti akan menerimanya dengan senang hati, terlebih saat dia mengetahui kalau kau juga menggambar wajahnya disini” ucap Se Na tersenyum jahil. Nana terkesiap saat mendengar ucapan gadis itu, ia pun bergegas untuk merebut buku sketsanya dari tangan Se Na namun tak berhasil.
“Tidak! Kembalikan bukunya padaku Se Na!” pinta Nana seraya mengejar Se Na yang terus berlari menghindar sambil menjunjung tinggi bukunya di udara.
“Tidak mau~” sahut Se Na tertawa penuh kemenangan. Keduanya tidak lagi mempedulikan rasa lapar mereka dan sibuk berlari kesana-kemari.
“Se Na, ku mohon kembalikan bukunya padaku. Aku sedang tidak ingin bercanda” ucap Nana mulai kehabisan tenaganya. Gadis itu berusaha menambah kecepatannya namun nahas kedua kakinya saling tersandung hingga membuat tubuhnya hilang keseimbangan.
BRUK
Keduanya terjatuh dengan posisi telungkup dan tangan Nana memegang kaki kiri Se Na.
“Aww, sakit” ringis Se Na memegangi lututnya yang lecet.
“Maafkan aku, Se Na. Aku tidak sengaja” ucap Nana merasa bersalah.
“Gwaenchana, hanya lecet kok. Eh, tunggu! Dimana buku sketsanya?” tanya Se Na seraya melihat sekelilingnya.
“Apa maksudmu dimana? Bukankah sedari tadi kau yang memegangnya?”
“I-iya, tapi sekarang tidak ada. J-jangan-jangan...” Keduanya saling berpandangan selama beberapa detik kemudian bergegas melihat ke bawah gedung sekolah.
“Ternyata memang jatuh” gumam Se Na ketika matanya melihat buku sketsa yang tergeletak di tanah.
“Bagaimana ini? Bagaimana kalau ada yang melihatnya? Tamatlah sudah” ucap Nana panik.
“Kalau begitu kita turun sekarang dan ambil buku itu sebelum orang lain melihatnya. Sepertinya buku itu terjatuh di halaman belakang sekolah” sahut Se Na cepat. Kedua gadis itu pun berlari menuju halaman belakang sekolah. ‘Semoga saja tidak ada yang menemukan buku itu’ pikir Nana gelisah.
Sesampainya di tempat, Nana terdiam membeku ketika mengetahui buku sketsanya telah berada di tangan seorang gadis yang baru saja di lihatnya tadi pagi.
“Oh, apa ini milikmu?” tanya gadis tersebut saat menyadari kehadiran Nana. Gadis itu berjalan mendekati Nana lalu memberikan buku yang di pegangnya.
“I-iya. Maaf merepotkan” sahut Nana mengambil buku sketsanya kemudian membungkuk pelan. Sekilas Nana melirik name tag bertuliskan ‘Soo Jung’ yang tersemat di seragam gadis itu.
“Tidak masalah. Baiklah, kalau begitu aku permisi” ucap gadis bernama Soo Jung itu tersenyum kecil seraya berjalan melewati keduanya.
“Ngomong-omong, gambaranmu sangat bagus” sambung Soo Jung melirik Nana sekilas kemudian kembali berjalan dengan tenang. ‘Kim Nana. Akan ku ingat nama dan wajah itu’ pikir Soo Jung tersenyum kecil.
“Dia itu orang yang melewati kelas kita tadi pagi kan?” tanya Se Na seraya mengamati Soo Jung yang semakin menjauh.
“Hm, dan ternyata dia sudah melihat gambaranku! Bagaimana ini, Se Na?” sahut Nana kembali panik. Se Na menghela nafas melihat tingkah Nana yang seperti orang kebakaran jenggot.
“Tenanglah Nana, kita harus berpikir positif, mungkin saja dia tidak melihat semua isi buku sketsa itu”
“Hm, semoga saja begitu” ucap Nana pelan. Keduanya pun kembali ke atap sekolah untuk mengambil barang mereka yang masih tertinggal.
***
Hari menjelang malam, Nana tengah duduk di tempat tidurnya sembari menggambar dan mendengarkan lagu.
“Nana, tolong belikan eomma kecap dan saus tomat. Di dapur sudah habis” ucap ibunya dari luar kamar.
“Baiklah, aku siap-siap dulu”
“Kalau begitu uangnya eomma taruh di meja ruang tengah”
“Ne~” Nana bangkit dari posisinya, ia lalu mengenakan sweater dan mengambil dompetnya yang berada di meja belajar kemudian berjalan keluar kamar.
“Aku berangkat” pamit Nana setelah mengambil uang belanja.
Nana berjalan menuju minimarket dengan tenang. Sesekali gadis itu bersenandung kecil dan menatap langit malam yang sedikit berawan.
Sesampainya di minimarket, Nana mulai mencari barang yang di pesan oleh ibunya.
“Hey~” sapa seseorang menepuk pundak Nana dari belakang.
“Hm? Ah! J-jimin sunbae, selamat malam” sahut Nana cepat saat melihat Jimin tersenyum padanya.
“Hm, malam. Tidak ku sangka kau masih mengingatku. Namamu...”
“N-nama saya Nana, Kim Nana”
“Ah! Ya, Nana. Bicaramu formal sekali, aku jadi merasa asing. Pakai bahasa sehari-hari saja, itu lebih nyaman” ucap Jimin tertawa kecil. Nana hanya mengangguk pelan lalu mengalihkan perhatiannya pada rak-rak yang berada disampingnya.
“Sedang mencari apa?” tanya Jimin penasaran.
“Keperluan dapur. Sunbae sendiri?”
“Oh, aku ingin membeli makanan ringan dan aku sudah mendapatkannya” Jimin memperlihatkan keranjang belanja yang di pegangnya kepada Nana.
“Kenapa belum dibayar?”
“Hmm, kenapa ya? Entahlah, mungkin karena aku terlebih dulu bertemu denganmu”
“H-haha, sunbae ada-ada saja” ucap Nana menyembunyikan rasa gugupnya.
Setelah Nana mendapatkan barang belanjaannya, keduanya pun berjalan menuju kasir untuk membayar barang mereka.
“Bagaimana kalau ku antar pulang?” tawar Jimin saat keduanya berjalan keluar minimarket.
“Ha? A-ah, terima kasih atas tawarannya tapi ku rasa tidak perlu, aku tidak ingin merepotkan sunbae, lagipula rumahku tidak terlalu jauh”
“Ah, kau pasti mengira aku akan berbuat hal yang jahat padamu kan?”
“T-tidak! Aku tidak bermaksud-“
“Kalau begitu naiklah ke motor. Jangan khawatir, kalau aku melakukan hal yang mencurigakan, kau boleh menendangku dari belakang, hehe” Jimin memberikan helm cadangannya pada Nana. Gadis itu terlihat berpikir namun akhirnya ia mengambil helm tersebut dan memakainya.
“Baiklah, kita berangkat” ucap Jimin tersenyum cerah seraya mengendarai motornya.
Selang beberapa menit, motor yang di kendarai Jimin telah tiba di depan rumah Nana. Nana pun turun dari motor dan mengembalikan helm yang dikenakannya kepada Jimin.
“Terima kasih banyak untuk tumpangannya, maaf merepotkan”
“Tidak masalah. Justru aku yang seharusnya minta maaf karena sudah memaksamu agar mau ku antar pulang”
“Tidak apa-apa. Hm, kalau begitu aku masuk dulu. Sekali lagi terima kasih, selamat malam” ucap Nana seraya membungkuk kemudian berjalan memasuki rumah.
“Oh, sampai jumpa di sekolah” sahut Jimin tersenyum senang, ia pun kembali menjalankan motornya dengan santai.
***
Tok tok..
“Taehyung, bagaimana demammu? Apakah sudah turun?” Seorang wanita mengetuk pintu kamar Taehyung dengan pelan. Tak ada sahutan dari dalam kamar.
“Nak, kau tidak apa-apa? Eomma masuk ya-“
“Jangan sentuh apapun!” seru Taehyung dengan cepat.
“Pergilah! Aku tidak ingin di ganggu” sambung laki-laki itu dengan nada dingin.
“Tapi-“
“Eommonim, tidak apa, biar saya saja yang bicara padanya. Anda terlihat lelah, sebaiknya beristirahat” potong suara seorang gadis tersenyum ramah kepada wanita tersebut.
“Oh, baiklah. Maaf jadi merepotkan”
“Tidak, saya sama sekali tidak merasa direpotkan”
“Kalau begitu saya ke bawah dulu ya, tolong bujuk Taehyung agar mau keluar kamar”
“Ne, serahkan saja kepada saya”
Wanita itu pun berjalan menuruni tangga, membiarkan gadis tersebut sendirian di depan kamar Taehyung.
“Taehyung, ini aku, Soo Jung. Bisakah kau keluar sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu” ucap gadis itu memecah keheningan.
“Ku tunggu di bawah pohon. Sebaiknya kau bergegas atau aku yang akan menyeretmu keluar” sambung Soo Jung sebelum ia berjalan meninggalkan kamar Taehyung.
Setelah beberapa menit menunggu di bawah pohon, akhirnya Soo Jung melihat sosok Taehyung keluar rumah dan berjalan menghampirinya dengan malas.
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Taehyung tanpa basa-basi.
“Hah, begitukah caramu menyambut seorang tamu? Benar-benar.. Aku kemari ingin menjengukmu, kata teman-teman di kelas kau sakit”
“Kau lihat sendiri kan? Sekarang aku sudah tidak apa-apa”
“Hm, baguslah. Setidaknya aku tidak perlu khawatir lagi. Ini oleh-oleh untukmu” Soo Jung memberikan bingkisan yang di pegangnya kepada Taehyung.
“Bukanya nanti saja. Aku sedang tidak ingin mendengar komentar kasarmu saat ini. Yang ku inginkan adalah... sambutan darimu atas kepulanganku” sambung gadis itu menatap Taehyung dengan wajah merona.
“Sambutan?” tanya Taehyung tak mengerti.
“Hm. Jangan bilang selama aku pergi ke Paris kau tidak pernah mengingatku? Ya Tuhan! Sahabat macam apa kau ini Kim Taehyung?”
“Apa hanya itu yang ingin kau bicarakan? Kalau sudah tidak ada lagi, aku akan masuk” Dengan cepat Soo Jung menahan lengan Taehyung yang hendak beranjak dari posisinya.
“Taehyung, aku tahu selama ini kau telah mengalami masa yang sulit, tapi tolong jangan mengabaikanku seperti ini. Tidak bisakah kau bersikap seperti biasa padaku?”
Taehyung terdiam mendengar ucapan Soo Jung, ia menghela nafas pelan kemudian melepas genggaman gadis itu perlahan.
“Maaf.. untuk saat ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu” sahut Taehyung pelan.
“Ah, baiklah. Mungkin kita mengobrol lain kali saja. Kalau begitu, aku pulang. Oh ya, kalau sudah merasa baikkan, jangan lupa untuk turun ke sekolah” ucap Soo Jung tersenyum kecil. Taehyung menatap kepergian Soo Jung hingga gadis itu lenyap dari pandangannya.
Esok harinya..
“Pagi Nana~” sapa Se Na yang baru saja memasuki kelas.
“Hmm, pagi” sahut Nana menoleh kearah Se Na. Tanpa sengaja matanya menatap Taehyung dan Soo Jung yang berjalan melewati ruang kelas.
“Wajahmu terlihat lesu, apa kau tidak enak badan?” tanya Se Na khawatir.
“Ha? Oh, a-aku tidak apa-apa, hanya sedikit mengantuk saja” sahut Nana tersenyum samar. Gadis itu kemudian menelungkupkan kepalanya di atas meja.
***
Bel istirahat berbunyi, Se Na bergegas pergi menuju kantin untuk membeli camilan sedangkan Nana menunggu di kelas sembari merapikan buku-bukunya.
“Nana, ada yang mencarimu” ucap salah satu teman sekelas Nana tiba-tiba menghampirinya.
“Hm? Siapa?”
“Entahlah, sepertinya senior. Mereka menunggu di luar” Nana pun berjalan keluar kelas dan melihat tiga orang siswi tengah memandanginya tajam.
“Katakan yang sejujurnya, apa hubunganmu dengan Jimin?” tanya salah satu siswi tersebut saat mereka telah berada di gudang sekolah.
“H-hubungan? Apa maksud kalian?”
“Sudahlah, jangan mengelak! Tadi malam kami melihatmu berboncengan dengan Jimin! Pasti ada sesuatu di antara kalian kan?” timpal siswi yang lainnya.
“Ah! Mungkin saja dia melakukan sesuatu untuk menarik perhatian Jimin. Benarkan? Mengaku saja! Dasar murahan!” Ketiga siswi itu mulai menyudutkan Nana dan mendorongnya ke dinding.
“Loh? Dimana Nana?” gumam Se Na saat tiba di kelas. Ia melihat seisi kelas namun tetap tak menemukan sosok Nana.
“Kau mencari Nana? Tadi ku lihat dia pergi bersama 3 orang senior, tapi aku tidak tahu mereka pergi kemana” ucap salah satu siswi di kelas memberitahu Se Na. Gadis itu pun berlari keluar kelas dan menyusuri koridor sekolah.
Setelah bertanya kesana-kemari, akhirnya Se Na mendapatkan petunjuk dari salah satu siswa. Ia lalu bergegas pergi menuju tempat yang telah diberitahukan.
“Sungguh! Saya tidak melakukan apapun. Saat itu kami tidak sengaja bertemu” ucap Nana gemetar.
“Hah! Dasar pembohong! Dari awal kau pasti sudah berencana untuk melakukan semua ini kan? Buktinya kau sengaja menabrakkan diri dengan Jimin beberapa hari yang lalu!”
“Kau pikir kami tidak mengetahui akal licikmu itu huh? Selama ini kami membiarkanmu karena kami tidak ingin menyakiti murid baru, tapi apa yang kau lakukan kemarin benar-benar membuat kami muak!” cerca ketiga siswi itu meluapkan amarah mereka.
Se Na yang baru saja tiba terkejut saat melihat Nana tersungkur di tanah dengan penampilan kusut. Amarah Se Na tersulut ketika salah satu senior itu mulai menjambak rambut Nana, ia pun bergegas menghampiri ketiganya.
“Hey!” Semua perhatian seketika tertuju pada si pemilik suara.
“J-Jimin” ucap ketiga siswi itu terkejut bukan main.
“Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menyakitinya?” tanya Jimin menatap ketiga siswi itu tajam.
“Ini semua karena mu! Mereka menyerang Nana karena mereka pikir dia ingin merebutmu dari mereka. Benar-benar tidak masuk akal!” sahut Se Na naik pitam. Ketiga siswi itu menatapnya kesal namun Se Na hanya memberikan tatapan dingin.
“Hm, begini, biar ku jelaskan yang sebenarnya kepada kalian” ucap Jimin seraya berjalan menghampiri Nana dan membantu gadis itu berdiri.
“Nana, orang yang saat ini berdiri di hadapan kalian, adalah gadis yang ku sukai”
“Apa?” sahut Se Na dan ketiga siswi itu terperangah. Nana hanya terdiam dan masih berusaha mencerna ucapan Jimin.
“Dia tidak pernah berniat atau bahkan melakukan apa yang kalian katakan barusan. Justru sebaliknya, aku lah yang terlebih dulu menyukainya”
“Ku harap kalian dapat bersikap lebih dewasa menanggapi hal ini. Dan juga, berhentilah bersikap buruk pada Nana karena mulai hari ini, dia adalah milikku” ucap Jimin dengan mantap seraya mengeratkan rangkulannya pada Nana.
“Ayo, kita harus mengobati lukamu” sambung Jimin membawa Nana pergi dan di susul oleh Se Na.
“Terima kasih sudah menolongku” ucap Nana kepada Jimin yang tengah membersihkan luka di tangannya.
“Hmm, tidak masalah. Tadinya aku hanya kebetulan lewat. Lagipula mereka sudah keterlaluan padamu, jadi sesekali harus di beri peringatan” sahut Jimin tersenyum lembut.
“Hey! Penyebab mereka berbuat begitu kan karena mu juga! Jadi yang sebenarnya pantas di salahkan adalah kau!” timpal Se Na menunjuk Jimin geram.
“Se Na, jangan teriak-teriak! Kita sedang berada di UKS” seru Nana membekap mulut Se Na.
“Dia benar. Semua ini terjadi karena aku berada di dekatmu. Maaf sudah membuatmu mengalami hal ini” ucap Jimin seraya berlutut di hadapan Nana dan menggenggam tangan gadis itu lembut.
“Kau ingin minta maaf atau mengintip roknya huh?” tuduh Se Na seraya menghalangi pandangan Jimin.
“Kau ini dari tadi selalu memarahiku! Apa aku pernah berbuat salah padamu?” sahut Jimin kesal.
Se Na terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mencengkeram seragam Jimin dan menatap laki-laki itu tajam.
“Kau memang tidak berbuat apa-apa padaku, tapi kau sudah membuat temanku terluka dan itu menjadi masalah untukku!” ucap Se Na penuh penekanan.
“Jadi ku sarankan sebaiknya untuk saat ini kalian saling menjaga jarak agar Nana tidak mengalami hal yang lebih buruk lagi” Se Na mendorong Jimin keluar UKS untuk mencegah laki-laki itu berbicara.
“T-tunggu! Nana, maaf sudah menyebabkan masalah untukmu. Tapi kau harus tahu satu hal, yang ku katakan saat di hadapan mereka tadi, aku serius” Jimin pergi meninggalkan Nana dan Se Na yang terdiam membisu setelah mendengar perkataannya.
***
Seminggu telah berlalu. Semenjak kejadian di UKS, Nana selalu menghindari Jimin ketika keduanya saling berpapasan karena wajahnya berubah memerah akibat teringat ucapan laki-laki itu. Seperti yang terjadi saat ini, Nana dan Se Na tengah beristirahat di kantin sekolah. Ketika Nana sedang mengunyah makanannya tiba-tiba pandangannya bertemu dengan Jimin yang juga menatapnya sambil tersenyum manis dari kejauhan.
“Se Na, aku mau ke kamar kecil, perutku tiba-tiba sakit. Kau selesaikan saja makanmu. Nanti kalau aku belum kembali juga, kau duluan saja ke kelas” ucap Nana seraya merapikan peralatan makannya.
“O-oh, baiklah. Tapi kalau sakitnya bertambah parah cepat beritahu aku ya”
Nana menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil untuk meyakinkan Se Na. Gadis itu pun bergegas bangkit dari tempat duduknya dan mengembalikan piring makanan miliknya ke pantry kantin. Setelah selesai gadis itu berjalan meninggalkan kantin tanpa menoleh sedikit pun.
“Hey, gadis yang barusan keluar itu bukannya pacar Jimin sunbae?”
“Ha? Serius? Yang tadi itu?”
“Iya. Tapi aneh, mereka sama sekali tidak pernah terlihat bersama. Jadi ku pikir itu hanya gosip saja” Terdengar bisik-bisik dari beberapa siswi tengah membicarakan Nana. Taehyung yang duduk membelakangi mereka tiba-tiba merasa kehilangan nafsu makannya setelah mendengar percakapan itu, ia pun membawa piring makanannya untuk di kembalikan.
“Mau kemana kau?” tanya Soo Jung yang duduk di hadapannya. Taehyung terus berjalan dan tidak menggubris pertanyaan gadis itu.
Hari menjelang senja, Taehyung berjalan pulang dengan tenang sembari membaca catatan kecil yang dipegangnya. Tiba-tiba sebuah tas melayang dan menghantam kepala Taehyung dari balik pagar tembok di sampingnya, membuat tubuh laki-laki itu sempoyongan selama beberapa saat. Belum sempat Taehyung menyadari apa yang terjadi, ia kembali di kejutkan oleh sosok Nana yang tiba-tiba melompat keluar dari balik tembok tersebut.
BRUK
“Akh! Eomma~ sakit sekalii..” ringis Nana kesakitan.
“S-singkirkan tubuhmu! Aku tidak bisa.. bernafas” timpal Taehyung terengah ketika merasakan kepala belakangnya di tindih oleh tubuh Nana. Keduanya terjatuh dengan posisi telungkup dan tubuh bagian atas Taehyung di tindih oleh tubuh Nana.
“Ha? Aah! J-jeosonghamnida, sunbae baik-baik saja?” Nana bergegas menggeser tubuhnya dan membantu Taehyung duduk.
“Menurutmu apakah aku terlihat baik-baik saja?” sahut Taehyung seraya memakai kembali kacamatanya yang sempat terlepas. Nana terkekeh pelan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Maaf, saya benar-benar tidak sengaja. Tadi saya ingin mengambil tas di balik tembok itu, tapi ternyata ada anjing penjaganya. Karena panik, saya cepat-cepat memanjat tembok itu dan melompat keluar” jelas Nana tertunduk malu.
“Aku tidak peduli. Berhentilah berkata sok formal di hadapanku! Itu membuatku muak” Taehyung kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Nana yang terdiam mematung. Beberapa detik kemudian Nana kembali tersadar, ia lalu mengambil tasnya dan bergegas mengejar Taehyung. Gadis itu kemudian menyeret Taehyung kembali menuju gedung sekolah.
Sesampainya di sekolah, Nana membawa Taehyung menuju ruang UKS dan mendudukkan laki-laki itu di kursi. Ia lalu mengambil kotak P3K dan duduk menghadap Taehyung.
“Ini mungkin terasa sedikit sakit, jadi tolong tahan sebentar” ucap Nana seraya membersihkan luka di pipi dan hidung Taehyung dengan antiseptik kemudian menempelkan plester luka. Saat Nana hendak mengobati telapak tangan Taehyung yang lecet, tiba-tiba Taehyung menepisnya dan menjaga jarak dengan gadis itu.
“Sudah cukup! Aku bisa mengobatinya sendiri” ucap Taehyung dingin.
“Tapi sunbae, kalau tidak segera di obati, lukanya bisa infek-“
“Kau melakukan semua ini dengan sengaja kan? Sebelumnya hidupku berjalan baik-baik saja sampai kau muncul. Untuk apa kau melakukan semua ini? Untuk menarik perhatianku?” tanya Taehyung memotong perkataan Nana. Nana terdiam dan mencengkeram roknya erat.
“Bukankah kau sudah memiliki pacar? Kalau begitu untuk apa kau masih mengejar laki-laki lain?”
“Itu tidak benar! Bagaimana bisa kami di sebut pacaran sedangkan kami belum pernah menyatakan perasaan satu sama lain? L-lagipula, orang yang ku sukai bukanlah Jimin sunbae” sahut Nana mulai terbawa emosi.
“Terserah. Kalian pacaran atau tidak itu bukan urusanku! Yang ingin ku tegaskan hanya satu, kau.. jangan pernah muncul lagi di hadapanku!” ucap Taehyung penuh penekanan. Ia kemudian pergi meninggalkan Nana tanpa menoleh sedikit pun.
***
Sinar matahari menyinari kota Seoul di hari minggu pagi. Nana membuka tirai jendela kamarnya dengan malas kemudian turun menuju ruang tengah sembari mengucek matanya yang masih terasa berat.
“Nana, eomma baru mendapat kiriman buah apel dari tetangga banyak sekali. Jadi daripada mubazir lebih baik kau berikan saja sebagian kepada temanmu” ucap ibunya seraya menyerahkan sekantung penuh apel kepada Nana. Nana terdiam menatap kantung tersebut dan berpikir sejenak. Tiba-tiba sebuah senyuman mengembang di wajahnya.
“Hm, baiklah” sahut Nana semangat seraya membawa kantung itu ke kamarnya. 20 menit kemudian gadis itu keluar kamar dengan pakaian rapi dan menenteng kantung apel tersebut. Ia kemudian berjalan keluar rumah setelah pamit kepada ibunya.
“Yap! Sekarang adalah kesempatan emas untukku agar bisa memperbaiki kesalah pahaman dengan Taehyung sunbae. Semoga saja semuanya berjalan lancar” gumam Nana menyemangati dirinya.
Sesampainya di depan pintu rumah Taehyung, Nana terdiam selama beberapa saat dan menghela nafas panjang. Ia pun bersiap untuk menekan bel namun tangannya terhenti di udara saat tiba-tiba pintu rumah itu terbuka dan menampakkan sosok Taehyung. Suasana menjadi hening selama beberapa detik.
“Mau apa kau?” Suara Taehyung yang berat mengejutkan Nana.
“A-anu.. a-aku ingin memberikan ini” sahut Nana seraya memperlihatkan kantung yang di pegangnya kepada Taehyung.
“Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak muncul di hadapanku lagi? Apa kau tidak mengerti apa yang ku katakan?” timpal Taehyung memandang Nana sinis. Untuk sesaat Nana merasakan jantungnya berdegup kencang seakan ingin mencuat keluar.
“Oh? Ada tamu rupanya. Siapa gadis cantik ini? Apakah dia temanmu?” Seorang wanita tiba-tiba muncul dari belakang Taehyung dan tersenyum ramah kepada Nana. Nana pun segera memberi salam dan membungkuk hormat.
“Nama saya Kim Nana. Saya adik kelas dari Taehyung sunbae” ucap Nana memperkenalkan diri.
“Ah~ begitu. Ayo nak, ajak dia masuk-“
“Jangan seenaknya memerintahku! Kau bukan siapa-siapa di rumah ini! Dan aku tidak akan pernah sudi menjadi anakmu! Kau urus saja rumah dan suamimu itu! Jangan pernah campuri urusanku!” bentak Taehyung kepada wanita itu. Suasana berubah mencekam, Nana menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap wajah Taehyung.
“Ayo pergi!” ajak Taehyung kepada Nana seraya berjalan meninggalkan rumah. Nana terkesiap, ia pun membungkuk hormat kepada wanita itu dan bergegas menyusul Taehyung.
Sepanjang perjalanan, Nana hanya mengikuti Taehyung dari belakang tanpa mengatakan sepatah kata pun. Gadis itu menatap apel yang dibawanya dengan kecewa.
BUK
“Aww!” Nana meringis saat kepalanya menubruk Taehyung yang berhenti tiba-tiba. Ia mengikuti arah pandangan Taehyung dan melihat seorang anak laki-laki tengah menangis sendirian di taman bermain. Tanpa ragu Nana melangkahkan kakinya mendekati anak tersebut dan berjongkok di hadapannya.
“Hey, kau baik-baik saja? Kenapa menangis?” tanya Nana lembut. Anak itu menatap Nana dengan buliran air mata yang masih membasahi pipinya.
“Aku tersesat. Tadi aku bermain di depan rumah, kemudian ada kucing lewat dan ku kejar. Tapi saat aku ingin pulang, aku lupa lewat jalan mana. Aku takut” sahut anak itu kembali menangis.
“Sudah, tidak apa-apa. Sekarang ada nuna di sini, jadi kau tidak perlu takut lagi. Ah! Nuna punya apel banyak sekali, kau mau?”
Anak itu mengusap air matanya kemudian mengangguk senang. Nana pun mengambil 2 buah apel dan memberikannya kepada anak itu. Tanpa terasa sebuah senyuman mengembang di wajah Taehyung saat melihat hal tersebut, ia pun berjalan menghampiri keduanya.
“Siapa namamu?” tanya Taehyung ikut berjongkok kemudian mengusap kepala anak itu lembut.
“Min Joon” jawab anak itu dengan mulut yang masih mengunyah apel.
“Hyung mau?” sambung anak itu menyodorkan apel yang masih utuh kepada Taehyung.
“Terima kasih. Ah, daripada bosan lebih baik kita bermain saja. Ayo, ikut hyung main jungkat-jungkit” ajak Taehyung seraya menggendong anak itu di punggungnya.
Nana pun mendudukkan dirinya di ayunan dan tersenyum senang melihat keduanya tengah asyik bermain dan tertawa lepas. 30 menit kemudian seorang wanita datang dengan wajah khawatir sekaligus lega saat melihat Taehyung dan anaknya tengah bermain bersama. Wanita itu pun memeluk anaknya dengan erat kemudian membungkukkan tubuhnya berkali-kali kepada Taehyung dan Nana.
“Terima kasih banyak karena sudah menjaga anak saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya kalau tidak ada kalian. Sekali lagi terima kasih~ kalian benar-benar pasangan yang baik” ucap wanita itu tersenyum senang, membuat Nana dan Taehyung membeku selama beberapa detik.
“H-haha.. kami tidak-“
“Ne, sama-sama. Min Joon, lain kali jangan pergi sendirian lagi ya? Kau tidak ingin membuat eomma mu khawatir kan?” sahut Taehyung memotong ucapan Nana.
“Tidak, aku tidak ingin eomma khawatir. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi” ucap anak itu dengan wajah polosnya. Anak itu pun melambaikan tangan mungilnya kearah Nana dan Taehyung ketika ibunya membawanya pulang ke rumah. Taehyung dan Nana membalas lambaian anak itu seraya tersenyum senang.
“Aku tidak menyangka ternyata sunbae penyayang anak-anak, padahal di sekolah aura sunbae selalu dingin” ucap Nana seraya kembali duduk di ayunan.
“Sekolah dan anak-anak itu beda cerita. Aku menyukai anak-anak karena mereka terlihat polos, mereka juga bersikap apa adanya” sahut Taehyung ikut mendudukkan diri di ayunan yang kosong.
“Kalau aku menyukai anak-anak karena wajah mereka lucu dan menggemaskan, apalagi ketika mereka bermanja dengan eomma mereka saat menginginkan sesuatu, benar-benar lucu~” ucap Nana tersenyum gemas. Tiba-tiba Nana teringat akan sesuatu.
“Hmm, sunbae, wanita yang ku lihat saat di rumah sunbae tadi.. apakah dia eomma sunbae?” tanya Nana ragu-ragu.
“Hm, dia eomma tiriku. Orang tuaku bercerai ketika aku berumur 10 tahun, kemudian setelah 2 tahun perceraian appa menikah dengan wanita itu, tapi aku tidak menyukainya” sahut Taehyung pelan.
“Kenapa? Menurutku dia kelihatan baik dan ramah”
“Tetap saja aku membencinya, kehadirannya hanya membuatku kembali teringat dengan eomma kandungku. Aku tidak ingin merasakan sakit yang sama untuk kedua kalinya, rasa sakit ketika eomma berbicara pada appa kalau ia ingin meminta cerai karena sudah tidak sanggup lagi hidup bersama kami. Ia berkata kalau pernikahan mereka terjadi bukan karena cinta, tetapi karena perjodohan yang diusulkan oleh orang tua mereka” Taehyung mengepal kedua tangannya dengan kuat.
“Cih! Pada akhirnya aku kembali mengingat kejadian itu. Padahal aku telah berniat untuk membuang jauh-jauh ingatan itu dari otakku” desis Taehyung tersenyum miris.
“Setiap orang pasti memiliki kenangan buruk dalam diri mereka dan tentu saja mereka ingin melupakannya. Tapi semakin keras mereka mencoba untuk melupakannya, ingatan itu justru semakin melekat di pikiran mereka” ucap Nana menerawang.
“Karena itu kita tidak perlu memaksakan diri untuk melupakannya, cukup jadikan hal itu sebagai pelajaran agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang. Lagipula, sunbae sudah mendapatkan pengganti yang lebih baik kan? jadi ku rasa semuanya akan baik-baik saja, selama sunbae menerimanya dengan lapang dada” sambung Nana tersenyum menatap Taehyung.
Tiba-tiba Taehyung merasakan tubuhnya menghangat, ia pun segera mengalihkan pandangannya dari gadis itu kemudian bangkit dari posisinya.
“Aku ingin membeli minuman, kau ikut atau tidak?” tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ikut, ikut! Aku ingin membeli ice cream kesukaanku!” sahut Nana penuh semangat.
***
“Wah~ segarnya~” gumam Nana menjilat ice cream di tangannya penuh penghayatan sedangkan Taehyung meneguk minumannya dalam diam. Keduanya berdiri di depan minimarket untuk melepas lelah setelah berjalan cukup jauh.
“Ah! Aku baru ingat! Sunbae, ini apel untukmu. Apel itu kiriman dari tetangga, mereka mengirim banyak sekali ke rumah. Daripada tidak termakan jadi ku berikan saja sebagian untuk sunbae” ucap Nana menyerahkan kantung apel yang sedari tadi di bawanya ke tangan Taehyung.
“O-oh, terima kasih” sahut Taehyung pelan.
“Nana” panggil seseorang mengalihkan perhatian keduanya.
“Jimin sunbae?”
“Sedang apa kau disini? Kenapa kau bisa bersamanya?” tanya Jimin seraya menatap Taehyung sinis.
“Dia baru saja mengunjungi rumahku untuk memberikan buah ini. Kenapa? Ada masalah?” sahut Taehyung tak kalah sinis. Nana yang kebingungan hanya terdiam mematung dan tidak dapat berkata apa-apa melihat kedua laki-laki itu saling menatap sengit.
“Ku peringatkan satu hal padamu! Jangan coba-coba untuk mendekati Nana lagi karena dia sudah menjadi milikku!”
“Jimin sunbae, ku mohon hentikan. Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, kau bukan appaku. Hubungan kita hanya sebatas teman satu sekolah, itu saja” Jimin menatap Nana tidak percaya setelah mendengar ucapan gadis itu.
“Untuk perkataan sunbae tempo lalu, ku ucapkan terima kasih. Sunbae adalah orang pertama yang mengatakan hal itu padaku dan aku sangat senang mengetahuinya, tapi aku minta maaf.. aku tidak bisa membalasnya dengan perkataan yang sama karena aku berniat mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain. Sekali lagi maaf..” sambung Nana seraya berlari meninggalkan Taehyung dan Jimin yang terdiam seribu bahasa.
Jimin kemudian bergegas menyusul Nana, sedangkan Taehyung masih bergeming di posisinya sembari menatap kantung apel pemberian Nana. Beberapa saat kemudian Taehyung menghela nafas panjang lalu melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di depan rumah, langkah Taehyung terhenti karena melihat Soo Jung baru saja keluar dari rumahnya. Gadis itu menyadari kehadiran Taehyung, ia pun bergegas menghampiri laki-laki itu dan memasang wajah dingin.
“Dari mana saja kau?” tanya Soo Jung tanpa basa-basi.
“Bukan urusanmu” sahut Taehyung seraya berjalan hendak memasuki rumah.
“Barusan kau pergi dengan gadis bernama Nana itu kan? Sebenarnya apa hubungan gadis itu denganmu? Kenapa kalian bisa menjadi seakrab ini?”
“Apakah hal itu sangat penting untukmu?” sahut Taehyung menatap Soo Jung malas.
“Tentu saja! Aku ingin tahu gadis macam apa dia sehingga bisa meluluhkan pertahanan seorang Kim Taehyung yang bahkan tidak bisa ku lakukan” ucap Soo Jung tersenyum sinis.
“Selama 3 tahun aku berusaha untuk membuka kembali hatimu yang tertutup karena perceraian orang tuamu, tapi kau justru mengabaikanku dan sikapmu berubah dingin padaku. Padahal akulah yang paling mengetahui seluk beluk hidupmu karena kita selalu bersama sejak kecil, tapi gadis bernama Nana itu.. dengan mudahnya dia merebutmu dariku!” sambung gadis itu mengepal kedua tangannya kesal.
“Sebenarnya apa yang ingin kau coba bicarakan padaku, Lee Soo Jung?”
“Aku menyukaimu Kim Taehyung! Sejak lama aku sudah menyukaimu, bahkan saat sikapmu berubah padaku aku masih tetap menyukaimu. Yah, tentu saja kau tidak menyadarinya karena kau selalu mengabaikanku” ucap Soo Jung tersenyum miris.
Taehyung terpaku beberapa saat setelah mendengar pernyataan gadis di depannya. Ia kemudian menghela nafas lalu berjalan menghampiri Soo Jung dan menepuk pucuk kepala gadis itu pelan.
“Maaf.. selama ini aku sudah membuatmu khawatir dan mengabaikanmu. Tapi aku juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membalas kebaikan yang kau lakukan padaku” ucap Taehyung pelan. Soo Jung dapat merasakan hangatnya tangan Taehyung saat laki-laki itu mengusap kepalanya lembut, membuatnya teringat akan Taehyung kecil yang selalu melakukan hal itu untuk menenangkannya ketika ia bersedih. Tanpa terasa buliran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya.
“Kalau begitu jadikan aku pacarmu” desis Soo Jung menatap Taehyung lekat.
“Maaf, aku tidak bisa. Ini terlalu tiba-tiba.. maksudku, selama ini kau menganggapku sebagai sahabat dan aku pun begitu. Rasanya aneh kalau tiba-tiba hubungan kita menjadi sepasang kekasih. Lagipula, pacaran itu hal yang asing untukku”
“Baiklah. Kalau kau masih merasa asing dengan hal itu maka aku akan membuatmu terbiasa. Dengan begitu tidak ada lagi alasan bagimu untuk menolakku” ucap Soo Jung datar seraya menepis tangan Taehyung dari kepalanya. Gadis itu pun pergi meninggalkan Taehyung dengan seringaian tipis di wajahnya.
Hari demi hari berlalu, Taehyung merasakan perubahan yang drastis pada Soo Jung. Gadis itu selalu mengawasinya saat mereka berada di sekolah dan selalu menghubunginya tanpa kenal waktu. Soo Jung juga sering mengunjungi rumah Taehyung sekadar mengajaknya jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama seperti pergi ke taman bermain atau ke sebuah restoran seperti yang mereka lakukan saat ini.
“Taehyung, aku ingin ke kamar kecil sebentar” ucap Soo Jung seraya bangkit dari duduknya. Taehyung hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kemudian melanjutkan makannya. Sesampainya di toilet, Soo Jung segera mengeluarkan handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah mengakhiri percakapan, gadis itu kemudian kembali ke meja makan.
“Taehyung, sepertinya kita harus pulang sekarang, eommaku barusan menghubungiku dan memintaku untuk cepat pulang” ucap Soo Jung dengan wajah serius. Taehyung mengiyakan ajakan gadis itu, ia pun membayar makanan mereka lalu berjalan keluar restoran. Tiba-tiba kaki Soo Jung tersandung membuat Taehyung refleks menangkap tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.
“Kau baik-baik saja?” tanya Taehyung khawatir.
“Akh! Ku rasa kaki ku terkilir. Sakit sekali” ringis Soo Jung memegangi kaki kirinya. Taehyung pun menggendong Soo Jung ala bridal dan melanjutkan perjalanan.
Saat hendak melewati pintu restoran, keduanya berpapasan dengan Nana dan Jimin yang baru saja tiba di restoran itu. Mereka terdiam di tempatnya selama beberapa saat dan saling memandang satu sama lain. Jimin menggapai pundak Nana dan membawa gadis itu kembali berjalan. Taehyung pun kembali melangkahkan kakinya menuju mobil Soo Jung.
“Ahjusshi, tolong segera antarkan dia pulang. Kakinya terkilir jadi harus cepat di obati agar tidak bertambah parah. Saya akan pulang naik taksi saja” ucap Taehyung kepada sopir Soo Jung setelah ia memasukkan Soo Jung ke dalam mobil. Dengan sigap sopir itu mengangguk kemudian mulai menghidupkan mobil.
“Taehyung! Apa yang kau lakukan? Kau mau pergi kemana huh? Kau harus ikut bersamaku!” seru Soo Jung dengan nada panik. Gadis itu mencoba untuk keluar dari mobil namun pintunya terkunci.
“Maaf, Soo Jung.. Ku rasa aku tidak bisa lagi mengikuti keinginanmu. Sekarang aku sadar ada hal yang lebih penting yang harus ku kejar. Sekali lagi maaf..” bersamaan dengan berakhirnya ucapan Taehyung, mobil Soo Jung perlahan bergerak meninggalkan Taehyung yang masih berdiri di tempatnya.
Di dalam mobil, Soo Jung masih terpaku menatap jendela mobil dengan pandangan kosong. Gadis itu mencengkeram dressnya geram kemudian tersenyum samar.
“Hah! Senjata makan tuan ya?” gumam Soo Jung pelan. Gadis itu pun terduduk pasrah sembari melihat pemandangan di luar jendela mobil.
***
“Sunbae, sebaiknya kita pulang saja” ucap Nana menghentikan langkahnya saat memasuki restoran.
“Kenapa? Kita bahkan baru saja sampai”
“Aku tidak lapar. Aku hanya.. ingin istirahat, rasanya aku tidak enak badan” ucap Nana menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang murung.
“Hm, baiklah kalau begitu” sahut Jimin menghela nafas pasrah. Keduanya pun kembali menuju parkiran.
Saat Nana telah menaiki motor, Jimin pun menjalankan motornya dan pergi meninggalkan restoran. Tiba-tiba Nana mendengar suara Taehyung tengah memanggilnya dari kejauhan sembari berlari mengejarnya. Jimin melirik Nana sekilas, ia kemudian menambah laju motornya membuat Taehyung semakin jauh tertinggal.
Taehyung mengacak rambutnya frustasi, nafasnya terengah-engah karena terlalu banyak berlari. Seketika tubuhnya terhempas ke aspal karena kedua kakinya sudah tak sanggup lagi untuk berjalan, ia pun memutuskan untuk beristirahat selama beberapa menit. Setelah merasakan tenaganya mulai pulih, Taehyung bangkit dari posisinya dan berjalan dengan lunglai menuju taman bermain yang pernah ia kunjungi bersama Nana.
Sesampainya di taman bermain, Taehyung berniat untuk mendudukkan diri di ayunan namun langkahnya terhenti saat melihat Nana terlebih dulu berada di sana dengan wajah tertunduk. Taehyung kembali melangkahkan kakinya, hal itu membuat Nana terperanjat saat menyadari kehadirannya. Laki-laki itu kemudian mendudukkan dirinya di ayunan yang masih kosong di samping Nana.
“Kenapa kau bisa disini? Bukankah tadi kau bersama Jimin?” tanya Taehyung menatap langit malam. Nana pun ikut mengarahkan pandangannya keatas langit sembari memainkan ayunannya perlahan.
“Tadinya begitu, tapi kemudian aku memberikan sedikit ancaman padanya agar dia mau membiarkanku turun karena aku sedang ingin mengunjungi tempat ini” sahut Nana tersenyum samar. Gadis itu menghentikan kegiatannya lalu berpikir sejenak.
“Maaf” ucap keduanya bersamaan. Taehyung mempersilakan Nana untuk berbicara terlebih dulu.
“Maaf karena tadi sudah meninggalkan sunbae begitu saja. Maaf juga karena selama ini aku selalu menyebabkan masalah untuk sunbae, aku tidak bermaksud untuk melakukannya dengan sengaja. Sungguh” ucap Nana tertunduk. Tanpa sadar gadis itu menggigit bibirnya karena gugup.
“Aku juga.. ingin minta maaf padamu karena selama ini aku selalu berkata kasar dan membentakmu. Dan juga, terima kasih atas saran yang kau berikan padaku beberapa waktu lalu. Itu membuatku sadar, seharusnya aku lebih bersyukur karena Tuhan telah memberikan anugerah padaku setelah kejadian buruk yang pernah ku alami sebelumnya” sahut Taehyung tersenyum kecil. Suasana menjadi hening selama beberapa saat.
“Untuk memperbaiki kesalah pahaman ini, bagaimana kalau kita mulai saja semuanya dari awal? Tentunya dengan cara yang lebih baik. Kita lupakan semua kesan buruk yang pernah terjadi sebelumnya dan kita buat kesan baru yang lebih menyenangkan” ajak Nana bersemangat. Gadis itu menatap Taehyung penuh harap.
“Hmm, baiklah. Aku setuju” sahut Taehyung mengangguk dan tersenyum. Keduanya pun kembali menatap langit malam yang begitu teduh dan menenangkan.
2 hari kemudian..
Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Nana dan Se Na tengah berjalan bersama menuju ruang kelas sambil bersenda gurau. Tiba-tiba keduanya berpapasan dengan Soo Jung yang datang dari arah berlawanan. Nana dan Soo Jung saling bertatapan selama beberapa detik, kemudian Soo Jung kembali menatap lurus ke depan seolah tak terjadi apa-apa.
“Selamat pagi~” sapa Jimin menepuk pundak Nana dan Se Na berbarengan dari arah belakang.
“Oh, ya ampun, dia lagi! Sunbae yang terhormat, bukankah sudah ku katakan beratus-ratus kali padamu agar kau berhenti mengganggu temanku? Apakah kau tidak peduli jika nanti Nana kembali terluka akibat ulahmu?” omel Se Na seraya melindungi Nana di belakang tubuhnya.
“Tenang saja. Mulai saat ini aku tidak akan mengganggu Nana dan membuatnya terluka lagi karena aku sudah mendapatkan belahan jiwaku yang baru” sahut Jimin tersenyum ceria.
“Oh? Baguslah. Kalau begitu cepat temui belahan jiwamu yang sangat beruntung itu” timpal Se Na melipat tangannya di depan dada.
“Hm, tidak perlu, orangnya sudah berdiri di hadapanku” ucap Jimin tersenyum aneh. Se Na terperangah mendengar ucapan Jimin. Gadis itu mengerjapkan matanya tak percaya.
“Apa?” tanya Se Na memastikan indra pendengarannya masih berfungsi atau tidak.
“Orangnya adalah kau, Jung Se Na” jawab Jimin seraya merangkul pundak Se Na.
“Haha, lucu sekali. Dengar ya! Aku tidak peduli kau itu seniorku atau bukan, jadi tolong singkirkan tanganmu dari pundakku sebelum wajah tampanmu ku ubah menjadi gurita” ancam Se Na menepis tangan Jimin kemudian berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan kesal. Jimin tak mengindahkan ancaman Se Na dan tetap mengejar gadis itu.
Nana hanya tersenyum melihat tingkah keduanya. Ia pun berniat melanjutkan langkahnya menuju kelas namun kembali terhenti saat merasakan seseorang menepuk pelan pundaknya. Gadis itu pun menoleh ke belakang dan menemukan Taehyung tengah tersenyum padanya.
“Hm? Sunbae, dimana kacamatamu?” tanya Nana saat menyadari laki-laki itu tak mengenakan kacamata yang selalu terpasang di wajahnya.
“Aku melepasnya. Karena kita sudah berniat untuk memulai semuanya dari awal, maka ku pikir aku juga harus melakukan sedikit perubahan” sahut Taehyung mengusap tengkuknya pelan. Nana tersenyum senang mendengar ucapan laki-laki itu. Keduanya pun berjalan bersama menyusuri koridor sekolah tanpa mempedulikan tatapan dan bisikan siswa lain yang melihat mereka karena menurut Nana kehadiran Taehyung di sampingnya telah memberikan kekuatan dan keberanian padanya, belum lagi perubahan yang Taehyung lakukan karena dirinya semakin membuat hati Nana berbunga-bunga.
‘Well, kisah cintaku yang sebenarnya baru saja dimulai’ – Kim Nana.

END~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar